Mohon tunggu...
ian sancin
ian sancin Mohon Tunggu... Novelis - Seniman

Penulis Novel Sejarah Yin Galema.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menggalorkan Tradisi Adat Begawai Urang Belitong (Bag.1)

11 Januari 2025   11:43 Diperbarui: 11 Januari 2025   10:56 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cap Kerajaan Belitong (Sumber: Puji Perenggu Ckn Belitong)

MENGGALORKAN TRADISI ADAT BEGAWAI URANG BELITONG (bag. 1)

Begawai merupakan tradisi pesta adat pernikahan atau acara syukuran pelaksanakan pernikahan yang dilakukan secara adat dalam budaya masyarakat Belitong. Acara adat begawai yang mentradisi itu ada dua yaitu begawai biasa yang umum dilakukan secara sederhana karena tidak melakukan prosesinya secara keseluruhan. Sedangan yang lengkapnya dilakukan secara keseluruhan mengikuti tata cara adatnya. Tata cara yang secara keseluruhan ini biasa disebut Gawai Gede atau Begawai Gede. Begawai gede sam dengan begawai besar. Pengertian begawai dari kata gawai atau gawe yang artinya kerja atau bergiat. Orang yang melakukan pekerjaan tersebut atau kegiatannya disebut pegawai atau pegawe. Maka gawai gede atau begawai gede dilakukan oleh pegawe yang banyak atau banyak orang. Secara tradisional hampir melibatkan orang sekampung. Dalam tulisan ini digalorkan bagaimana tata cara begawai gede dilaksanakan. Menggalorkan sama artinya meng-alur-kan atau menceritakan secara rinci dan seksama berdasarkan sejarah serta tradisinya yg dituturkan secara turun temurun.

Dalam tata cara begawai maka sebagaimana budaya Melayu identik kepada ajaran Islam maka Melayu Belitong pun dalam aturan pernikahannya memakai cara acara yang disyaratkan oleh Islam. Namun tak menghilangkan tradisi yang sudah membudaya dalam adat istiadat pelaksanaannya.

Dalam perihal tradisi sudah berlaku dari masa ke masa itu urusan pokoknya adalah mengusung pernikahan secara adat. Setidaknya ada lima pokok tradisi yang masih melekat dari pra pernikahan menuju ke akad nikah hingga paska pernikahannya. Secara adat pelaksanaan acara begawai merupakan prosesi puncaknya. Sebelum pelaksanaan acara puncak tersebut ada tradisi mengikat yang mesti dilaksanakan, ringkasnya sebagai berikut:

A.  TRADISI   PRA PERNIKAHAN

  • Bebiakan (masa berkenalan atau berpacaran. Namun jika dijodohkan tak ada masa bebiakan atau maca pacaran ini)
  • Bepaham agar sepaham (prosesi melamar atau meminang)
  • Memutuskan paham (menjawab lamaran tentunya setelah keduabelah pihak keluarga saling memahami atau sudah sepaham)
  • Ngantarkan Jaja' Gede sebagai Pengikat Kesepahaman. (fase ini sudah dipastikan bakal menikah maka penentuan waktu pelaksanaan ijab Kabul serta acara be-gawai pesta adatnya disepakati di fase ini).
  • Umbokan Pelangkahan (semacam "denda pelipur hati" jika ada) untuk kakak yang dilangkahi ( karena menikah mendahului dari kakaknya).

  • TRADISI PERSIAPAN BEGAWAI 
  • Tuan rumah atau yang yang punya hajat gawai segera Betare (meminta izin Dukun Kampong, dukun di sini adalah ketua adat di wilayah domisisli tuan rumah. Dukun Kampong ada di setiap pemukiman atau kampung; desa, dusun, serta lingkungan seluruh Kepulauan Belitong)
  • Tuan rumah meminta kesediaan Pengulu Nikah. Tuan rumah menentukan Mak Inang Penganten (pengasuh pengantin). Mak Panggong (mengurusi makanan).  Sesudah itu, tuan rumah menentukan Pengulu Gawai (sering juga disebut Pengulu Balai karena mengurusi majelis gawai)
  • Pengulu Gawai atau pengulu balai menentukan atau menetapkan majelis gawai dengan persetujuan tuan rumah:
  • Tukang Bangsal (penanggung jawab membuat sarana gawai di rumah gawai)
  • Tukang Kaut Beras. (penuang beras ketika hendak ditanak)
  • Tukang Tanak. (tukang memasak beras)
  • Tukang Du'e. (tukang membaca Doa)
  • Tukang Ngambelek Penganten. (tukang Jemput Penganten Pria)
  • Tukang Ngarak Penganten. (tukang mengarak-arak penganten pria)
  • Tukang Ngambat Penganten (prosesi berebut lawang)

  • Tukang Nyambut Penganten (prosesi penyambutan penganten pria)
  • Tukang Bebason. (tukang cuci piring)
  • Tukang Ngator Dulang. (terdiri dari tukang angkat, tukang sambut, tukang saji)


  • Persiapan sarana tempat begawai secara "berehun" atau bergotong royong; menyiapkan bahan bangunan (menebang kayu di hutan, membuat atap, dan lainnya di lakukan sebelum sarana begawai dibuat)
  • Membuat atau mendirikan Bangsal dan Telasar secara gotong royong (di hari minggu).
  • Persiapan sarana masak dan bahan makanan begawai secara "berehun": ngijokan (mengatur) atau menyediakan semua kebutuhan tersebut secara bersama; peraba atau perabotan atau peralatan masak dan bahan makan. Alat masak itu ntuk membuat jajak gawai seperti dudul, jaja' kering, masak untuk syukuran usai akad nikah dan lainnya (proses memasak di hari Senin hingga Kamis dan alat alat tersebut tentu dipinjampakai dari penduduk kampung setempat).


  • TRADISI  MEMULAI  BEGAWAI. 
  • Beselamat Gawai, dilakukan sesudah waktu lepas asar, dipimpin Dukun Kampong (di sore kamis), sesudah Belesamat Gawai "dakkuang agik" (pantangan) meminjam "peraba" atau perabotan atau peralatan gawai. Kemudian dukun Kampong merestui Tukang Tanak, Tukang Baso Pinggan. Setelah beselamat gawai Mak Inang menyiapkan kamar pengantin yang disebut "menggantong" (menggantungkan buah butun di atas ranjang pengantin) dan Dukun kampong menyiapkan karong sumpit untuk menyimpan beras sebanyak lima kilogram sebagai syarat gawai yang disebut "mengarong" (beras di karong sumpit ini hanya boleh dibuka selesai gawai oleh sang dukun Kampong)
  • Ngambelek mempelai penganten laki di rumah orang tuanya, atau di rumah jemputan (Anggor) dan Ngarak Penganten laki dengan payung lilin menuju Ijab Kabul atau Akad Nikah (Kamis malam atau malam Jumat). Pasangan pengantin disandingkan sebentar kemudian pengantin laki-laki diantarkan kembali pulang.
  • Majang pelaminan dan Ngias Kelambu Penganten. Penganten betengas (Jumat siang atau lepas sholat Jumat).
  • Bepacar atau mewarnai kuku atau be-inai (Jumat malam atau malam Sabtu).
  • Mulai memasak makanan gawai (Sabtu pagi). Jelang siang Pengantin perempuan "Mandi Berias" atau Bekusul (disebut "mandi tepung tawar"), Berandam (nyukur kening) ngasa gigi atau meratakan gigi depan agar cantik, dll. Sabtu Sore Ngantarek makanan buat penganten laki di rumahnya atau di anggor disertai menitipkan aik pandik (air khusus yang sudah diberkahi Mak Inang buat mandi calon pengantin pria).

  • TRADISI BEGAWAI (kundangan)
  • Pagi Minggu acara khatam Alquran (membaca Alquran tanda khatam oleh pengantin perempuan disaksikan oleh pihak keluarga pengantin laki-laki). Adanya Telu' Tamat (juga mungkin ada ketan kuning, ayam panggang "nazar" serta cucor yaitu seratus jaja' cucor dari beras buat membayar denda menjatuhkan kitab suci Alquran).
  • Ngambelek Penganten (menjemput dan mengarak pengantin dengan pengiringnya terkadang menandunya). Sebelum itu, terlebih dulu Mak Inang telah menyiapkan keperluan pengantin laki-laki; memberinya makan dan pakaian pengantin.
  • Berebut Lawang dan ngamborkan beras kunyit hingga mempelai laki laki menuju kamar penganten (peranan berebut lawang; Tukang tanak, Pengulu gawai, Mak inang).
  • Penganten Besanding di pelaminan (be-seting dan Ngelumping). Mak Inang ngelumpingkan (mengapurkan sirih) kepada mempelai dan mempelai saling menyuapkan. Sementara hantaran pengantin laki laki diperlihatkan kepada tuan rumah dan hadirin.
  • Makan gawai (Makan bedulang) Di isi oleh berbagai acara hiburan.
  • Membagikan Teluk Tamat, (Tangkai teluk tamat dicabut pertama oleh Dukun Kampong atau Mak Inang, di sore usai begawai atau sering juga dibagikan usai pengantin besanding terutama untuk tamu mempelai laki-laki yang mengantar pengantin).
  • Bejamu (Pada pagi jelang siang, kedua pihak keluarga pengantin berkumpul dalam jamuan dengan hanya minum dan makan kue kering kedua belah pihak itu saling mengenalkan diri lebih dalam agar terjalin silaturahmi. Dan malamnya Berhadra (hanya dimainkan para laki-laki) dengan membaca; yaa nabi salam alaika... yaa rasul salal alaika (doa asyrakal ) guna mendoakan air tujuh kembang di wadah pasu' (tempayan bermulut besar)

  • TRADISI SESUDAH BEGAWAI 
  • Mandi Besimbor (mandi suci bagi penganten dengan air tujuh kembang dimandikan oleh dukun kampong dan ditepongtawari oleh Mak Inang, selesai mandi melangkahi benang tujuh kali, menginjak telur sambil berlari ke kamar pengantin) kemudian mandi besimboran bagi peserta gawai dan masyarakat yang ikut serta. Usai acara mandi besimbor tuan rumah menyerahkan berupa beras, garam, asam, jarum dan benang sebagai "pekeras" (syarat adat yang diberikan dukun kampong)
  • Mace Du'e Syukor (beselamat) menutup gawai (kundangan) oleh dukun kampong.
  • Ngerabaikan bangsal dan telasar (ngasal, atau menyemulekan tempat)
  • Beranjuk atau Ngantarkan Penganten (kedua mempelai) ke rumah orangtua penganten pria (biasanya tiga hari)
  • Mulangkan Runut (oleh orangtua pengantin pria) mengantarkan kedua mempelai ke rumah orangtua mempelai perempuan.
  • Penganten nyembah... yaitu tradisi kunjungan ke rumah sanak famili di kedua pihak penganten terutama kepada orang tua yang sepuh.

 

 

  •  

              Di masa lampau, semua rangkaian tradisi dari tahapan Gawai Gede atau Begawai saja guna melaksanakan tradisi pernikahan tersebut mutlak harus dilaksanakan. Namun di masyarakat modern saat ini, dari semua pokok tradisi itu, ada yang tidak sepenuhnya dilakukan karena pertimbangan "penyederhanaan" hal ini dapat dilaksanakan asal ada "kesepahaman" dari keduabelah pihak calon pengantin. Hanya saja meski pun sederhana atau tak sederhana tradisi seutuhnya yang berlangsung dari masa ke masa itu tetap dalam koridor garis besar tersebut. Adat istiadatnya tetap dipakai misalnya acara bepaham, restu dukun Kampong, dan lainnya, sedangkan beberapa lainya boleh dihilangkan misal tidak membuat pesta besar cukup digantikan dengan acara syukuran makan bersama setelah akad nikah, dan lainnya.

___________________________________________________________11 Januari 2025

                                                                        -

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun