[caption id="attachment_197199" align="alignright" width="300" caption="Pagelaran Internasional (Indonesia paling kiri bersongkok)"][/caption]
Tahun yang lalu, ketika Mesir terjadi pengeboman di lokasi turis Luxor dan Kankhalili , masyarakat Mesir tidak saling menuding antara orang muslim dengan kristen koptik. Bahkan Mesir mengadakan acara seni budaya untuk menyatukan antara pemeluk islam dan Kristen di Mesir. Pejabat, ulama dan tokoh masyarakat turun untuk menyerukan satu suara, “Muslim dan Kristen itu satu Mesir”.
Ketika Negara lain terjadi tuding-menuding disaat terjadi pengeboman, namun tidak untuk Mesir. Mereka memilih menyatukan suara untuk menjernihkan masalah, sehingga jelas masalah dan jalan asalnya. Karena, bisa jadi yang terjadi adalah propaganda dari orang atau kelompok yang memiliki tujuan tertentu.
Begitupun Ahad (29/7) tepat pukul 21:30, Mesir mengadakan acara “the international sama` festival for spiritual musicand chanting” yang dibwahi oleh Menteri Budaya, Menteri Pemberdayaan dan Menteri Kunjungan Luar dan Dalam Negeri,acara itu bertemakan “Manusia adalah Negara, Negara adalah manusia”.
Acara yang diadakan tanggal 29 Juli - 8 Agustus ini diikuti oleh tiga puluh lebih Negara, diantaranya: Mesir, Indonesia, Turki, Cina, Amerika, Pakistan, Zambia, Yaman, Irak, Azarbaijan, India, Tunis, Prancis, Jerman, Asbania, Ekuador dan yang lainnya.
Acara itu resmi dibuka Ahad (29/7) pukul 21.30 Clt. –waktu Cairo- di Teater Sumur Yusuf, BentengShalahudin El-Ayyubi Kairo. Indonesia yang diwakili oleh grup nasyid Da`i Nada Kairo tampil senagai grand opening acara tersebut.Selain dari Indonesia yang tampil malam itu adalah grup nasyid dari Amerika, Zambia, Cina, Pakistan, India dan Mesir.
Acara yang ini dihadiri oleh berbagai tamu undangan, baik Dalam Negri maupun Luar Negri. Turut hadir perwakilan ulama Azhar, Baba Koptik dan budayawan-budayawan dari berbagai Negara.
Acara pagelaran tahun ini merupakan kali kelima dari agenda tahunan yang diadakan di Mesir. Setiap tahun Mesir selalu mengadakan aven yang sama dengan tema yang berbeda-beda. Dalam even ini selain mengundang grup musik spiritual dari berbagai negara juga diikut sertai oleh muslim dan non muslim.
Acara terlihat sangat meriah, tepuk tangan terdengar dari semua pojok penonton baik yang duduk maupun yang berdiri. Semua yang ditampilkan menjadi satu dengan iringan perintah drijen. Sesekali drijen memberikan isyarat kepada kelompok-kelompok yang sedang menyanyi agar diperkeras suaranya. Ketika instrument dan para vokalis berhenti serentak, tepuk tangan terdengar sangat keras nan berirama, menumbuhkan semangat persatuan dalam diri penonton.
Suasana malam Kota Kairo dan Mesjid Ali Basya yang berada di dalam Benteng Shalahudin ini menambah indah dan eksotik acara pada malam itu. Kesejukannya menambahkan kedamaian dalam hati, dan mendorong arti dari tiap nasyid yang dinyanyikan memasukan pesan dalam hati para penonton.
Dari bunyi musik dan nyanyian itu seakan berkata, kita ini satu, satu Negara satu Dunia. Perbedaan yang ada menjadi mencair lebur seakan taka ada. Islam menyerukan lafal “Allah, Allah, Allah”, non muslim Amerika dan Zambia menyerukan “Haliluya, Haliluya, haliluya”. Disana taka ada satupun yang melarang berkata sesuai agama masing-masing. Persatuan lah yang Dunia butuhkan saat ini.
Mendengar nasyid mereka menjadikan bulu kutuk merinding, semangat persatuan terkobar. Kepentingan umum adalah prioritas dalam setiap langkah, itulah pesan music dan nasyid-nasyid yang didapatkan. Bukan zamannya lagi berkoar-koar tentang kaos yang dipakai, namun hubungan sosial tetap rusak. Berbeda kaos dan keyakinan tak jadi masalah, baru kalau persatuan sudah nggak ada ini baru masalah.
Tepat pukul 00:00 Clt. acara usai, pembawa acara langsung menuju panggung dan mengundang tokoh budayawan dari Jerman. Setalah itu para tamu undangan bergegas untuk acara dokumentasi pemotretan setelah acara ditutup. Acara dokumentasi pun berjalan lancar, setalah itu para penonton lainnya berfoto-foto dengan grup-grup nasyid yang berada di panggung.
Aku sebagai warga Indonesia juga turut mendokumentasikan Nasyid Da`i Nada Kairo, mereka adalah para mahasiswa Universitas Al-Azhar.
Pesan untuk siapapun bisa disampaikan melalui banyak cara dan jalan. Seperti mala mini, pesan persatuan antar manusia walau berbeda agama, kulit, ras, Negara telah disampaikan memalui pagelaran musik spiritual. Aku turut belajar banyak tentang persatuan dari pagelaran malam itu.
Sampai jumpa di lain kesempatan, semoga catatan ini bisa dibaca oleh banyak orang.
[caption id="attachment_197200" align="aligncenter" width="514" caption="jepretan kamera HP-pake digital gak bisa ke upload"]
Ramadhan ke-11
KAIRO
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H