Pemikiran Ki Hajar Dewantara pada filosofis Pratap Triloka dengan kalimat yang tidak asing ditelinga kita , yakni : Ing ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani, menjadi acuan seorang pendidik sebagai pemimpin pembelajaran mampu memberikan suri tauladan kepada anak didiknya yang pastinya seorang pendidik akan dihadapkan pada masalah saat pembelajaran maupun di sekolah untuk mampu memiliki pengambilan keputusan yang akan membawa dampak positif bagi anak didiknya sesuai tuntunan pratap triloka yang diajarkan tokoh Pendidikan Indonesia kita.
Pada lingkup yang lebih besar lagi adalah Pemimpin/Kepala Sekolah juga yang pastinya ditangan pemimpin inilah segala kebijakan bermuara dan pengambilan keputusan akan berdampak besar pada keberlangsungan sekolah yang dipimpinnya, maka sandarannya juga tetap berteguh pada pratap triloka tadi supaya selaras dengan pendidikan Indonesia yang saat ini menuju pendidikan yang lebih baik.
Kemampuan pengambilan keputusan ternyata tidak semudah apa yang kita pikirkan. Ternyata nilai-nilai baik pada diri kita sebagai calon pemimpin berpengaruh pada pola pengambilan keputusan kelak kita ambil, maka kita terus mengisi diri kita dengan nilai-nilai baik  seperti nilai berpusat pada siswa, kolaborasi, mandiri, inovasi.
Pengambilan keputusan bagi Pemimpin memiliki cara-cara yang berbeda di lapangan. Namun alangkah bijaknya sebagai pemimpin tidak langsung memberikan keputusan sebelum dilakukan coaching dulu. Apa itu coaching?. Coaching adalah sebuah kelompok yang terbentuk dengan tujuan berlatih dan mempraktekkan materi pelatihan untuk pengembangan bersama. Dalam proses pengujian pengambilan keputusan dengan coaching ini akan muncul keputusan berdasarkan hasil kesadaran sendiri.
Pada aspek kematangan emosional bagi seorang pemimpin akan berpengaruh pada pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika yang terjadi di institusi yang dipimpinnya. Apa itu dilema etika?, yaitu kasus-kasus yang dihadapkan pada dua kasus yang sama-sama baik sehingga sebagai Pemimpin mengalami dilema etika. Disitulah kematangan emosi sangat muncul untuk mampu melihat kasus secara bijaksana dalam pengambilan keputusannya.
Bagaimana cara untuk memecahkan kasus dilema etika tersebut?. Supaya pembaca mengetahui seperti apa kasus dilema etika, simaklah contohnya : " kepala sekolah SMA Terhubung seorang yang cerdas, rajin dan menjadi panutan guru dan siswanya, namun beliau juga mempunyai usaha kuliner yang cukup terkenal dan luas jaringannya. Suatu ketika kepala sekolah menghadapi dilema etika antara mau meninggalkan tugas sekolah atau mengurus usahanya yang juga harus diselesaikan, namun saat itu juga sekolah butuh perhatian extra karena banyak kasus yang terjadi. Maka keputusan apa yang harus diambil oleh kepala sekolah tersebut"?.Â
Pola dalam pengambilan keputusan untuk memecahkan dilema etika tersebut adalah memahami 4 paradigma : 1) individu vs kelompok, 2) keadilan vs kasihan, 3) jangka pendek vs jangka panjang, 4) kejujuran vs kesetiaan. Maka kasus di atas, kepala sekolah tentunya menggunakan paradigma individu vs kelompol, yaitu lebih mementingkan kelompok karena tugas yang diembannya.Â
Konsep berpikir dalam pengambilan keputusan ada 3, yaitu : 1) Berpikir hasil akhir, 2) Berpikir peraturan, 3) Belas kasihan. Kalau dari kasus tadi, maka yang tepat adalah bagaimana menggunakan konsep berpikir peraturan yaitu sebagai tugas pokok ASNnya adalah kerja di sekolah apalagi Kepala Sekolah.
Untuk pengujian pengambilan keputusan berdasarkan 9 langkah, yaitu : 1) siapa yang terlibat, 2) nilai yang bertentangan, 3) fakta, 4) pengujian (uji legal, uji regulasi, uji publikasi, uji intuisi), 5) paradigma yang digunakan, 5) prinsip yang di ambil, 7) trilemma, langkah yang baru misalnya coaching, 8) keputusan final pemimpin, 9) tinjauan terhadap keputusan yang sudah diambil. Langkah-langkah ini kalau diterapkan akan mempermudah anda sebagai pemimpin mengambil keputusan secara baik dan berdampak postif pada lingkungan sekolah.
Pastinya ada saja tantangan untuk pengambilan keputusan itu, maka sebagai pemimpin akan mengingat hal penting yaitu : untuk kepentingan siswa, bertanggung jawab dan ada nilai-nilai kebajikan. Kalau 3 ( tiga) hal ini pada pengambilan keputusanteroenuhi, maka langkah anda sudah baik.