dulu, ketika aku melihat pengantin baru, menggandeng tangan sang ratu, memasuki kamar pengantin yang menyimpan sejuta rindu, aku hanya bisa tersipu malu, membayangkan hal-hal tabu, yang membuatku terdiam membisu, di sudut-sudut ruangan yang lesu penuh debu, sambil sesekali menarik nafas penuh nafsu.
kini, ketika aku telah menjadi pengantin baru, ketika aku menggandeng tangan permaisuriku, memasuki istanaku yang diselimuti tawa dan cumbu, pikiranku justru melayang jauh di situ, menelusuri apa yang sedang dibayangkan orang itu, yang sedang duduk di kursi tamu. ah, mungkin dia sedang membayangkan apa yang aku bayangkan dulu.
ketika aku mulai menutup pintu, mematikan lampu, lalu duduk tertegun di samping bidadariku, kulihat bayanganku di dalam diri orang itu, memikirkan apa yang kupikirkan dulu, tentang pengantin baru, tentang malam pertama yang penuh nafsu, sambil sesekali tersipu malu. dan ahh, ternyata aku telah hanyut dalam pelukan istriku, menikmati surga duniaku. dan kau yang duduk di situ, tak perlu kau tau, kini sedang apa aku, karena kau hanya akan menyiksa dirimu..
wow, sungguh indah ibadahku malam itu, ketika aku menaklukan para setan yang memburu, dalam desahan tasbih yang menyelimuti seluruh tubuhku, yang membuat para bidadari tertunduk malu, menyaksikan diriku yang kini telah menyempurnakan separuh agamaku .. malam itu, hanya ada kau dan aku, berselimut syukur penuh restu, pada sang Khaliq yang Maha Tahu segala sesuatu..
Jogja, 29 September 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H