Mohon tunggu...
Ian Ninda
Ian Ninda Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

i'm student of psychology uin maliki malang 2013

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Adakah Nasionalisme di Dadaku?

20 Mei 2014   18:49 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:19 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Seperti itulah kata-kata yang sering terdengar di telinga kita. Akan tetapi apakah slogan itu sepenuhnya benar? Lagi, Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan. Lalu, apa yang telah kita lakukan dalam mewujudkan rasa menghargai jasa-jasa para pahlawan negeri ini?

Lagi-lagi saya teringat oleh kata-kata pak Fachris, guru sejarah di sekolah saya satu tahun lalu, bahwa ‘bangsa yang besar’ adalah bangsa yang mengenal sejarah negerinya sendiri. Sehingga akan muncul kekuatan yang besar, kecintaan yang besar pada negeri nusantara ini, kesatuan yang kokoh dalam mencintai saudara sebangsa dan setanah air, tidak mudah diombang-ambingkan oleh negeri lawan, solid, dan tangguh bersama-sama menghadapi penjajah di era modern ini.

Hal itu tidak lain adalah indikator dari jiwa-jiwa nasionalis.Pemuda-pemuda yang nasionalis adalah mereka yang cinta tanah air merekasepenuh jiwa dan raga, menghormati segala macam perbedaan yang ada, menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan negeri ini. Mereka yang bersemboyankan ‘NKRI harga mati!’

Tapi, apa yang terjadi sekarang? Bentuk demonstrasi yang sekarang merajalela? Apakah hal tersebut adalah bentuk nasionalisme?

Tidak salah jika muncul dalam benak kita sebuah pertanyaan, Bagaimana seseorang memiliki jiwa nasionalis jika apa yang selama ini kita dengar dan lihat dari kecil adalah para pemuda yang anarkis, yang suka demonstrasi, seakan-akan melihat aparat pemerintah negeri ini tidak benar mengurusi warganya? Bagaiman jiwa nasionalis ini tumbuh dalam jiwa anak-anak Indonesia jika di dalam jiwa mereka tidak ditanamkan rasa kebanggaan pada negeri nya sendiri?

Padahal tidak demikian. Banyak hal dari Negeri kita ini yang patut dibanggakan, yang selama ini tidak diketahui oleh public, karena media elektronik kebanyakan memberikan kabar atau berita negative saja dari bangsa ini. Salah satunya dalam seminar bersama Cak Nun di gd.rektorat UIN Maliki Malang, beliau menyampaikan cerita dari negeri no.1 dalam pembuatan alat komunikasi terpopuler zaman sekarang, yaitu Korea. Produk Android Samsung yang semakin marak menjadi pegangan anak-anak muda sekarang yang kita tahu adalah produk dari Luar negeri, apakah benar merupakan karya tangan orang-orang Korea sendiri?

Ternyata tidak juga tuh! Siapa ternyata karyawan dibalik perusahaan Samsung itu? Tidak lain dan tidak bukan adalah orang-orang Indonesia, arek-arek suroboyo rek! J ada lagifakta ke2 selain itu, di antara karyawan yang berasal dari luar Korea, karyawan Indonesia lah yang gajinya itu paling besar daripada yang lain. Kata Cak Nun lagi, orang-orang Korea itu sangat senang dengan orang-orang Indonesia, bisa jadi karena semangatnya! Apalagi semangat arek-arek Suroboyo, yang terkenal dengan ‘BONEK’nya alias bondo nekat (bekal nekat). Bagaimana tidak disebut bonek, mereka berangkat ke luar negeri saja benar-benar tanpa paspor maupun visa, sungguh funtastis! “Satu-satunya bekal yang berani mereka pegang bukan visa lagi, tapi fisabiliLlah… hehehe,”kekeh CakNun, tidak salah itu! Benar-benar ‘bonek’!

Satu kisah lagi yang saya dapat dari seminar KOMMUN (Komunitas Muda Nuklir) di gd.rektorat UIN Malang, ibu dekan juga membuka mata kita betapa kaya rayanya Indonesia, negeri dengan tingkat biodiversitas tertinggi ke dua di dunia, tak sepantasnya disebut-sebut sebagai negeri miskin. Kita seharusnya berbangga dengan kekayaan alam yang melimpah lebih-lebih dengan melakukan apa yang bisa kita lakukan saat ini. Sebagai mahasiswa yang digadang-gadang sebagai agent of change harus bertindak, menekuni bidangnya masing-masing dengan menyadari kekayaan alam yang perlu diolah dan digali oleh bangsa kita sendiri. Penelitian-penelitian diperlukan untuk mengeksplorasi sumber daya alam negeri ini. Jamu sebagai obat tradisional yang rata-rata konsumennya juga hanya orang-orang pedesaan saja, sesungguhnya memiliki khasiat yang besar tidak kalah dengan obat-obatan medis. Kekurangannya adalah belum adanya science yang mendeklarasikan atau mengungkap kehebatannya. Maka, di sinilah celah atau peluang bagi para mahasiswa untuk meneliti keanekaragaman biodiversitas tingkat dua sedunia yang kita miliki bersama. Sungguh sangat eman, rugi sekali kita jika tidak mengetahuinya!

Nuklir yang selama ini kita mengetahuinya hanya sebatas bom saja, sesuatu yang dapat merusak serta membahayakan, tidak sepenuhnya benar. Banyak sekali manfaat nuklir yang selama ini belum kita ketahui, diantaranya adalah dalam bidang pertanian (sebagai pupuk), terapi kanker otak, iradiasi pangan untuk pengawetan, diagnose penyakit pasien, energi listrik (PLT N), dan masih banyak lagi lainnya. Sehingga Indonesia termasuk dalan 13 negara terbaik dunia dalam mengelola teknologi nuklir.

Cuplikan cerita di atas membukakan mata kita lebar-lebar, bahwa orang Indonesia lo tidak bodoh! Siapa yang mau mengotori, menjelek-jelekkan nama bangsanya sendiri berarti tidak cinta dengan bangsa sendiri, mana jiwa Nasionalisme mu?? $.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun