Penulis Muhammad Ibnal Randhi
Sebut saja Pythagoras sang pencetus nama Filsafat pada zamannya. Ia adalah seorang filsuf yang lahir pada tahun 570 SM di Samos kota sangingan ekonomi perdagangan di Miletus Yunani. Sebagai tokoh filsuf ia membawa aliran Pythagoreanisme dimana aliran ini mengabungkan antara sains dengan mistik yang mampu dikaji menggunakan rasional, empiris, batin dan Pythagoreanisme merupakan pengembangan kepercayaan Orphisme yaitu ajaran yang menyembah dewa, serta pencetus ilmu matematika atau ilmu angka-angka di era Yunani kuno. Pythagoras dikenal sebagai pecinta kebijaksanaan, namun bukan orang yang bijaksana. Kenapa? Menurutnya orang yang Pecinta sesuatu akan terus mencari atas apa yang dicintainya, tanpa ada kata selesai. Berbeda dengan sekedar cinta, ia akan menganggap dirinya selesai karna sudah menemukan apa yang disatohatkan dalam dirinya.
Di zaman modern, Pythagoras terkenal dengan konsep Teorema Pythagosnya, yaitu hakekat segala sesuatu bermula dari angka-angka (perbandingan). Analogik ketika panas pasti ada dingin, ada jahat, pasti ada pula yang baik. Hidup tidak akan jauh dari ketentuan Sunnatullah, Qodarullah, harmoni-harmoni Tuhan (aperion). Angka-angka juga dipercaya oleh Pythagoras sebagai penanda sesuatu yang mistik, seperti angka 1 esensinya segala perwujudan berawal dari yang satu dan akan kembali ke yang Maha Satu (Tuhan), angka 2 menandakan materi dimana materi selalu bersifat dualitas ada besar-kecil, panas-dingin, marah-tenang, lalu angkar 3 menandakan idealitas karna hidup terdapat permulaan/awal, kemudian proses/pertengahan, dan kematian/akhir dari kehidupan yang bernyawa.
Dari Teorema matematika, munculnya esensi-esensi mistik dalam ajaran Pythagoras. Ia memaknai kehidupan layaknya pentagram berbentuk segilima yang didalamnya terdapat bintang yang mengisi ruang kosong. Pada bagian tengah bintang terdapat rongga kosong dan bisa diisi oleh bintang lagi begitu seterusnya sampai tidak terbatas. Hal itu menyimbolkan bahwa dalam hidup memiliki ketidakterbatasan dalam berpikir, berkreasi, dan melakukan apa yang ingin dilakukan. Namun setiap tindakan akan memiliki sebuah konsekuensi yang harus diterima dengan sukarela. Itulah makna kehidupan menurut Pythagoras.
Lalu konsep matematika merupakan sesuatu yang nyata ada dalam pikiran yang tidak terikat oleh masa dan bersifat imortalitas. Premis tersebut menginterperetasikan sifat Tuhan terdapat pada diri manusia melalui angka-angka. Silogismenya, Tuhan yang Maha Satu dapat diimani dan diyakini dengan jalur matematika murni yang berdekatan dengan sifat dasar-Nya yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Kebijaksanaan-kebijaksaan Pythagoras begitu kontemplatif dengan kehidupan dan kematian. Ia mengajarkan kedamaian jiwa (reinkarnasi). Digdayanya jiwa yang suci akan kembali ke Tuhan yang Maha Suci. Namun jiwa yang suci menjadi kotor disebabkan oleh perbuatan semasa hidup, ia akan kembali lahir (reinkarnasi) untuk dibersihkan di dalam neraka agar menjadi suci kembali seperti asal mulanya. Kembalinya ruh kedalam jasad untuk mensucikan dirinya dikatakan sebagai proses sensara, ontologiknya ruh akan mengulang segala konsekuensi perbuatan yang telah di lakukannya selama berada di dunia materil.
Tidak banyak yang mampu dijabarkan mengenai  kebijaksanaa dan kehidupan filsuf Pythagoras. Namun dari beberapa epistemologi yang diajarkan Pythagoras telah mengilhami perkembangan dan peradaban Yunani baik mempengaruhi cara berpikir, hingga dogma-dogma yang dianut pada abad pra-Sokrates hinga zaman postmodern.
Sedikit kebijaksanaan dari Pythagoras :
Manusia yang bebas adalah manusia yang mampu mengendalikan dan memerintahkan dirinya sendiri, manusia mampu mengendalikan dan memerintahkan dirinya bila ia bisa menahan dirinya dari amarah. Dan manusia yang masih membutuhkan hukum dalam hidupnya, ialah manusia yang belum bisa bebas dalam mengendalikan hidupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H