Mohon tunggu...
ibay toyibah
ibay toyibah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Bicara seperlunya, hobi menulis, senangnya materi pendidikan, literasi, kepribadian, motivasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bersandar Atas Kekuatan Sendiri (Koneksi Antarmateri-Kesimpulan dan Refkeksi Modul 1.1)

12 September 2022   17:00 Diperbarui: 12 September 2022   17:04 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tidak mudah menjadi sempurna untuk sebuah perubahan yang totalitas, karena membutuhkan proses panjang yang harus dilakukan. Ungkapan di atas sangat cocok kiranya untuk kondisi pendidikan di Indonesia. Perjalanan panjang untuk menikmati pendidikan seperti sekarang jika dibandingkan dengan kondisi pendidikan masa kolonial. Tidak semua tersentuh pendidikan bagi rakyat Indonesia pada masa itu yang masih dikuasai penjajah, semua serba dimanfaatkan untuk kepentingan penguasa saat itu. Tidak adanya kebebasan untuk mendapatkan layaknya pendidikan dan rakyat selalu ditekan jika bersuara untuk memperjuangkan hak-hak yang seharusnya didapat untuk rakyat, terutama untuk pendidikan. Para penguasa kolonial takut akan kemajuan para pemuda Indonesia yang sudah tercerahkan oleh pendidikan dan dapat mempengaruhi pemuda-pemuda yang lain.

Kepahitan masa kolonial membawa seorang Tokoh Indonesia memberikan inspirasi hebat di dunia pendidikan yaitu Ki Hajar Dewantara (KHD) dengan Filosofis pemikirannya. Beliau menuturkan tentang pengajaran dan pendidikan. Pengajaran adalah proses pendidikan dalam memberikan ilmu atau faedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir bathin, sedangkan pendidikan adalah memberi tuntunan terhadap segala kekuatan yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan kodrat setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi pengajaran itu untuk melatih keterampilan, kecakapan hidupnya, sedangan pendidikan untuk humanis (penuh kasih sayang, hati yang bersih, jujur). 

Dasar pendidikan yang disampaikan Ki Hajar Dewantara harus dipahami terlebih dahulu, yaitu : menuntun-among, kodrat anak, menciptakan permainan, bukan tabularasa, budi pekerti. Menuntun itulah kata ajaib karena ada peran pendidik yang luarbiasa untuk tumbuh kekuatan kodrat pada anak agar dapat memperbaiki lakunya ( bukan kodrat). Apa sih laku itu?,  laku itu kebiasaan yang biasa dilakukan. 

Menuntun-among dari filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan adanya keterkaitan dan keselarasan Ing Ngarso Sung Tuladho, Ing Madya Mangun Karso  Tut Wuri Handayani dilakukan oleh pendidik sebagai rangka menuntun-melayani anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia dan anggota masyarakat.

Manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya lahir dan bathin tidak tergantung kepada orang lain akan tetapi atas kekuatan sendiri. Sebagaimana bahwa merdeka batin didapat dari pendidikan, merdeka lahir didapat dari pengajaran, kalau keduanya terlaksana dengan baik akan lahir istilah "memerdekakan manusia".

Bermain adalah rangkaian kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Sebagai pendidik, bagaimana mampu menciptakan permainan untuk anak, karena di permainan akan memberikan stimulus pada otak anak sehingga belajarnya akan berjalan baik.

Anak bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai keinginan orang dewasa (bukan Tabularasa). Anak lahir dengan kekuatan kodrat yang masih samar-samar, maka peran pendidik bagaimana menebalkan garis samar-samar memperbaiki lakunya menjadi manusia seutuhnya. Bagaimana cara untuk menebalkan laku anak?, yaitu dengan kekuatan konteks diri anak dan kekuatan konteks sosio-kultural. 

Kekuatan konteks diri dengan memahami anak itu sendiri mulai dari usia, sehingga mampu mempetakan tolak ukur yang akan diarahkan dalam penebalan laku anak. Kekuatan konteks sosio-kultural juga berperan untuk cara menebalkan laku anak.

Sosio-kultural yang ada di masyarakat, misalnya kota Serang yang dikenal dengan kota religius dan jawara. Maka sangat pas sekali jika menebalkan laku anak dengan pembiasaan tadarusan 15', dimasukkannya pencak silat di mulok, sehingga anak dapat ditebalkan dengan pembiasaan tersebut. Perlu diketahui juga, leluhur kita dari Kesultanan Banten, ternyata sudah memiliki kata- kata bijak seperti ini : Sepih Ing Pamrih Rame Ing Gawih artinya tetap kerja tidak pernah minta balasan. Sosio-kultural di Banten ini dapat dikenalkan apada anak dan dibiasakan dalam keseharian sebagai cara menebalkan laku anak.

Penerapan dari filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa dalam pembelajaran, pendidik menuntun, melayani dengan totalitas, karena semua berpusat pada anak. Sebagaimana apa yang sudah dilakukan Penulis sebagai pendidik yang sedang menjalankan proyek P5. Di dalam pembelajaran ini sangat nyata sekali tentang menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Kegiatan di dalam proyek sangat multifungsi sekali, Menebalkan laku anak dengan dimulai tadarusan terlebih dahulu. Pelaksanaannya benar-benar berpusat pada anak. Kreatif dengan menyesuaikan zamannya yaitu teknologi di zaman now.  Tetapi tetap disesuaikan dengan aturan yang disesuaikan dengan bufaya Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun