Tidak terasa, pandemi COVID-19 telah membersamai masyarakat di seluruh dunia selama dua tahun belakangan ini. Banyak perubahan yang terjadi semenjak diberlakukannya pembatasan sosial atau social distancing akibat pandemi COVID-19. Tanpa memandang usia, perubahan tersebut berpengaruh kepada aktivitas sehari-hari dan gaya hidup masyarakat, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa.
Bagaimana tidak? Pandemi membatasi ruang gerak kita semua, mulai dari perubahan sistem belajar hingga cara bekerja. Aktivitas sehari-hari cenderung dilakukan melalui gadget masing-masing anggota keluarga, tidak terkecuali remaja sebagai pelajar yang tentunya harus melakukan pembelajaran secara daring. Tentunya hal ini dapat menyebabkan remaja cenderung menghabiskan waktunya di depan gadget yang kemudian membuat mereka kurang melakukan aktivitas fisik atau "Mager" alias Malas Gerak.
Mengenai perubahan gaya hidup terkhusus aktivitas fisik pada anak remaja sebenarnya sudah diteliti oleh banyak pihak di seluruh dunia selama masa pandemi 2 tahun ke belakang. Salah satunya di negara Korea dimana jumlah remaja yang tidak melakukan aktivitas fisik pada tahun 2020 sebanyak 63% jika dibandingkan dengan waktu sebelum pandemi yaitu pada tahun 2018 hanya sebanyak 55,6% remaja yang tidak melakukan aktivitas fisik.
Tidak hanya itu pada negara Amerika Serikat juga mengalami hal serupa, dengan menjadikan pedoman Moderate to vigorous physical activity (MVPA) sebagai standar aktivitas fisik seseorang oleh peneliti bernama Jason M. Nagata. Pada penelitian tersebut, ia mendapati pada remaja usia 10 hingga 14 tahun sebelum pandemi telah melakukan aktivitas fisik sesuai MVPA sebanyak 16,1% tapi saat pandemi hanya terdapat setengahnya yaitu 8,9% saja.
Pada negara di benua Eropa seperti Ukraina juga terdapat penurunan aktivitas fisik yang dilakukan oleh remaja disana sebesar 12,7% antara tahun 2020 dan 2021. Penurunan jumlah remaja yang melakukan aktivitas fisik diakibatkan pemberlakuan kebijakan pembatasan jarak sosial dalam mencegah penyebaran virus corona di setiap negara. Pembatasan jarak ini juga memaksa anak usia remaja harus berada di rumah masing-masing saat melakukan kegiatan seperti sekolah, belajar, dan bermain. Berdasarkan hal ini anak remaja lebih sering melakukan aktivitas yang kurang bergerak dalam waktu lama.
Aktivitas fisik yang rendah pada remaja dapat memberikan berbagai dampak buruk terhadap kesehatan. Pada temuan penelitian di Inggris oleh Kumar et al., (2015), remaja yang jarang melakukan aktivitas fisik memiliki risiko seperti mudah mengalami pegal-pegal, obesitas yang mengarah pada diabetes melitus tipe-2, penyakit kardiovaskular tiga kali lebih besar, dan penyakit hati. Dari beberapa penyakit atau gangguan ini tentu akan mengganggu kehidupan sehari-hari remaja saat mereka menginjak usia dewasa, yang nantinya juga akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Oleh karena itu, aktivitas fisik rutin dianjurkan untuk menjaga kondisi fisik yang baik. Berdasarkan anjuran WHO, remaja berusia 5 sampai 17 tahun membutuhkan aktivitas fisik sebagai berikut:
- Melakukan setidaknya 60 menit aktivitas fisik dengan intensitas sedang hingga cukup berat setiap hari. Contoh aktivitas fisiknya, yaitu jalan cepat, jogging, berlari, bersepeda, berenang, lompat tali, tennis, ataupun senam.
- Beraktivitas fisik lebih dari 60 menit bisa memberikan manfaat tambahan bagi kesehatan.
- Melakukan aktivitas fisik yang melibatkan latihan penguatan tulang dan otot setidaknya 3 kali dalam seminggu, seperti berlari, berjalan, lompat tali, dan angkat beban.
Berikut juga terdapat tips agar remaja dapat tetap rutin aktivitas fisik selama pandemi COVID-19, antara lain :
- Jangan melakukan aktivitas fisik saat sakit seperti demam, batuk dan kesulitan bernapas. Jika anda mengalami hal tersebut lebih baik berada di rumah, mencari bantuan medis dan ikuti protokol kesehatan yang ada.
- Saat berjalan atau bersepeda keluar, selalu terapkan memakai masker, menjaga jarak fisik, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum pergi ke tempat tujuan dan saat pulang ke rumah.
- Menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol (hand sanitizer) jika tidak ada sabun dan air mengalir.
- Saat pergi ke ruangan terbuka atau tempat umum untuk melakukan aktivitas fisik, selalu terapkan protokol kesehatan diantaranya memakai masker, menjaga jarak, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau gunakan hand sanitizer sebelum pergi dan saat pulang ke rumah. Serta selalu mengikuti protokol kesehatan yang berlaku di tempat tersebut, terutama mengenai jumlah maksimal orang yang diperbolehkan berada dalam satu waktu.
- Jika tidak terbiasa melakukan aktivitas fisik secara teratur, mulailah perlahan dan dengan aktivitas intensitas rendah, seperti berjalan kaki dan olahraga ringan. Mulailah dengan jumlah yang lebih pendek, seperti 5-10 menit, dan secara bertahap tingkatkan hingga 30 menit atau lebih terus menerus selama beberapa minggu.
- Pilih aktivitas fisik yang tepat sesuai dengan status kesehatan dan tingkat kebugaran Anda.
Adanya kebijakan pembatasan jarak sosial, selama masa pandemi COVID-19 bukan menjadi  penghalang bagi remaja untuk rutin melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik tetap dapat dilakukan sesuai anjuran dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Referensi :
Arundell, L. et al. (2022) 'Physical activity and active recreation before and during COVID-19: The Our Life at Home study', Journal of Science and Medicine in Sport, 25(3), pp. 235--241. Available at: https://doi.org/10.1016/j.jsams.2021.10.004.
Duclos-Bastas, D., Giakoni-Ramrez, F. and Martnez-Cevallos, D. (2022) 'Physical Self-Concept and Physical Activity Levels in University Students during the COVID-19 Pandemic: A Cluster Analysis', International Journal of Environmental Research and Public Health, 19(5). Available at: https://doi.org/10.3390/ijerph19052850.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H