[caption id="attachment_223115" align="alignleft" width="386" caption="examiner.com"][/caption]
Kairo-Genderang pertempuran ujian semester ganjil Univ. tertua di dunia, al Azhar, akan segera di mulai. Ujian yang selalu di adakan di puncak musim dingin. Itu semua akan sangat kentara auranya jika kita melihat langsung kesunyian daerah Hay Asyir –perkampungan sepuluh-, yang dikenal sebagai kampung bangsa Indonesia di Mesir ini. Dan juga bisa ditebak jika kita melangkjah ke Mesjid al Azhar, di sana akan terlihat banyak pelajar yang sedang belajar, baik pelajar asing maupun pelajar pribumi juga. Mereka ada yang berkelompok, adajuga yang belajar individu.
Mesjid al Azhar yang merupakan pondasiadanya Univ. al Azhar itu juga ketika musim ujian akan terlihat sunyi dari berbagai talaqqi –pengajian bandongan-. Para masyayikh –guru2- sengaja meliburkan pengajiannya ketika musim ujian. Semua itu, karena ujian di al Azhar memiliki perhatian besar baik di mata pelajar maupun di mata masyarakat Mesir. Bahkan, imam Mesjid al Azhar selalu berdo`a untuk para pelajar yang sedang ujian, ini biasanya di lakukan usai melaksanakan shalat jamaah Dzuhur.
Ujian al Azhar yang memakan waktu panjang. Bahkan, ada Fakultas yang ujiannya sampai mau dua bulan. Matakuliah yang diujiankan di semester ganjil akan selalu lebih sedikit disbanding matakuliah yang diujikan di musim panas. Semuanya itu, karena di musim dingin para pelajar harus berhadapan dengan dinginnya cuaca, panasnya otak dengan buku. Sehingga sangat bijak jika matakuliah yang diujikan di musim dingin lebih sedikit. Semisal saya, di musim panas –semester genap-, matakuliah yang diujikan ada dua belas diktat. Sedang di musim dingin hanya ada enam diktat. Enam diktat itu memakan waktu untuk ujian sampai tiga minggu. Nah, jika dua belas diktat berarti sampai enam minggu.
Ujian para kandidat stara satu ini pasti memuai perhatian lebih bagi semua pelajar asing. Terbukti, organisasi kurang lebih sebulan sebelum ujian semester akan di non-aktifkan. Itu wajar, karena peraturan al Azhar untuk segi kelulusan sangat ketat. Jika, tiga matakuliah nyangkut untuk para pelajar semester enam kebawah, mereka akan tidak naik ke semester berikutnya. Begitupun, untuk pelajar semester akhir –semester delapan-, nyangkut satu matakuliah mereka gak akan bisa pulang untuk menggondol gelar lisenceI- setara (stara S1), mereka harus mengulang tahun depan. Bukti lain perhatian pelajar asing dalam mempersiapkan ujian, mereka belajar sebulan sebelum ujian dilaksanakan. Wah, jadi semisal ujiannya sebulan setengah berarti mereka belajar selama dua bulan setengah berkutat dengan diktat. Panas tentunya kepala pelajar, termasuk kepala saya.
Musim dingin emang musim yang sangat berat godaannya. Godaan malas, godaan dinginnya cuaca, air dan sebagainya. Bahkan, tak ayal jika para pelajar menamakan kuliah dan ujiannya di musim dingin sebagai kuliah di astronot. Karena, mereka harus berpakaian serba tebal dari ujung kaki sampai ujung kepala.
Namun, semua rintangan itu bukanlah pelemah bagi kami. Kami sadar, hidup di negeri orang, lebih-lebih di negeri para nabi ini harus kuat niat, sabar dan tangguh. “jika tak tangguh maka akan tertindas”. Emang, al Azhar, masuknya saja yang rada mudah. Namun, untuk bisa lulus darinya harus membutuhkan ketangguhandan kesabaran lebih. Jika kalian takut melangkah, maka jangan kesini saja kawan. Dan yang sudah disini, jika kalian merasa takut kalah, maka segeralah bergegas untuk ulang. Mau hidup di Kairo?, maka kalian harus mampu memaksa dirimu untuk mengalahkan dirimu sendiri. Kairo, sebagaimana artinya pemaksa. Maka, jika kalian tak mampu menindasnya, maka kalianlah yang akan tertindas. Ingat, itu.
"ujian itu ada bukan untuk membuatmu menjadi pecundang, melankan untuk menaikan kelasmu".
Mohon segenap do`a untuk para pejuang, anak bangsa, di negeri para nabi, Kairo, Mesir.
By Syem Sudin, Kairi, 21 Des. 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H