Mohon tunggu...
Mochammad Iqbal Ruhiat
Mochammad Iqbal Ruhiat Mohon Tunggu... lainnya -

Prinsipku menemui sumbernya secara langsung. . .

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Iman

18 April 2012   15:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:27 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pernahkah kau terima ia sebagai benteng
Benteng yang kokoh dan tertutup
Dilengkapi senjata
Untuk menangkis apa saja yang ia waspadai

Pernahkah kau berpikir dibangun dari apakah benteng itu
Benteng itu berdiri karena asumsi
Asumsi yang datang dari sebuah panggilan
Sebenarnya panggilan itu muram, sedih

Pernahkah kau terima ia sebagai obor
Menerangi lekuk yang gelap dan tak dikenal
Untuk membantu menjelajah
Tak takut
Menemui hal yang berbeda dan tak terduga
Ia adalah pembawa kehangatan

Pernahkah kau terima kehangatan
Seperti aku terima kehangatan sebagai tempat tinggal
Bukan istana
Tempat tinggal yang dihampari oleh padang rumput tropis
Dan berselimutkan luasnya ruang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun