Bulan ramadhan adalah bulan yang dinantikan oleh umat muslim di dunia. Perbedaan penentuan awal Ramadhan juga menjadi ciri khas dalam dunia keislaman. Karena pada dasarnya, umat muslim di dunia mempunyai beberapa cara dalam penentuan bulan awal Ramadhan. Cara nginceng hilal sebagai cara yang dilakukan oleh beberapa negara seperti Indonesia, Pakistan atau negara yang lainnya. Ada yang menggunakan cara Hisab, penggenapan tanggalan qomariyah atau penetapan awal Ramadhan ditentukan oleh fatwa ulama seperti halnya yang  dilakukan oleh beberapa.
Dari cara inilah, yang menjadikan perbedaan penentuan bulan-bulan penting dalam kalender Islam. Dalam qaidah fiqh, perbedaan yang ada adalah suatu hal yang lumrah adanya. Justru ini yang menjadikan dinamika di dunia Islam hidup. Qaidah fiqh itu berbunyi, Al Ihtilafu Masyru'un wa at-tafaraqu madzmumun. Perbedaan adalah hal yang disyariatkan, dan perpecahan adalah hal yang dilarang.
Pakistan sendiri adalah negara yang bermayoritaskan umat muslim, dan termasuk penganut agama Islam terbanyak kedua. Populasi ini, yang menjadikan kehidupan sosial cenderung menerapkan nilai-nilai keislaman di dalamnya. Dalam penentuan awal Ramadhan, Pakistan memulai puasa tahun ini pada hari kamis (23/3) yang lalu dengan diumumkannya sidang isbat pada pukul 22.00 PKT.
Seperti halnya di Indonesia, kedatangan bulan Ramadhan juga disambut dengan meriah oleh masyarakat Pakistan. Ramainya masjid pada bulan Ramadhan menandakan kegembiraan masyarakat Pakistan dengan datangnya bulan Ramadhan. Bazar  (pasar) yang padat juga menandai hal ini dengan membelanjakan barang-barang yang dibutuhkan untuk persediaan sahur dan buka puasa (ifthar).
Makanan semacam Chicken rolls, Pakora, Samosa dan Jalabi seolah bakwan yang biasanya tersedia di kala buka puasa tiba. Makanan-makanan tersebut menjadi ciri khas pada Ramadhan di Pakistan. Biasanya, makanan ini dijajakan di markaz yang bertebaran di beberapa sektor pada wilayah Pakistan. Sirup ataupun chai (semacam teh tarik) juga menjadi hidangan yang tidak pernah alpa dalam sajian bulan Ramadhan.
Hal yang unik lainnya adalah kebiasaan pengadaan Iftar (buka bersama) antara masyarakat Pakistan. Undangan juga sering dilayangkan kepada mahasiswa yang datang dari negara lain. Selain itu, kita juga dengan mudah melihat tiker-tiker berhamburan di samping jalan yang biasanya disediakan kepada para pengguna jalan ataukah pejalan kaki yang berlalu lalang di jalan. Ajakan mereka yang biasanya mengundang daya tarik kepada masyarakat yang lainnya.
Tradisi ajakan takjil dan iftar bersama sudah terbiasa mereka lakukan di bulan puasa seperti sekarang ini. Kegiatan ini sudah tertanam dan menjadi ciri khas masyarakat Pakistan. Daya tarik ini yang membuat penulis untuk mengisahkan bulan Ramadhan di negri Ali Jinnah ini. Meskipun Pakistan dalam pendapat negara yang rendah, justru masyarakatnya menunjukan kedermawanan jika ada tamu asing datang di sekitarnya.
Di bulan ini, umat muslim mengawali Ramadhan pada bulan maret yang menandakan bahwa di Pakistan bulan ini pada cuaca yang pas. Pasalnya dua, tiga, dan empa tahun ke belakang. Pakistan selalu mengawali bulan Ramadhan pada cuaca yang sangat panas. Pernah juga pada masa kedatangan saya pada tahun 2018 saya bisa merasakan hingga 17 jam dalam berpuasa.
Adanya empt musim yang terjadi di Pakistan, menjadikan bulan Ramadhan di negara ini bisa merasakan semua musim di dalamnya. Namun pada tahun ini, kita hanya menjalankan puasa selama 13 jam. Namun, ini bisa menjadi lebih pendek apabila puasa jatuh pada musim dingin. Tepatnya antara bulan November hingga Februari.
Meskipun demikian, keguyuban hingga keunikan yang hadir pada bulan Ramadhan di Pakistan Menjadi bumbu dalam sosial kemasyarakat yang umumnya terjadi di negri Ali Jinnah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H