Mohon tunggu...
Iqbal Prihastowo
Iqbal Prihastowo Mohon Tunggu... -

Saya adalah seorang mahasiswa jurusan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman\r\n:-)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Identitas dan Kaum Marginal

13 Maret 2011   16:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:49 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Identitas? Terlalu sensitif saya kira untuk membicarakan masalah ini. Tapi saya muak dengan konflik identitas yang terjadi di negara saya. Konflik berbasis identitas agama selalu membuat hati saya panas dan emosi. Orang-orang yang menganggap dirinya beragama, justru dengan senang hati membunuh orang lain yang dianggap sesat oleh mereka.

ISLAM!! Agama yang satu ini memang selalu terjadi perdebatan di dalamnya. Orang-orang yang beragama satu ini saling berdebat terkait penafsiran dan pemaknaan terhadap ajaran agama tersebut. Tapi yang saya lihat justru bukan perdebatan wacana, namun malah perdebatan identitas. Ketika seseorang mengikuti aliran atau golongan atau bisa disebut identitas dalam identitas agama ini dengan paham yang berbeda dengan golongan/aliran/identitas lainnya, mereka akan dianggap sesat, dikucilkan atau bahkan dimusuhi.

Mana negara Indonesia yang katanya demokrasi? Konflik identitas yang mengatasnamakan agama pun sampai tega saling membunuh, tidak manusiawi sekali saya kira, seperti contoh kasus dibantainya anggota jemaat ahmadiyah yang dianggap sesat oleh golongan islam lainnya. Ya kalau memang sesat, ya tidak perlu dibunuh juga. Hargailah pendapat mereka, hargailah paham mereka, dan IDENTITAS mereka!! Dari sudut pandang agama, saya tidak berani berkomentar, karena saya sendiri pun masih mencoba mengislamkan diri. Tapi dari segi sosial atau kemanusiaan, saya berani berpendapat bahwa kasus ini tidak manusiawi sama sekali.

Negara Indonesia yang katanya demokrasi, tapi malah tidak ada kesetaraan hak. Tidak ada penghargaan terhadap pihak lain, malah justru memarginalkannya atau atau mengasingkannya, bahkan membunuhnya atas nama agama. Tulisan saya ini bukan bermaksud untuk mendukung gerakan ahmadiyah, atau menjadi orang yang sok baik. Tetapi tulisan saya ini adalah hanya sedikit kepedulian saya terhadap kaum-kaum atau identitas yang dimarginalkan. Terkait kasus ahmadiyah, saya hanya bermaksud untuk memberikan gambaran nyata terkait maksud tulisan saya ini. O iya, sedikit mengutip pendapat orang: Amartya Sen pernah berpendapat dalam salah satu bukunya yang membahas tentang identitas, bahwa setiap individu itu berhak menentukan identitasnya masing-masing kok. Ya, berarti kita harus menghargai siapapun yang beridentitas apa saja, dan kapanpun itu, sekalipun itu sesat menurut kita atau menurut orang lain. Hargailah pihak lain ketika kita menuntut untuk dihargai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun