Mohon tunggu...
Muhammad Ibnal
Muhammad Ibnal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca, Menulis, Filsafat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Trend Susu Kotak Kemasan, Terlihat Murah, Namun Banyak Diminati Karna Mudah Masuk FYP

15 Agustus 2024   12:37 Diperbarui: 15 Agustus 2024   12:45 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://ponselpintar.info/tengah-trend-begini-cara-buat-filter-bunga-nama-jadi-wallpaper-hp-yang-viral-di-tiktok/

Saat ini, tiktok tidak lagi di pandang etis oleh segelintir orang. Salah satunya saya sebagai pengguna yang enggan untuk membukanya karna terdapat konten-konten ekonomis. Di satu sisi, ini dijadikan sebagai batu loncatan untuk menjadi terkenal.

Misalnya, lagi - lagi  muncul trend baru yakni trend susu kotak kemasan yang mulanya saya anggap lucu, tapi kok lama-kelamaan malah jadi terlihat murah.

Berawal dari "foto" yang di tempel pada bilik kotak

Satu-satunya alasan trend ini dipandang murahan, pertama karena terdapat "foto orang" di kotak kemasannya.  Saya nggak tahu ini disengaja atau bukan, tapi logisnya mana mungkin foto diri sendiri di tempel pada susu kotak yang harganya tidak jauh beda dari harga air mineral, tapi kalau dipikir-pikir lebih baik saya beli air mineral, selain menyehatkan yang terpenting gak ada unsur-unsur trend murah-nya.

Bukan hanya itu, sudah terlihat murah, malah di tambah lagi dengan foto-foto yang penampilannya anti mainstrem dan sexy. Makin memandang buruk penilaian saya terhadap trend-trend seperti ini.

Kedua, dengan kemasannya yang sekali pakai, menandakan kalau minuman ini kemasannya tidak bisa di gunakan atau disiisi ulang lagi. Artinya harus di buang ke tempat sampah bukan. Tapi untuk orang-orang yang kreatifitasnya sangat tinggi, hal ini malah dijadikan sebagai ladang menunjukkan entitas diri agar tidak dipandang ketinggalan trend oleh orang lain.

Tidak sengaja merendahkan diri sendiri

Memang itu hanya sebatas template yang bisa digunakan siapa saja. Cuman jika dilihat dari segi konsep kontenya yang mayoritas diisi oleh perempuan. Menurut saya justru menjadi salah satu daya tarik si perempuan untuk menggambarkan begitu murahnya diri mereka. Terlebih dengan kondisi susu kemasan yang bisa saya temukan di supermarket mana saja dan setiap membelinya, saya selalu menanyakan, "kok gak ada foto perempuannya". Mungkin kalau hanya saya yang mengatakan seperti itu masih bisa untuk dipertimbangkan. Namun semisal jika semua orang berkata serupa? Seakan-akan itu menimbulkan pandangan baru di kalangan masyarakat dengan tujuan merendahkan kaum perempuan.

Meskipun telah diperingatkan, tetapi ada saja perempuan yang berprasangka teguh bahwa ini hanya sekedar konten atau "sok-sok mengomentari, padahal suka ngelihatnya". Yah secara visual konten ini memang merendahkan si perempuan. Namun alih-alih diberi nasehat, mendapatkan pengakuan dan viral itu jauh lebih menarik. Hingga tidak memperdulikan prospek negatif yang akan mereka terima kedepannya.

Pandangan sosial media yang semakin tidak etis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun