Mohon tunggu...
Muhammad Syamsuddin
Muhammad Syamsuddin Mohon Tunggu... -

Sedang belajar membaca ide dan menuliskannya.\r\n|| \r\nSumber gambar: http://en.wikipedia.org/wiki/Shams_Tabrizi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

[Seri Islam #1]: Jeda Satu-Dua Detik Agar Shalat Khusuk

19 Mei 2014   00:37 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:23 1396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillaahirrahmaanirrahiim



Shalat dengan khusuk memang sesuatu yang sulit dicapai bagi siapapun. Kadang kita hanya bisa khusuk kira-kira 25% saja dari waktu yang dipakai untuk mendirikan suatu shalat. Penetapan angka prosentasenya berdasarkan kira-kira saja.

Malah dengan dahsyat kadang kita tidak ingat apa-apa mulai dari takbir sampai salam, yang artinya tingkat kehusukkannya 0%. Demikian serba otomatis gerakan dan bacaan yang kita lakukan dalam shalat.

Apakah shalat kita yang masih seperti ini akan membawa dampak yang baik buat diri kita sendiri? Pertanyaan ini tidak akan dijawab pada tulisan ini.

Tulisan ini lebih mengkonsentrasikan diri pada upaya sederhana agar kita bisa shalat dengan khusuk. Bisakah angka tingkat kekhusukkan yang 25 % ini dinaikkan dengan cara atau upaya yang sederhana saja? Sesederhana apapun cara dan upaya kita shalat, niat dan kesungguhan untuk shalat khusuk perlu ada dulu.

Upaya sederhana yang dimaksud di sini mengacu pada konsep jeda (tumaninah, istirahat, berhenti sejenak) dalam tiap tahapan shalat. Jeda yang dimaksud disini adalah berhenti sejenak yang memakan waktu sekitar satu sampai dua detik dengan badan dan pikiran yang tenang. Secara garis besar konsep ini menekankan agar kita melakukan jeda satu-dua detik sebelum melakukan suatu gerakan dan bacaan dalam shalat (ruku, sujud, tasyahud, baca al-Fatihah, baca surat, baca doa, baca tasbih, baca tahmid dsb.).

Implementasi konsep jeda satu-dua detik (tumaninah) ini kira-kira adalah sebagai berikut. Sebelum mengangkat tangat untuk takbir lakukan jeda selama satu-dua detik sambil berniat mau shalat. Setelah takbir dan sebelum membaca doa pembuka (iftitah) lakukan lagi jeda satu-dua detik. Sebelum membaca al-Fatihah lakukan lagi jeda satu-dua detik. Sebelum membaca suatu surat al-Qur'an lakukan lagi jeda satu-dua detik.

Untuk selanjutnya, jeda satu-dua detik ini dilakukan


  • Sebelum ruku,
  • Sebelum membaca tasbih di dalam ruku,
  • Sebelum I'tidal (berdiri dari ruku),
  • Sebelum membaca doa I'tidal,
  • Sebelum sujud,
  • Sebelum membaca tasbih di dalam sujud,
  • Sebelum duduk setelah sujud,
  • Sebelum membaca doa ketika duduk antara dua sujud
  • Sebelum berdiri ke rakaat kedua.

Lakukan siklus jeda satu-dua detik ini untuk rakaat berikutnya sampai sebelum mengucap salam di akhir shalat perlu juga jeda (tumaninah) dulu selama satu sampai dua detik.

Jeda satu-dua detik ini memaksa kita untuk selalu menyadari gerakan yang akan kita lakukan dan manyadari bacaan yang akan kita baca (lebih baik lagi kalau kita bisa paham dengan bacaanya).

Konsep jeda ini akan mencegah kita melakukan gerakan dan bacaan shalat serba otomatis sehingga kita sendiri tidak menyadari apa yang telah kita lakukannya. Bila konsep jeda satu-dua detik ini rajin dilatih dan diimplementasikan maka angka tingkat kekhusukkan minimal 50% bisa dicapai oleh kita. Namun demikian ini sudah merupakan peningkatan prestasi yang patut kita syukuri karena kenaikkannya lebih dari dua kali lipat  (dari 25% hingga lebih dari 50%).

Inginnya sih bisa mencapai tingkat kekhusukan 100%. Insya Allah dengan terus berlatih maka tingkat kekhusukkan yang sempurna ini bisa dicapai. Amin

Apakah kosep jeda satu-dua detik ini dapat dikategorikan sebagai bidah? Tentu saja tidak. Konsep ini hanya ingin memperinci maksud dari ungkapan tumaninah yang harus selalu ada pada tiap tahapan shalat (gerakan dan bacaan). Shalatlah dengan tumaninah. Wallahu'alam.

Semoga Allah mengawal kita agar bisa shalat khusuk. Amin.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Salam dari Bandung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun