Mohon tunggu...
Ian Ninda
Ian Ninda Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

i'm student of psychology uin maliki malang 2013

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bahasa dan Otak Kita

10 November 2014   13:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:11 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa adalah alat komunikasi kita sehari-hari. Bahasa juga merupakan symbol, menunjukkan asal daerah kita dan terkadang juga menunjukkan tingkatan social pada daerah-daerah ttt (Jawa, terutama seperti di Daerah Istimewa Yogyakarta). Nah, pada umumnya orang tahu menahu tentang itu semua dan kemungkinan mengatakan hal yang sama tentag ‘bahasa’. Lalu, apa yang perlu diungkapkan di sini mengenai bahasa?

Sebuah penelitian neurologis mengungkapkan temuan klinisnya dalam hal pemrosesan bahasa. Dari pembedahan otak pasien yang mengalami gangguan berbicara pasca kematiannya, didapati bahwa pusat kemampuan berbicara sseorang adalah berada pada area Brocca. Sementara, pusat pemahaman bahasa pada kasus lain ditemukan adalah terletak di Wernicke, keduanya (Brocca dan Wernicke) terletak bersebelahan di hemisfer kiri. Nah, dalam pembedahan tersebut digunakan yang namanya stimulasi elektrik ke otak pasien. Eksperimen-eksperiman lain juga menyingkap keajaiban otak dan bahasa, seperti teknologi Pemindaian PET. Sebuah teknik yang lebih mudah digunakan untuk orang sehat karena tidak bersifat invasive (tidak menimbulkan luka pada pasien).

Masih tentang bahasa, menjelang akhir abad 19, saat laboratorium psikologi pertama mulaididirikan, seorang peneliti Prancis bernama Emile Javal menemukan fenomena bahwa dalam proses membaca, mata manusia tidaklah mengamati huruf demi huruf secara berurutan, melainkan bergerak dalam loncatan-loncatan kecil (gerak sakadik, red) dengan disertai fiksasi sesaat di titik-titik tertentu. Seperti dalam contoh berikut, coba bacalah kata-kata berikut: saay tdiak prenah mmebyangkna utnuk bias mmebca tiluasn ini, titape saya bisa mmebcanya. Bagaimana, bisa kan?

Ketika kita membaca sebuah kalimat dalam susunan tidak beraturan seperti di atas, otak kita masih mampu membacanya bukan? Hal ini menandakan bahwa otak kita tidak membaca seperti yang diungkap oleh Emile. Kemudian, hal ini juga dipengaruhi oleh factor pengalaman seseorang dalam mempersepsikan kata yang sebelumnya telah ia kenali. System kognitif kita memiliki seperangkat peraturan yang mapan mengenai ortografi (tata urutan huruf), tata bahasa, semantic,dan pengasosiasian kata yang keseluruhan pertauran tersebut sangat membantu kita dalam membaca dan juga dalam kehidupan sehari-hari. Semakin banyak informasi yang kita dapatkan, semakin banyak sandi-sandi atau kode-kode yang tersimpan dalam otak, dan kemampuan kita mengenali kembali (recognize) akan lebih cepat terjadi.

Jadi begituuu teman.. J

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun