Kelas segera dimulai. Wajah siswa TK Harapan terlihat antusias. Senyum ceria menghias wajah manis mereka. Mereka akan senang karena akan menceritakan cita-citanya. Kecuali pelita. Wajahnya terlihat murung.
Ibu Guru : Baik anak-anak. Hari ini kita akan belajar tentang cita-cita. Ibu guru ingin kalian maju ke depan lalu menceritakan cita-cita kalian. Ayo siapa yang mau mulai?
Dengan antusias siswa mengacungkan tangan mereka. Satu persatu siswa tampil menceritakan cita-cita mereka. Macam-macam. Ada yang ingin jadi polisi, dokter, jadi seperti bundanya, bahkan ada yang ingin menjadi seperti ibu guru.
Semua sudah tampil kecuali pelita. Ia duduk tertunduk di kursinya sambil mengusap-usap meja.
Ibu Guru : Ayo. Sekarang giliran Pelita. Ayo teman-teman kita beri semangat untuk Pelita.
Semua bertepuk tangan mengiringi langkah Pelita.
Ibu Guru : "Pelita cita-citanya mau jadi apa? Teman-teman ingin tahu.", tanya ibu guru.
Pelita : "Teman-teman, cita-cita Pelita ingin jadi handphone."
Ibu Guru : "Kok cita-citanya jadi handphone?", tanya ibu guru lagi.
Pelita : "Soalnya kalau di rumah ayah dan bunda lebih sayang handphone. Setiap saat selalu ditemani. dibawa ke mana saja. Pelita ingin seperti handphone setiap saat dipegang ayah dan bunda. Ke mana-mana dibawa ayah dan bunda."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H