Mohon tunggu...
ian sancin
ian sancin Mohon Tunggu... Novelis - Seniman

Penulis Novel Sejarah Yin Galema.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menggalorkan Tradisi Adat Begawai Urang Belitong (Bag.3)

18 Januari 2025   18:00 Diperbarui: 18 Januari 2025   17:48 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di rumah Adat Belitong 2016 : foto Kaka

MENGGALORKAN TRADISI ADAT BEGAWAI URANG BELITONG (Bag. 3)

 

 

  • A. TRADISI SEBELUM SELAMATAN GAWAI
  • Selamatan gawai dalam tradisinya adalah wajib. Yang dimaksudkan di sini adalah bahwa segala sesuatu kegiatan yang berkaitan dengan kegiataan begawai mesti ada doa keselamatannya, itu agar kegiatan berlangsung aman dari gangguan baik yang sifat mistik atau bersifat fisik. Selamatan gawai ini guna memberkati seluruh pegawai (tukang gawe termasuk dukunnya sendiri) karena tukang gawe atau pegawai dalam "begawai" mestilah orang yang cakap dan mampu di bidangkan. Namun kekhilafan bisa saja terjadi atau "balak" yang datang tak dapat ditolak!
  • Acara tradisi begawai urang Belitong merupakan perhelatan pesta pernikahan selalu berlangsung di rumah kediaman calon pengantin perempuan. Segala persiapan harus dipersiapkan oleh tuan rumah pihak perempuan maka ayah calon pengantin mesti "Betare" (meminta izin kepada Dukun Kampong setempat guna keselamatan gawai)
  •  
  • Di bawah ini tugas perangkat gawai atau pegawai yang berperan dalam acara begawai:
  •  
  • Tugas Dukun Kampong: Secara tradisi Dukun Kampong merupakan pemimpin adat di tiap kampong (desa) di Belitong, beliau sesepuh yang paham mengenai kondisi kampong baik perihal bersifat tradisi atau hal mistis, atau spiritual. Jadi Dukun Kampong merupakan pelindung utnuk wilayah sebuah, bebak, kubok, kelekak, juga kampong,  atau (kini istilah itu diseragamkan secara administrasi pemerintahan menjadi desa juga dusun) namun istilah "dukon atau Dukun Kampong) tak tergantikan.
  • Maka setiap bakal ada hajatan bagawai harus betare (meminta izin) ke Dukun Kampong sebagai pelindung Kampong. Itu dilakukan oleh orangtua calon pengatin perempuan. Untuk acara begawai tersebut Dukon Kampong memberikan "air kesalan dicampur daun neruse dan dau ati ati" (air yang sudah dimantrai atau di doakan) yang digunakan sebagai syarat begawai. Air tersebut harus digunakan misalnya saat mulai menebang "peramun" (kayu untuk bahan bangsal), kemudian "ngunjamkan tiang" (mendirikan) bangsal, mengamankan area rumah bakal acara, kamar pengantin, dan lainnya.
  • Selain "betare" tugas tuan rumah juga menyediakan segala persiapan gawai. Baik saran utama logistik seperti pangan sudah disiapkan sejak awal (dimulai untuk sangu atau bekal makan penebang kayu peramun, para penebang kayu ditentukan oleh tuan rumah seizin dukon kampong, selain penebang juga pembuat atap untuk bangsal biasanya atap rumbia, di masa berikutnya atap itu tergantikan oleh terpal baik yang terbuat dari kanvas atau plastik).
  • Tuan rumah Juga tentunya mesti mengakomodir atau menentukan, atau menunjuk para petugas gawai atau pegawai. Petugas itu terutama adalah Pengulu Nikah, Pengulu Gawai (Pengulu Balai) serta Mak Inang Penganten juga Mak Panggong, bahkan Tukang Tanak dan Tukang Kaut Beras (biasa juga tukang tanak dan tukang kaut beras ditentukan oleh Pengulu gawai). Pengulu Gawai atau Pengulu Balai ditentukan oleh ayah Pengantin Perempuan, sedangkan Mak Inang dan Mak Panggong oleh ibunya.
  •  
  • Tugas Penggulu Gawai: Secara tradisional pengulu gawai merupakan wakil tuan rumah pihak penganten perempuan sebagai petugas penyelenggara sekaligus pengarah acara. Tugas pengulu gawai membentuk dan mengangkat panitia gawai atau pegawai di bawahnya, serta mengatur persiapan serta segala acara gawainya. Kemampuan seorang Pengulu Gawai sudah teruji secara tradisi di tiap kampongnya. Maka kemampuan ini merupakan sebuah kecerdasan tersendiri (bahkan secara spiritual karena ia juga menguasai mantra gawai). Secara tradisi Pengulu Gawai piawai berkomunikasi secara adat bisa memakai atau menggunakan diplomasi yang cerdas karena di prosesi "Berebut Lawang" dia ditugaskan mengambat penganten pria di pintu utama atau lawang kedua. Pada hari pesta gawai, maka secara adat tuan rumah wajib mengantarkan satu dulang makanan ke rumah kediamannya. PENGULU GAWAI juga bertugas MENGANGKAT PEGAWAI atau PETUGAS GAWAI: 
  •  
  • Tukang Bangsal. (penanggung jawab pembuat sarana di rumah gawai)
  • Tukang Kaut Beras. (penuang beras ketika hendak ditanak)
  • Tukang Tanak. (tukang memasak beras)
  • Tukang Du'e. (tukang membaca Doa)
  • Tukang Ngambelek Penganten. (tukang Jemput Penganten Pria)
  • Tukang Ngarak Penganten. (tukang mengarak-arak penganten pria)
  • Tukang Ngambat Penganten (prosesi berebut lawang)
  • Tukang Nyambut Penganten (prosesi penyambutan penganten pria)
  • Tukang Bebason. (tukang cuci piring)
  • Tukang Ngator Dulang. (terdiri dari tukang angkat, tukang sambut, tukang saji)

  • PENGULU GAWAI SEBAGAI PENYELENGGARA serta PENGARAH ACARA GAWAI TUGASNYA SEBAGAI BERIKUT:
  •  

  • Mengatur pembuatan sarana gawai kepada tukang bangsal
  • Membuka Selamatan Gawai dan menutupnya sesudah begawai. Biasanya dibuka hari kamis dan ditutup sesudah prosesi Penganten Mandi Besimbor. Acara Selamatan Gawai dipimpin Dukun Kampong
  • Menentukan kapan Penganten pria mesti dijemput dan disambut.
  • Mengatur persiapan ruang akad nikah, membuka dan menutup acaranya.
  • Menyiapkan dan penyelenggaraan kundangan serta mengatur acaranya.
  • Mengatur segala kerja panitia dan pegawainya, seperti kesiapan Tukang Tanak Nasi, kesiapan Mak Panggong dan pekerjanya menyiapkan makan gawai. Mengatur kapan makan para undangan dimulai, atau kapan pegawai boleh makan, termasuk kerja Tukang Angkat Dulang, Tukang Cuci Piring mulai makan pertama buat bekerja, dan lain sebagainya.


  • Tugas Mak Inang: tugasnya meng-inang (mengasuh) menyiapkan kesempurnaan mental dan fisik calon penganten Perempuan (misalnya bagaimana nanti melayani suami, serta hal lainnya agar calon pengantin siap berumah tangga) hingga mengantarkannya ke masa ijab Kabul hingga selesai gawai yaitu ritual Mandi Besimbor. Mak Inang juga menyiapkan Tukang Pajang dan bekerja bersamanya merias atau memajang ruang tamu, ruang pelaminan, serta ruang kamar penganten. Mak Inang juga mesti memiliki kecakapan diplomasi (secara adat ia berkewajiban mengambat pengantin laki laki Ketika hendak masuk kamar pengantin di hari akad nikah. Rombongan penngantin laki laki biasanya dibantu oleh tokoh ahlinya agar dapat mengalahkan Mak Inang berdiplomasi sehingga tuannya atau pengantin laki laki bisa diterima oleh Mak Inang). Atas semua tugas adat itu, di hari pesta gawai, tuan rumah wajib mengantarkan satu dulang makanan ke rumah Mak Inang.

  • Tugas Mak Panggong: Tugasnya menyiapkan dan meracik segala menu hidangan gawai dengan jumlah yang dibutuhkan (setiap harinya menu itu berubah ubah sesuai kebutuhan) mengatur tukang masak lauk pauk serta pekerjanya. Secara tradisioanal Mak Panggong biasanya memiliki kemampuan spiritual agar makanan yang dibuatnya tidak basi. Dengan para pekerjanya ia mengatur isi sajian lauk pauk yang mesti ada dalam dulang (tujuh macam  lauk pauk terdiri dari enam piring dan satu mangkok berkuah, posisi mangkuk ada di Tengah, menu ini untuk sajian empat orang) mereka menyiapkan terus dulang dulang yang sudah berisi itu kemudian ditutup dengan menggunakan lambak (tudong saji atau mentudong), tentu saja beserta satu bakul nasi dan air minumnya juga ditambah sajian cuci mulut (kue atau buah)
  • Secara adat, di hari pesta gawai, tuan rumah wajib mengantarkan sedulang makanan ke rumah kediamannya. Di akhir selamatan gawai, oleh ibu pengantin perempuan, Mak Panggong memberikan sedikit kunyit, beras, garam, asam, sebagai tanda terima kasih secara adat.

  • Tugas Tukang Kaut Beras: Tugasnya di hari gawai menakar jumlah beras yang bakal dimasak semasa gawai berlangsung; berapa gantang (1 gantang sama dengan 10 takar cangkir atau kaleng kemasan susu kental) atau berapa cupak mesti dimasak oleh tukang tanak. Atau 10kilogram biasanya untuk delapan puluh orang. Tukang Kaut Beras seorang yang akhli menakar agar nasi ditanak sesuai jumlah yang datang, baik undangan atau peserta kundangan (pihak keluarga dan orang kampong yang bakal datang). Keahlian "menakar" untuk makan tamu datang memang memiliki ilmunya tersendiri (takaran tersebut selalu tepat padahal dalam begawai tak ada catatan untuk tamu yang bakal datang karena siapa saja yang ada di kampung itu boleh datang).  Secara adat, di hari pesta gawai, Tukang Kaut Beras diberi sedulang makanan, di antarkan ke rumah kediamannya.

  • Tugas Tukang Tanak: Tugasnya menerima beras dari Tukang Kaut Beras kemudian menanak atau memasaknya, khusus di hari gawai. Biasanya tukang tanak pandai membuat nasi yang pulen. Di hari pesta gawai, tukang tanak setidaknya sudah menyelesai tanaknya untuk memuat "kerak gede" buat dipakai untuk menutup kepalanya (dibuat seperti caping atau terindak) ini tokoh paling kocak dan Tukang Tanak nasi mesti memiliki kecakapan juga ahli berdiplomasi dalam menghadang kedatangan pengantin pria. Secara adat, dia diberi sedulang makanan, di antarkan ke rumahnya. Selesai acara gawai, secara adat dia diberi beras, kopi, gula.

  • Tugas Tukang Bebason: Tugasnya di hari gawai mencuci piring atau pinggan atau dulang di hari kundangan; mereka semua kaum pria (tugasnya mulai dari menyiapkan air, mengangkat piring kotor, mencucinya, mengelap atau meniriskankannya hingga bersih). Istimewanya mereka lebih dulu makan sebelum para undangan dan yang lainnya atau sebelum makan gawai di mulai. Nantinya sesudah acara pesta selesai, mereka makan (ada istilah Tukang Bebason makannya dua kali menjadi tradisi)

  • Tugas Tukang Bangsal: Tugasnya menyiapkan semua bangsal gawai; mendirikan blandong, telasar, paun, panggong, telasar mak panggong, pelantaran cuci piring, pundok tanak, serta segala kelengkapan buat kebutuhan acara gawai. Biasanya Tukang Bangsal juga adalah penebang kayu peramun, itu agar mereka paham bahan bahan yang dipakai untuk keperluan membuat bangsal. Tak hanya membuat bangsal mereka juga mesti menyiapkan tempat air, tikar, bangku, meja serta, tungku masak, dan lainnya. Mendirikan bangsal tentunya memerlukan halaman. Namun secara adat Raja Belitong sejak dulu sudah mengatur bahwa tiap rumah di Belitong mesti memiliki halaman agar mudah untuk begawai. Halaman tersebut tak boleh berpagar itu memaknai bahwa siapa saja boleh datang ke situ apabila tuan rumahnya mengadakan "keramaian". Segala kekurangan sarana gawai menjadi tanggung jawab Tukang Bangsal, maka mereka biasanya selalu siap memantau setiap ada yang membutuhkan sesuatu.

  • Tugas Tukang Mace Due: Tukang ini, biasanya dilakukan Lebai atau Nuje atau Dukun Kampong (mereka paham perihal agama). Tugasnya membaca doa selamatan pembuka gawai dan penutupnya di hari akhir gawai. Juga membaca Doa selesai akad nikah penganten. Untuk tugas ini biasanya dalam ruang lebar yang ada di rumah, maka tak heran jika rumah di Belitong secara adat harus bisa menampung sedikitnya untuk empatpuluh orang itu artinya sama dengan sepuluh dulang (satu dulang untuk makan empat orang). Secare adat, di hari pesta gawai, Tukang Mace Due diberi sedulang makanan yang diantarkan ke rumahnya.

  • Tugas Tukang Ngambelek dan Tukang Ngarak Penganten Pria: Tukang mereka ini merupakan kelompok yang menjemput calon penganten pria di rumahnya atau di "anggorannya" (anggoran merupakan rumah singgah atau tempat menginap bagi calon penganten pria yang jika  domisilinya jauh dari rumah sang penganten perempuan). Para penjemput terdiri dari tukang tandu beserta pembawa payung lilin, sedangkan para pengarak yaitu piawai memukul gendang ceper (hadra), pada masa silam, di beberapa tempat ada memakai tawak-tawak buat pengarak mengantarkan penganten pria ke rumah mempelai perempuan guna melangsungkan ijab kabul pernikahan. Biasanya berlangsung kamis malam atau malam jumat (sehabis ijab Kabul pengantin pria diantarkan lagipulang ke rumahnya atau anggorannya. Tugas mereka juga menjemput penganten pria ketika bakal bersanding di hari gawai nanti.

  • Tugas Tukang Nyambut Penganten Pria: Tukang nyambut penganten yang sudah ditunjuk Pengulu Gawai dengan terlebih dulu meminta persetujuan tuan rumah. Tukang Nyambut Penganten posisinya mesti ada di ruangan bakal pelaksanaan ijab Kabul. Biasanya Tukang Nyambut pengantin pria ini seorang yang pandai berdialog secara adat istiadat (akan ada tanya jawab secara adat mengenai kesediaan pengantin pria perihal niat menikahi Perempuan calon istrinya itu). Para penyambut tentu beserta anggota pihak keluarga pengantin perempuan, juga para bujang dan dayang setempat (ini penting untk pembelajaran bagaimana kesiapan untuk menikah). Mereka menyambut kedatangan mempelai penganten pria yang bakal segera menikahi mempelai perempuannya secara suka cita.

  • Tugas Tukang Ngambat Penganten (tradisi berebut lawang): Mereka adalah para akhli mengambat penganten pria yang hendak masuk ke halaman dan rumah orang tua penganten perempuan guna duduk bersanding serta beranjuk (tidur) di rumah penganten perempuan. Mereka adalah Tukang Tanak (mengambatnya di muka halaman dengan menggunakan tali hambatan), Pengulu Gawai (mengambatnya di pintu utama rumah), serta Mak Inang (mengambatnya di pintu kaar pengantin perempuan), mereka umumnya ahli berdiplomasi. Diplomasi dengan berpantun baru gencar dimulai pada awal tahun 1980 an. Sebelumnya hanya berupa diplomasi (perdebatan dengan menggunakan argumentasi; biasanya menanyakan tujuan datang, alasan mengapa datang, apa taruhannya jika tamu atau calon pengantin pria yang datang ditolak) pihak tamu mesti pintar meyakinkan "pengambat" agar argumentasinya diterima. Namun biasanya hambatan tersebut akan dibuka jika sudah ada uang tanda masuk untuk pengambat, jumlahnya relative terkantung diplomasinya. (uang ini bertujuan menghargai tiga orang tokoh penting dalam penyelengggaraan gawai; Tukang tanak nasi, Pengulu gawai dan Mak inang).
  • Mengapa ada acara mengambat pengantin. Pertama, hambatan di halaman rumah, itu guna mengenalkan calon mengantin pria ke Masyarakat setempat, semua orang kampong boleh menonton ini, Masyarakat biasanya akan terhibur dengan ulah si Tukang Tanak nasi dalam memainkan argumennya secara kocak. Kedua hambatan di Pintu utama rumah, bahwa pengantin yang datang baru akan diterima masuk setelah membajawab beberapa pertanyaan, pertanyaan ini biasanya berkait dengan silaurahmi antar keluarga mempelai. Ketiga hambaan di pintua kamar pengantin Perempuan maka Mak Inang akan memberikan pertanyaan pertanyan yang mesti dijawab oleh pihak pengantin pria. Pertanyaan ini bersifat kesiapan menjadi suami isri yang baik.


  • Tugas Tukang Ngator Dulang: Tukang Ngator Dulang Terdiri dari tukang angkat, tukang sambut, tukang saji, mereka memahami secara beradat (tata cara) tentang tradisi mengatur dulang yang berisi makanan yang siap diberikan kepada para undangan, cara ini mulai dari mengangkat dulang dari tempat Mak Panggong menata menu hingga melepaskannya di lantai tempat duduk makan. Atau mengangkatnya ke meja para tamu yang memang  disediakan di halaman rumah (meja dulang biasanya memanjang sepanjang empat meter jadi bisa muat empat dulang atau satu meja untuk duapuluh orang, satu bangsal makan bedulang dengan meja ini biasanya ada sepuluh meja).
  • Selain mengatur dulang yang masih berisi juga mengambil dulang kosong sesudah makan. Tukang Ngator Dulang terdiri dari para pengangkat dulang makanan, menyambut dulang, serta pengatur dulang di ruang makan. Para petugas ini juga membersihkan ruang makan serta mengantar piring dan peralatan bekas makan ke tukang pebason.

  • B. PERSIAPAN SEBELUM BEGAWAI
  •  
  • Secara tradisional, Seminggu sebelum mendirikan bangsal pihak keluarga calon penganten perempuan telah membuat "Jaja' kering" atau kue kering tradisional; rintak, sempret, melati, boulu kecil (boulu kecik), tapal sepit, kesemua kue itu biasanya di rendang. Semua kue ini hanya boleh dimakan pada acara "Bejamu". Sedang untuk bahan pangan terutama beras atau lainnya termasuk kayu api sudah dipersiapkan sebelum ini.

  • Sedangkan di hari minggu atau seminggu sebelum mendirikan bangsal, para prianya bergotong royong menebang kayu "peramun" (kayu untuk bahan bangsal) di hutan sekitar (berupa kayu, pohon kelapa, atap, tali temali (rotan), serta lainnya. Perlengkapan begawai terpenuhi terpenuhi sebelum menginjak ke hari persiapan gawai, biasanya berlangsung 4 (empat) hari sebelum selamatan gawai sedang hari berikutnya sudah masuk ke hari "Begawai
  • *

Disusun oleh Ian Sancin.

 Pengumpul data: Ian Sancin, Merwan Vinobi, Galuh Bebute.

 

Sumber Data penelitian tahun 2015-2016:

Mak Baina (Khatijah) 74 Th. Mantan Mak Inang. Tanjongpandan, Belitong Barat.

Mak Jana, 70 Th. Mantan Mak Inang. Sungai Padang. Belitong Utara.

Mak Ana (Rohana). 72 Th. Mak Inang Gantong. Belitung Timur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun