Mohon tunggu...
Ibn Jabal
Ibn Jabal Mohon Tunggu... Freelancer - Bukan Putra Mahkota

masih mencari jati diri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Online Discussion Group Santai, Bercanda, tapi Bermanfaat

28 Januari 2020   12:46 Diperbarui: 28 Januari 2020   12:49 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu dalam perhelatan diskusi terdapat jawaban yang berbeda, dan itu memang yang menjadi ciri khas sebuah diskusi. Ada yang menjawab bahwa introvert harus merubah karakternya, ada pula yang berpendapat bahwa introvert tidak perlu merubah karakternya, sebab bagaimanapun, itu adalah haknya, dan seorang introvert juga merasa nyaman dengan karakternya, bahkan bisa lebih produktif dalam menjalani hidup dibanding orang yang ekstrovert.

Selain itu definisi umum yang diberikan terhadap pribadi introvert juga terkesan sempit. Introvert bukanlah orang yang sama sekali tidak berinterkasi dengan orang lain, introvert hanya lebih nyaman dan tenang jika menyendiri.

Dalam hal membaca buku misalnya, orang yang berkepribadian introvert akan mudah menyerap materi buku jika ia menyendiri di kamar tanpa ada seorang pun yang menemani.

Jadi, karakter keduanya dapat beriringan, meski berbeda. Jangan mengucilkan seorang introvert, jangan pula terlalu ekstrovert, hingga melupakan tugas pribadi karena terlalu banyak meladeni pergaulan dengan teman.

2. Gender equality

online discussion group. Dokpri
online discussion group. Dokpri

Pembahasan yang satu ini memang selalu menarik, tidak hanya dalam lingkungan pendidikan ataupun sosial, dalam agama dan tafsir al-Qur'an pun gender menjadi diskursus yang berkepanjangan.

Berbagai teori pun bermunculan, mulai dari feminis eksistensialisme, feminis liberal, feminis sosialis/marxis hingga teologi feminis. Kesemuanya menuntut adanya keadilan antara perempuan dan laki-laki.

Dari pengalaman berbagai diskusi yang penulis ikuti, semuanya berakhir menggantung tanpa kesepakatan diantara peserta, dan ini memang wajar. Sebab, gender bukan lagi antara hitam-putih, gender sangat luas. Bahkan gender menjadi sebuah wacana yang kompleks dalam tataran sosial, agama, hak dan sebagainya.

Mungkin yang harus didudukkan adalah porsi keadilan yang dituntut dari perempuan, belum ada kesepakatan dalam masalah tersebut. Terkadang tuntutan keadilan yang diminta sangat frontal dengan yang dipahami laki-laki. Mereka menuntut hal yang menjadi hak laki-laki. Begitupun laki-laki terkadang tidak memahami posisi perempuan, seolah menindas, bahkan memang menindas.

Secara pribadi penulis sedikit terpuaskan dengan jawaban yang mengatakan bahwa "keadilan tidak harus sama". Keadilan hanya menuntut kesamaan tingkat atau derajat, bukan nilai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun