Jurnal ini menggunakan pendekatan konseptual, aksiomatik dan teoritis untuk menunjukkan bagaimana model bisnis sosial bertentangan dengan kapitalisme pasar bebas, tetapi kompatibel dengan sistem ekonomi Islam. Jurnal ini memberikan kerangka teoritis untuk model bisnis sosial Islam berdasarkan perspektif pengembangan manusia dan sosial dalam Islam. Jurnal ini pertama kali membahas kegagalan kapitalisme pasar bebas dan munculnya bisnis sosial dalam sistem kapitalis. Ini kemudian mendefinisikan bisnis sosial Islam dan meletakkan landasan aksiomatiknya berdasarkan pandangan dunia Islam. Ini juga menyajikan instrumen keuangan Islam dan dana untuk bisnis sosial. Pada akhirnya, jurnal ini membahas pembangunan sosioekonomi berkelanjutan dan kesejahteraan subjektif dalam paradigma pembangunan Islam.
Kesimpulan
Model bisnis sosial dibuat untuk menyelamatkan sistem kapitalisme dari kegagalan, namun, model ini bertentangan dengan aksioma kapitalisme itu sendiri yang menggunakan self-interest sebagai dasar membuat keputusan. Jurnal ini menunjukkan bahwa perubahan kosmetik pada sistem kapitalisme tidak memungkinkan model bisnis sosial untuk mengambil peran utama dalam sistem kapitalisme pasar bebas. Ada kebutuhan akan paradigma baru tentang realitas, kebenaran, telos, dan sifat manusia untuk mendukung model bisnis sosial. Paradigma tauhid (Islam) dapat menjadi alternatif. Jurnal ini memuat bukti yang kuat untuk menjalankan model bisnis sosial dengan dasar pandangan dunia Islam. Sifat multi-dimensi manusia dari antropologi Tauhid menetapkan fondasi intrinsik untuk bisnis sosial. Meskipun model bisnis sosial baru diterapkan di negara barat, model ini telah dipraktekkan dalam bentuk tertentu di dunia Muslim sepanjang sejarah. Zakat, sodaqoh, dan qardul hasan dapat digunakan untuk mendukung bisnis sosial di samping beberapa instrumen perbankan Islam. Jurnal ini menunjukkan bahwa negara-negara Muslim harus merangkul model bisnis sosial untuk pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan subjektif yang lebih besar.
Hikmah
Ekonomi Islam memiliki potensi untuk memutus kegagalan sistem kapitalis dalam memenuhi kesejahteraan subjektif dan kesenjangan kekayaan. Al-Qur'an dengan jelas menyatakan bahwa kebahagiaan sejati dapat dicapai bukan dengan banyaknya sesuatu yang kita dapat di dunia, tetapi "Sesungguhnya dalam mengingat Allah, hati akan menemukan ketenangan!" (Ar'ad, 13:28). Inilah sebabnya mengapa Islam mendorong manusia untuk mengejar kesejahteraan materi bukan sebagai tujuan akhir, tetapi sebagai alat untuk kebenaran dan perbuatan baik yang bertujuan untuk mencari akhirat.
Referensi
Aydin, N. (2015). Islamic social business for sustainable development and subjective wellbeing. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management, 8(4), 491--507. https://doi.org/10.1108/IMEFM-09-2014-0097
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H