Memasuki abad ke-21 perkembangan teknologi digital terasa sangat cepat dan tanpa sekat sekalipun, everything is digital semuanya serba digital, maka tak heran jika digitalisasi ini merambah pada hampir seluruh ruang lingkup kehidupan manusia.
 Dahulu kita berkomunikasi dengan orang jauh melalui short messege service (sms) dan telepon genggam dengan bermodalkan pulsa regular. Tetapi, lambat laun telepon genggam mulai jarang digunakan dan beralih kepada smartphone, karena dinilai lebih efisien dan modern.
Hal inilah yang disebut dengan era disrupsi, yaitu sebuah inovasi yang akan menggantikan seluruh sistem lama dengan cara/sistem baru. Disrupsi menggantikan teknologi lama yang serbafisik dengan teknologi digital yang menghasilkan sesuatu serba baru dan lebih efisien.
Perkembangan teknologi yang begitu cepat ini, tentunya berdampak pada perubahan karakter seseorang yang menginginkan segala sesuatu terbentuk secara spontanitas atau serba instan. Sebagai penikmat digital, kemajuan teknologi memiliki peranan yang sangat sentral terutama dalam hal pendidikan, yang mana pendidikan merupakan hal mendasar dalam kehidupan dan merupakan tonggak kemajuan suatu bangsa.
Sebagai pelajar, istilah literasi mungkin sudah tak asing lagi terdengar di telinga kita, menurut anggapan kebanyakan orang literasi sering kali diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis, tentunya anggapan semacam ini tak salah. Tetapi lebih dari itu, literasi memiliki cakupan arti secara luas yaitu bagaimana mengasah pola berfikir yang diperoleh dari bacaan  yang kita baca, sehingga dari situ tercipta sebuah karya baik tulisan maupun hal lain.
Kemajuan teknologi internet, seharusnya mampu memberikan dampak positif untuk meningkatkan daya literasi entah dalam bentuk membaca maupun menulis. Secara, internet telah memberikan kita kemudahan dengan berbagai sajian informasi, berita hingga ilmu pengetahuan dapat kita akses dan nikmati begitu mudah. Misalnya, kita sering menjumpai berbagai berita, hingga artikel menarik di medsos maupun blogger, secara tidak langsung hal semacam ini telah mengundang ke-kepoan  kita terhadap hal tersebut, dan mau tak mau kita juga mencari tahunya, tentunya dengan cara membaca.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah, apakah kemajuan teknologi di era disrupsi ini, mampu menjadikan tolak ukur peningkatan litersi ?
Tentu tidak semudah itu, peningkatan literasi bukan hanya tergantung pada kemajuan teknologi, sebagai contohnya dibalik kemajuan dunia digital, nyatanya minat baca bangsa Indonesia masih tergolong rendah tertaut hanya pada angka 0,001 % . Artinya hanya ada satu dari 1000 orang yang memiliki tingkat baca tinggi atau secara serius.
Hal ini sungguh ironis dan memprihatinkan bagi generasi zaman sekarang dan yang akan datang. Yang seharusnya mereka didapuk sebagai tumpuan dan harapan bangsa, lalu bagaimana bangsa ini akan maju jika minat baca saja masih sangat memprihatinkan.
Era sekarang ini, bangsa Indonesia sangat membutuhkan peningkatan daya intelektualitas. Kelemahan minat baca yang rendah akan membawa masyarakat pada siklus kebodohan, kemalasan dan kemiskinan. Ketiga siklus tersebut seolah-olah tak pernah absen dari permasalahan negri ini setiap tahunnya. Tentunya untuk mengentaskan permasalahan tersebut diperlukan langkah sistematis dan komprehensif dari berbagai pihak termasuk juga pemerintah.
Kehadiran segudang aplikasi dengan berbasis android, tentunya dapat membawa kemudahan bagi kita dalam mengakses berbagi berita hingga ilmu pengetahuan. Namun dengan kemudahan tersebut, apakah kita melalikan begitu saja, ataukah sibuk dengan berita maupun percakapan tak bermakna, bahkan tanpa sedikitpun mengambil manfaat darinya.