Mohon tunggu...
ibnuaqil
ibnuaqil Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

LITERASI - RELASI - Tukang Kopi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

"Malam yang Menyulam Mimpi"

7 Januari 2025   19:15 Diperbarui: 7 Januari 2025   19:15 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Malam hari yang begitu tenang & Pinterest (Sumber: https://pin.it/1fgVBzxqm)

Malam sering kali menjadi ruang kontemplasi bagi jiwa-jiwa yang sedang berjuang. Dalam kesunyiannya, ada rintik hujan yang memeluk hati, mengingatkan kita pada luka-luka yang pernah ada. Namun, dari setiap luka dan air mata, terbitlah kekuatan yang membentuk diri kita hari ini.

Puisi ini adalah renungan tentang perjalanan, tentang bagaimana kesulitan, kekecewaan, dan perjuangan menjadi bahan bakar bagi mimpi-mimpi yang terus menyala. Mari kita resapi, bahwa dalam gelap malam, ada cahaya kecil yang setia menunggu di ujung fajar.

Judul: "Malam yang Menyulam Mimpi"
Puisi oleh: Ibnu Aqil

Sabda Malam yang Mengajarkan

"Sabdanya malam, begitu sunyi, seperti pelukan hampa dalam gelap yang tak bertepi,
Gemercik hujan mengalun pilu, melukis luka di hati yang belum terobati.
Di bawah langit yang muram, banyak jiwa berbisik pada takdir yang masih bisu,
Bertanya pada esok yang samar, adakah secercah harapan yang menunggu?

Lihatlah, ada yang terjaga, menganyam mimpi dari pecahan doa,
Ada pula yang tertatih, bangun dari luka yang membekas di dada.
Keadaan ini, meski pahit, adalah bagian dari perjalanan penuh arti,
Tak perlu malu, sebab akar pohon yang kokoh tumbuh dari tanah yang penuh duri.

Orang hebat bukan terlahir dari kemudahan atau pujian semata,
Mereka ditempa dari kecewa yang merobek, sakit yang membakar jiwa,
Air mata menjadi tinta, menulis cerita perjuangan yang tak pernah sia-sia,
Dan dari kesusahan, mereka belajar bahwa luka hanyalah pijakan menuju bahagia.

Malam ini adalah pengingat, bahwa gelap selalu berujung pada fajar,
Bahwa mereka yang terluka paling dalam, memiliki cahaya yang paling besar.
Jangan menyerah, karena di balik semua ini, ada takdir yang sedang kita genggam,
Sabdanya malam, kita kuat bukan karena tak jatuh, tapi karena bangkit melawan kelam."

Malam mungkin mengajarkan kita tentang kelam dan dingin, namun ia juga menunjukkan bahwa bintang-bintang hanya terlihat dalam gelap. Dari setiap luka, kecewa, dan kesusahan, kita belajar untuk bangkit dan menjadi lebih kuat.

Semoga puisi ini menginspirasi setiap pembaca untuk tidak menyerah pada keadaan. Sebab, seperti malam yang selalu berakhir dengan fajar, perjuangan kita hari ini akan membawa terang untuk esok yang lebih indah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun