Mohon tunggu...
Ian Ninda
Ian Ninda Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

i'm student of psychology uin maliki malang 2013

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

pentingkah sistem religi dalam kajian antropologi?

12 Mei 2014   02:39 Diperbarui: 4 April 2017   16:34 1101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Tedi Sutardi (2006), System religi merupakan salah satu unsur kebudayaan universal yang mengandung kepercayaan dan perilaku berkaitan dengan kekuatan serta kekuasaansupernatural.System religi ada pada setiap masyarakat sebagai pemelihara kontrol social.

Religi dan upacara religi menjadi bagian dari kajian antropologi karena religi merupakan suatu unsur dalam kehidupan masyarakat suku-suku bangsa dan teah menarik para peneliti kebudayaan. Sebagai bagian dari kebudayaan religi menempati kedudukan yang penting dalam penelitian antropologi.

Koentjaraningrat menyatakan bahwa setiap religi merupakan satu system yang terdiri atas lima komponen komponen sebagai berikut:

1.Emosi keagamaan

Kekuatan yang menggerakkan jiwa manusia untuk melakukan kegiatan keagamaan berdasarkan kepercayaan yang diyakini. Emosi keagamaan tersebut merupakan pusat dari segala konsep religi yang diyakini oleh manusia.

2.System keyakinan

System keyakinan dalam religi manusia berwujud nilai-nilai tentang keyakinan dan konsep manusia akan sifat-sifat Tuhan, kejadian-kejadian alam, kekuatan sakti, serta makhluk halus.

3.System ritus dan upacara

System ritus dan upacara keagamaan merupakan tata kelakuan manusia dalam kegiatan keagamaan yang bersifat resmi serta diketahui oleh kelompok keagamaan tertentu.

4.Umat agama

Merupakan kelompok masyarakat yang meyakini dan melaksanakan ajaran-ajaran agama tertentu yang dianutnya.

5.Peralatan ritus dan upacara

Peralatan ritus dan upacara pada umumnya dipergunakan dalam pelaksanaan upacara keagamaan sebagai alat khusus dari seluruh alat yang diperlukan. Peralatan-peralatan yang digunakan menjadi symbol-simbol tertentu dari konsep religi yang dilambangkannya.

Teori asal usul religi dirumuskan oleh para sarjana berdasarkan catatan etnografi, lukisan tentang suku-suku bangsa sederhana. Dari teori-teori ini disimpulkan bahwa agama berkembang mulai dari animism, dinamisme, politeisme, dan terakhir monoteisme.

Para nenek moyang dahulu pada awalnya menganut kepercayaan animism, dan dinamisme. Kemudian semakin berkembangnya pemikiran manusia menyebabkan munculnya kepercayaan politeisme, sampai kepada kepercayaan yang paling mulia yaitu monoteisme. Seperti yang tercantum pada dasar Negara kita, Pancasila. Pada sila pertama telah jelas bahwa Indonesia berdasarkan pada ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini berarti siapa saja yang menjadi Warga Negara Indonesia seharusnya memiliki keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Percaya kepada adanya Tuhan yang menciptakan segala sesuatu, Tuhan Yang Esa, Tunggal, Dia yang awal dan tidak ada yang mengawalinya, Sang Maha pengatur segala yang terjadi di jagad raya ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun