Mohon tunggu...
Muhammad Ibnal
Muhammad Ibnal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca, Menulis, Filsafat

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Anaximandros: Epistemologi Aperion dalam Terciptanya Alam Semesta

7 Februari 2024   18:41 Diperbarui: 7 Februari 2024   18:45 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis Muhammad Ibnal Randhi

Anaximandros atau kalangan postmodern memanggilnya dengan sebutan Anaximanderialah seorang filsuf kedua setelah Thales yang hidup sebelum pra-Socrates marak mempengaruhi intelektual bangsa Yunani kuno. 

Lahir pada abad 546 SM, berasal dari kota yang sama dengan Thales di Miletus, kota bagian di belahan Yunani yang terkenal dengan kemakmuran dalam sistem perdagangan, sekaligus murid pertama Thales yang hidup sezaman dengannya. Namun terdapat beberapa asumsi menjelaskan bahwa anaximander memiliki korelasi keluarga dengan Thales yaitu Anaximander ialah keponakan dari Thales.

Pada kala itu Anaximander dijuluki sebagai seorang yang ahli dalam bidang kosmologis. Julukan tersebut berawal dari ia selalu menemani gurunya dalam melakukan pengamatan terhadap alam, dimana fenomena alam selalu disangkut pautkan dengan bentuk kekuatan dewa. P

aradigma tersebut tidak bisa diterima secara mutlak oleh kedua filsuf itu. Lambat laun Anaximander dan gurunya Thales melakukan telaah yang lebih transenden serta rasionalistik terhadap asal muasal terbentuknya alam semesta.

Thales memiliki asumsi bahwasanya hakekat dari segala sesuatu berasal dari satu zat yaitu air. Anaximander pun setuju dengan pendapat gurunya yang mengatakan segala sesuatu berasal dari air. 

Namun Ia mempunyai kontradiksi terhadap gurunya, ia menjelaskan terkait tasalsul alam semesta bahwasanya segala bentuk substansi berawal dari zat yang satu, namun itu bukanlah air, melainkan aperion (zat tidak terbatas dalam pembentukan alam semesta). Terbukti dalam pengkajiannya secara universal dimana terdapat panas disitu ada kelembapam, dimana terdapat kekeringan disitu ada musim hujan yang melanda kota miletus pada zaman itu.

Dalam Agama aperion sendiri di emanasikan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun dalam pemikiran Anaximander aperion sendiri masih dianggap tidak jelas oleh beberapa kalangan filsuf karna tidak terbatas yang dimaksud ini sebenarnya substansinya apa?

Beberapa epistemologi karangan Anaximander yang diteliti oleh para pakar arkeologi dijelaskan aperion (yang tidak terbatas) ini bersifat supernatural, ilahi, abadi, tidak akan di hilangkan oleh masa apapun, tidak berubah baik masa ataupun bentuk, serta meliputi segala sesuatu yang berada di alam semesta.

Aperion juga tidak mampu dikaji menggunakan panca indra, namun mampu dikaji menggunakan akal dan intuisi. Konsepsi Anaximander menjelaskan dari aperion hadirlah beberapa unsur seperti api, tanah, air, dan udara. Semua unsur melakukan kondensasi (pemadatan), beberapa juga menjadi cair (rarefaksi), terjadinya keseimbangan antar satu sama lain, sehingga terbentuklah segala substansi-substansi alam semesta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun