Hallo sahabat kompasiana, penggiat literasi yang baik budi. Permainan sepakbola memang disukai oleh sebagian besar rakyat Indonesia, bahkan mungkin masyarakat dunia. Maraknya berita tentang permainan bola, yang sering kita dengar di media massa, termasuk soal pergantian pelatih Timnas, menjadi topik pembicaraan penggemarnya. Tidak terkecuali anak-anak di Kampung Tapieng. Mereka setiap sore sekitar usai salat asar dan pada hari libur latihan sepakbola pada pagi hari dan sore hari. Sejumlah anak-anak seusia anak kelas IV-VI SD di Tapieng bermain sepakbola di tanah kosong.
Tanah kosong bekas sawah yang terletak di kampung Tapieng Kelurahan Boribelaya Kecamatan Turikale Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan setiap sore hari pada hari-hari kerja dan setiap pagi hari dan sore hari pada setiap hari libur digunakan oleh sejumlah anak-anak kampung Tapieng untuk bermain sepakbola. Mereka tidak ada pelatih, tidak pakai sepatu, tidak pakai seragam, hujan bukan halangan bagi mereka untuk berkumpul dan bermain sepakbola. Mereka kompak, walaupun tak ada pelatih, mereka gembira bermain sepakbola di tanah berumput dan berlumpur.
Usai bermain mereka mandi di sungai/kanal yang ada di dekat tanah kosong tersebut. Mereka tampak sehat, padahal mereka bermain dengan kaki kosong, tak pakai alas kaki / sepatu. Tanah kosong tersebut juga digunakan oleh sebagian masyarakat untuk memelihara kuda dan sapi. Tentunya kotorannya berserakan di tanah tersebut. Sakitkah anak-anak kampung itu ? Sesuai pengamatan saya mereka sehat-sehat saja, dan setiap hari bergembira bermain bersama. Tak perlu biaya tak perlu transfor dan tak bereseragam. Lain halnya dengan kegiatan anak-anak yang ada di kota. Sebagian anak-anak di kota bermain sepakbola dengan pakain seragam, pakai sepatu, dibimbing oleh pelatih dan atau pendamping orang dewasa. Mereka dikoordinir, bermain di lapangan yang sengaja dibuat untuk permainan sepakbola. Kadang mereka harus mengeluarkan dana untuk membeli baju kaos seragam, sepatu seragam dan menyewa lapangan. Lapangan yang disewa-pun kadang-kadang menunggu jadwal. Berapa sewanya perjam ? Menurut penuturan salah satu orangtua mereka, satu jam menggunakan lapangan sepakbola sewanya-biayanya sekitar Rp 200.000,-/jam. Dipikul bersama oleh sekitar 10 orang maka Rp 20.000,-/anak.
Mungkin benar kata pepatah : "Lain ladang lain belalang" Ladang di kota belalangnya kurang kuat, ladang di desa belalangnya agak kuat. Namun orang tua anak-anak di kampung perlu juga waspada, akan dampak negatif bermain di tempat yang kurang sehat tersebut. Jangan sampai anak-anak tersebut akan terserang penyakit karena sering bermain di tempat yang kurang memenuhi kesehatan.Â
Karena banyaknya masyarakat suka permainan sepakbola maka diharapkan minimal tiap desa dan atau kelurahan punya lapangan sepak bola. Selain makan bergizi gratis, program membuat lapangan sepakbola perlu dipikirkan. Salam literasi (IM)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI