Mohon tunggu...
Ianthine PutriDamayanti
Ianthine PutriDamayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universutas Sultan Ageng Tirtayasa

Halo! saya ian, saya suka membaca dan menulis. Saya suka membaca berita, buku, dan majalah dengan topik polotik, pendidikan, tempat wisata, sejarah, dan karir.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pernikahan dalam Prespektif Sejarah: Dari Kepentingan hingga Ikatan Cinta

18 Desember 2024   00:38 Diperbarui: 18 Desember 2024   00:44 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: KITLV Leiden

Sepanjang sejarah kehidupan umat manusia, menikah merupakan cara paling cepat bagi seorang individu, keluarga, atau bahkan masyarakat untuk memperoleh kepentingannya seperti perlindungan dan akses terhadap kekuasaan serta koneksi.

Pernikahan adalah salah satu institusi sosial yang paling mendalam dan kompleks dalam sejarah umat manusia. Sejak dahulu, pernikahan telah berfungsi sebagai alat untuk mengatur hubungan antarindividu, keluarga, dan masyarakat. Namun, makna dan tujuan pernikahan telah mengalami transformasi yang signifikan dari landasan kepentingan hingga menjadi ikatan cinta yang intim. Selama berabad-abad, pernikahan berfungsi sebagai kontrak yang mengikat dua keluarga daripada dua individu. Dalam banyak kasus, perasaan pribadi tidak menjadi pertimbangan utama. Sebaliknya, kepentingan bersama dan keuntungan sosial menjadi prioritas. Hal ini menciptakan struktur di mana individu sering kali merasa terjebak dalam pernikahan yang tidak didasarkan pada cinta atau keinginan pribadi.

Sebelum memasuki era modern, pernikahan sering kali dipandang sebagai transaksi sosial yang melibatkan pertukaran sumber daya, peningkatan pertahan dan keamanan, kekayaan, atau aliansi politik. Dalam konteks ini, cinta jarang menjadi faktor utama dalam pernikahan. Dalam masyarakat feodal Eropa, pernikahan sering dilakukan untuk memperkuat atau memperluas kekuasaan keluarga, mendapat aliansi baru, atau keturunan sebagai pewaris. Sebagai contoh, Kerajaan Inggris pada masa Dinasti House of Tudor raja Henry ke-4 menikahkan anaknya, Pangeran Arthur (Prince of Wales) dengan Catherine of Aragon yang merupakan putri dari kerajaan Spanyol. Pernikahan ini didasari atas kepentingan kerajaan Inggris dalam memperluas aliansi keluarga serta memperkuat kekuasaan, berkaca pada abad ke-15 imperium Spanyol merupakan salah satu yang terkuat di dunia.

Namun, setelah menikah tidak lama berselang Pangeran Arthur jatuh sakit dan meninggal tanpa adanya kelahiran keturunan baru. Raja Henry ke-4, kemudian berpikir cepat menikahkan Catherine of Aragon dengan anak keduanya Pangeran Henry yang kelak menjadi Raja Henry ke-5. Melalui tindakan ini dapat kita lihat adanya keinginan kuat dalam mempertahankan keinginan untuk perluasan aliansi keluarga, memperkuat kekuasaan, serta keberlangsungan pewaris kerajaan melalui pernikahan dengan tanpa adanya pertimbangan ikatan cinta antara individu yang akan menikah. Hal ini juga menjadi contoh bahwa pernikahan diatur oleh orang tua atau kepala keluarga untuk memastikan stabilitas kekuasaan mereka.

Selain keluarga kerajaan di Eropa, Kerajaan di Pulau Jawa juga mengalami hal serupa. Dalam buku 'Perempuan-Perempuan Perkasa di Jawa Abad XVIII-XIX' karya Peter Carey dan Vincent Houben, menjelaskan berbagai faktor yang melatar belakangi pernikahan keluarga kerajaan Jawa. Para raja Jawa dapat memiliki empat istri resmi atau disebut juga garwa padmi, perjodohan ini biasanya diatur dengan tujuan pokok membentuk aliansi politik dengan keluarga kerajaan yang kuat atau yang berpotensi menjadi musuh atau pemberontak. Contohnya sunan Surakarta pada abad ke-18 menikahi keluarga Cakraningratan yang berasal dari Madura untuk mememastikan hubungan baik dengan penguasa lokal Madura. Hal ini dilatar belakangi untuk menghimpun dan mencari dukungan aliansi politik dalam rangka Perang suksesi jawa kedua dan ketiga. Sementara itu di keraton Yogyakarta para raja dan keluarganya banyak menikahi putri dari bupati wilayah mancanagara timur yang lokasinya jauh dari keraton dan dianggap menjadi wilayah yang berpotensi menjadi pusat pembangkangan politik.

Selain itu, para raja Jawa juga memiliki selir atau disebut garwa ampeyan yang biasanya diambil dari penduduk desa biasa. Namun, meski tidak berstatus bangsawan selir raja berasal dari keluarga Kiai yang terpandang seperti Kiai kepala pesantren bergengsi di Tegalsari. Atau bahkan dari keluarga Sayyid (kepala agama) dari dinasti wali terkenal di Tembayat yang dianggap dapat berpotensi menjadi pusat pembangkangan terhadap keraton. Contohnya adalah pernikahan antara ayah dari Pangeran Diponegoro dengan Raden Ayu Mangkorowati dari daerah Tembayat yang tercium memiliki potensi menimbulkan permasalahan. Ini menjadi gambaran bagaimana keraton menjalankan taktik politiknya untuk meredam dari ancaman agamis dengan jalan pernikahan dan pemberian daerah perdikan.

Jaringan pernikahan yang memperluas aliansi ini terlihat dampaknya saat terjadinya Perang Jawa dengan memperbanyak pasukan dan ketiga terjadi tragedi Geger Sepoy di Keraton Yogyakarta para pangeran dan keluarga kerajaan dapat berlindung ke desa yang jaraknya cukup jauh dari yogya, ke keluarga ibunya atau istrinya. Lumrahnya pernikahan atas landasan aliansi politik, menjadikan pernikahan atas landasan ikatan cinta adalah fenomena luar biasa di kalangan keraton bad ke-18 hingga 19. Seperti kisah Raden Ronggo dan Ratu Maduretno yang bak romansa Romeo dan Juliet versi Madiun. Mereka menikah karena alasan ikatan cinta diantara keduanya, hingga nasib malang menimpa Ratu Maduretno yang mati muda pasca melahirkan. Sejak istrinya wafat Raden Ronggo menghabiskan siang dan malam di sekitar makam istrinya itu, dengan kesedihan dan perasaan putus asa yang mendalam. Hingga ia kemudian rasa sedih yang fatal membuat ia nekat memberontak kepada Deandels (Gubernur Jenderal Hinda Belanda) dan meninggal di medan pertempuran.

Memasuki abad ke-18 dan ke-19, terutama di Eropa dan Amerika Utara, terjadi perubahan signifikan dalam pandangan terhadap cinta dan pernikahan. Aliran romantisisme mulai mengangkat nilai-nilai emosional dan individualisme. Cinta mulai dianggap sebagai elemen penting dalam memilih pasangan hidup. Novel-novel romantis dan karya seni menggambarkan cinta sejati sebagai ideal yang harus dicapai dalam pernikahan. Revolusi Industri juga membawa perubahan besar dalam struktur sosial. Dengan meningkatnya mobilitas sosial dan kesempatan kerja di kota-kota besar, individu mulai memiliki lebih banyak kebebasan untuk memilih pasangan mereka sendiri. Ini menandai awal dari era di mana cinta menjadi alasan utama untuk menikah, menggantikan kepentingan ekonomi yang sebelumnya dominan. Hingga kemudian aliran romantisme mulai dikenal luas dan menyebar ke seluruh bagian dunia.

Hingga akhirnya di masa kini di abad ke-21, cinta telah menjadi landasan utama bagi banyak pasangan yang memutuskan untuk menikah. Masyarakat kini lebih menghargai hubungan yang didasarkan pada saling pengertian, dukungan emosional, dan komitmen. Pernikahan modern sering kali dilihat sebagai kemitraan setara di mana kedua belah pihak berkontribusi secara emosional dan finansial.Namun, meskipun cinta menjadi alasan utama bagi banyak orang untuk menikah, tantangan baru juga muncul. Tingginya angka perceraian menunjukkan bahwa cinta saja tidak selalu cukup untuk menjamin keberhasilan suatu hubungan. Faktor-faktor seperti tekanan ekonomi, harapan yang tidak realistis dari media sosial, serta dinamika kekuasaan dalam hubungan dapat memengaruhi stabilitas pernikahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun