Mohon tunggu...
Ian Ninda
Ian Ninda Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

i'm student of psychology uin maliki malang 2013

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Sombong Kali Kau

22 September 2014   10:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:58 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Hai Erin, sombong… tidak menyapaku saat aku lewat di hadapanmu tadi..!”, seru Ian di seberang kamar di pondok mereka. Ceritanya, Erin adalah tetangga kamar Ian di suatu pondok yang sama. Erin kemudian mengingat-ingat, sejenak kembali ke memorinya di kampus tadi pagi, “aaa? Memang tadi ketemu di mana yaa.. Ian? ”. Oh tidak, Erin tidak mengingatnya.

Apakah benar ia tidak ingat? Atau memang tidak melihatku? Padahal dia tadi menatapku?

Bagaimana itu terjadi? Semua itu akan kita bahas menurut ‘psikologi kognitif’, here…!

Menurut cerita di atas, pada suatu pagi Ian lewat di hadapan Erin. Nah, ian merasa pada saat itu erin tahu di depannya ada dirinya, karena mereka saling berpapasan, meski sekilas. Sayangnya, yang membuat ian agak kecewa adalah kenapa erin tidak menyapanya? Padahal hubungan mereka berdua baik-baik saja. Ternyata, usut punya usut, ketika mereka sedang berpapasan, erin sedang memikirkan sebuah tugas yang harus dikumpulkannya nanti siang dan dia belum sempat mengerjakan. Benar saja demikian, saat itu juga erin tidak memberikan respon kepada ian, yang jelas-jelas di hadapannya.

Cerita tersebut berkaitan dengan atensi seseorang. Jadi, ketika seseorang (Erin) menghadapi lebih dari satu jenis stimulus dan ia nya telah focus pada satu buah stimulus, maka stimulus yang lain akan kalah atau kurang terespon dengan baik. Hal ini lah yang dinamakan atensi. Jadi, klarifikasi kasusnya adalah Erin saat itu masih focus pada tugasnya yang belum terselesaikan, sehingga ia nya meskipun sepertinya melihat ian (yang mungkin juga hanya persepsi ‘ian’) padahal atensi nya tidak pada ian, tetapi hal lain: tugasnya.

Bias selanjutnya adalah ‘persepsi’ ian. Pada umumnya, seseorang berlaku atau bertindak menggunakan persepsi mereka. Seseorang berpersepsi berdasarkan skema yang telah tersimpan dalam memori mereka.Jadi, skema ini penting dalam penerjemahan informasi di lingkungan social seseorang. Persepsi si ian tentang erin adalah anak yang ramah, sehingga tidak mungkin ia tidak menyapanya ketika berpapasan. Sementara itu, yang terjadi adalah sebaliknya, tidak sesuai dengan apa yang dipersepsikan ian tentang erin, jadi lah si ian ini bertanya-tanya-mungkin, “adakah yang salah denganku? Aku punya salah apa ya sama erin sampai ia tidak menyapaku?”. Persepsi yang kurang tepat menjadikan miss-uderstanding antar pihak satu dengan pihak lain. Jadi, persepsi adalah?

Kognisi manusia sangatlah kompleks. Otak manusia lebih dari sekedar mesin buatan manusia nomer satu di seluruh dunia sekali pun. Peristiwa demi peristiwa yang berhubungan dengan kegiatan otak adalah yang dibahas dalam ilmu psikologi kognitif. Kegiatan berfikir yang terkadang hanya membutuhkan sepersekian detik untuk dinyatakan dalam bentuk verbal atau tulisan sesungguhnya adalah kegiatan yang super dahsyat Kebesaran Allah swt. Dibalik kecepatan penerjemahan tersebut ada milyaran neuron yang bekerja secepat kilat atau malah lebih dari itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun