Penulis : Muhammad Ibnal Randhi
SEJARAH SINGKAT IDUL ADHA
Idul adha merupakan serangkaian kegiatan spiritual yang dilakukan umat agama Islam yang menurut kalender hijriyah jatuh pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah. Idul adha identik dengan pelaksanaan umat Islam yakni menunaikan ibadah haji wukuf di tanah Araffah untuk menguatkan keimanan, memohon ampunan kepada Allah SWT agar menjadi pribadi yang lebih baik. Namun idul adha tidak sebatas munanikan ibadah haji, melainkan penyembelihan hewan kurban yang menjadi tasalsul peristiwa Nabi Ibrahim As ketika di uji oleh Allah diperintahkan untuk menyembelih anaknya sendiri yakni Nabi Ismail sebagai wujud ketundukannya terhadap Sang Pencipta. Ketika Ibrahim dan anaknya berserah diri, Ibrahim membaringkan anaknya di atas pelipisnya. Disisi itu Allah SWT melihat kesabaran serta ketaatan Ibrahim dalam menjalankan segala perintah-Nya, saat itu juga Allah SWT Â memanggil dia (Ibrahim) :
"Wahai Ibrahim. Sungguh engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar dan sehat" Kisah itu diemanasikan dalam Al-Qur'an Surah As-Saffat ayat 102-109.
Sebagai agnostik ketaatan dan keistimewaan nabi Ibrahim As, ia pun diberikan laqab yang Allah SWT langsung anugerahkan kepadanya, diantaranya Abu al-Anbiya (bapak para Nabi) karna dari ialah keturunan para nabi di lahirkan, Khalifah orang-orang bertaqwa (Imam al-Muttaqin), Teladan para rasul utusan Allah, Khalil Allah Khalil al-Rahman (Kesayangan Allah yang paling dekat) dan bapak monoteisme (bapak tauhid).
1000 CAHAYA LANGIT
Setiap desa pasti memiliki tradisi tersendiri untuk memeriahkan hari raya Idul Adha seperti pawai obor, pawai miniatur masjid serta beberapa lomba lainnya dengan tujuan untuk menghidupkan malam yang penuh dengan kegembiraan. Menyangkut hari raya Idul Adha, salah satu kelurahan di kecamatan sandubaya yakni kelurahan Selagalas menggelar festival pelepasan 1000 lampion yang dihadiri oleh ratusan masyarakat baik dari dalam maupun luar desa. Perayaan ini dilaksanakan oleh beberapa pihak desa setempat (ormas desa) yang berkolaborasi dengan pemda kota Mataram yang bertempat di lapangan Selagalas. Melansir dari festival ini, pada jauh-jauh hari sebelumnya ormas desa memberikan selebaran tiket kepada masyarakat yang diketahui harga tiket lampion tersebut dibandrol dengan harga Rp. 10,000 di minggu pertama penjualan sampai dengan Rp. 20,000 per orang di malam puncak pelepasan lampion, nantinya satu tiket tersebut akan ditukarkan oleh masyarakat dengan satu buah lampion yang telah disediakan oleh panitia penyelenggara pelepasan 1000 lampion.
Lalu saat tiket telah ditukarkan dengan lampion, para pengunjung sangat antusias untuk menyalakan dan menerbangkan lampion mereka. Sambil mengucap harapan agar diberikan umur yang panjang dan bisa bertemu dengan hari raya Idul Adha kedepannya. Karna, dilansir dari studi literatur, dibalik keindahan lampion tersirat sebuah makna bagi kehidupan yang akan dijalani diantaranya, simbol cahaya pada lampion ditafsirkan sebagai simbol harapan akan kehidupan yang penuh cahaya dan menjadi pribadi yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, serta simbol kebersamaan dan kebahagiaan dalam keluarga sebab pada saat festival lampion berlangsung biasanya semua keluarga berkumpul untuk menerbangkan lampion bersama-sama sebagai representatif membawa kebahagiaan, menciptakan ikatan yang kuat antar anggota keluarga, menjalin hubungan sosial, dan menjadikan sebuah momen yang dikenang untuk perayaan Idul Adha kedepannya.
Tidak hanya pelepasan lampion saja, serangkaian penampilan lainnya turut mengikuti malam hari raya Idul Adha seperti tari Islami, lantunan lagu akustik, pembagian doorprize dengan hadiah yang dinanti oleh masyarakat. Selain itu dengan begitu banyaknya pengunjung yang menghadiri festival lampion tidak menutup kemungkinan kalau tidak ada masyarakat yang membuka lapak atau mencari rezeki saat festival berlangsung. Berbagai jajanan, minuman, dan penjual mainan turut menghiasi malam perayaan Idul Adha. Sehingga festival tersebut tidak sebatas untuk memeriahkan malam Idul Adha saja, melainkan membuka lapangan rezeki bagi masyarakat yang ingin berjualan dan juga menjadi tempat menjalin talisilaturahmi antar sesama masyarakat, healing bersama keluarga ataupun pasangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H