Di tengah gejolak kehidupan modern, banyak terlihat nilai-nilai bangsa yang nampak tergeser ke jurang kehancuran. Maraknya pelanggaran kaidah akhir-akhir ini menimbulkan keresahan dan ketidaknyamanan di lingkungan masyarakat sekitar. Begal motor, pelecehan seksual, kekerasan dan penyalagunaan narkoba sudah menjadi pemberitaan media televisi, radio, surat kabar serta informasi media lainnya. Kelompok yang melakukan aksi kejahatan ini banyak sekali keterlibatan dengan oknum pemuda (baca: pelajar dan mahasiswa). Pemuda gampang di provokasi dan dimobilisasi serta sangat rentan berubah perilakunya akibat kondisi di mana ia berinteraksi. Generasi muda yang sejatinya sebagai agen perubahan (agen of change) bangsa. pemuda yang seharusnya membawa bangsa ini ke arah perubahan positif, namun pada kenyataannya sekarang, banyak pemuda kita yang kurang menjunjung tinggi niai-nilai kebangsaan, sebagaimana tertuang dalam sumpah pemuda.
Sebenarnya lingkungan yang menjadi faktor penentu perilaku generasi kita, di mana mereka berinteraksi. jangan heran jika lingkungan di mana kita hidup sekarang suda banyak percampuran budaya-budaya Barat yang bertolak belakang dengan budaya kita. Konsekwensinya dari lingkungan yang kurang kondusif tersebut membawa dampak yang buruk bagi generasi kita.
Situasi dan kondisi karakter pemuda bangsa sekarang diperparah lagidengan adanya penyalahguanaan teknologi yang berbau pornografi dan aksi kekerasan, akses teknologi di kalangan anak muda yang sangat rentan berpengaruh terhadap perkembangan karakter mereka dan diperbudak oleh teknologi itu sendiri. Akibatnya, generasi muda sekarang haus dan tidak berdaya dalam menjalankan kaidah-kaidah bangsa.
Kemajuan teknologi yang pesat ini, banyak sekali membawa kemudahan di berbagai bidang tapi di lain sisi membawa malapetaka besar mengancam substansi bangsa yang kaya akan budaya dan bahasa yang tersebar luas di nusantara. Gelombang dan arus teknologi melahirkan ragam budaya, bahasa, dan karakter baru di kalangan pemuda dan dibiarkan terus berkembang. Pembiaran ini menyebabkan semakin menggusur budaya, bahasa, dan karakter bangsa kita yang sesungguhnya.
Di kalangan generasi muda, pelajar misalnya, banyak terhipnotis dengan teknologi komunikasi, jejaring sosial dan internet. Lazimnya pengguna jejaring sosial saat ini sebagian besar dari generasi muda (pelajar dan mahasiswa) yang memang sudah kecanduan. Setiap harinya mereka meluangkan waktu berlama-lama hanya untuk berinteraksi dengan teman-teman jejaring sosialnya tanpa memperdulikan belajar terhadap bidang yang ia geluti. Ini jelas semakin tergerusnya intelektual pelajar dan membawa dampak buruk bagi generasi bangsa ke depan.
Membumikan Pendidikan Karakter
Di tengah goncangan kehidupan bangsa, maka perlunya inisiatif kita bersamamengantisipasi pergolakan zaman. Di sinilah dibutuhkan optimaliasi sistem pendidikan yang mampu meminimalisir kemerosotan moral remaja. Perlunya merancang sistem pendidikan yang mantap serta kaya akan terapan yang efektif dan efesien, guna melawan tantanganzaman. Di antaranya perlu penekanan pendidikan berbasis kepribadian yang diterapkan di setiap jenjang pendidikan. Oleh karena itu, dibutuhkan pembumian kembali pendidikan karakter.
Dalam bukunya berjudul Menejment Pendidikan Karakter, Prof. Dr.H.E. Mulyasa, M.Pd. mengatakan, pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan.
Selain itu,Prof. Dr. H. Mahmud (2013), juga mengatakan adanya konsep pendidikan karakter pada dasarnya berusaha mewujudkan peserta didik atau manusia yang berkarakter(aklak mulia) sehingga dapat menjadi manusia paripurna (insan kamil), sesuai dengan fungsinya sebagai “mandataris” tuhan di muka bumi.
Idealnya, manusia yang ada di muka bumi ialah pemimpin, yaitu pemimpin bagi dirinya sendiri, lingkunganya serta pemimpin masyarakat luas. Sebagai pemimpin tentunya dibutuhkan orang yang berjiwa sosial tinggi, berakhlak mulia, berkarakter, cerdas dalam mengambil keputusan. Dengan demikian, kita semua berharap dengan pembumian pendidikan karakter krisis moral di kalangan pelajar kita bisa teratasi dan masa depan bangsa ini akan menjadi lebih baik.
*Mahasiswa STKIP Suluh Bangsa Ciputat, Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H