Mohon tunggu...
Ian NathannaelChristy
Ian NathannaelChristy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Berkuliah di Universitas Airlangga

Memiliki ketertarikan dibidang Ekonomi, filsafat dan isu sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Reorganisasi Angkot, Langkah Menuju Transportasi Publik yang Berkelanjutan

8 Desember 2024   00:48 Diperbarui: 26 Desember 2024   11:01 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kota Bogor, yang dikenal sebagai "Kota Hujan", merupakan salah satu kota penyangga Jakarta yang berkembang pesat. Namun, seiring dengan perkembangan ini, muncul masalah serius terkait jumlah angkutan kota (angkot) yang melebihi kapasitas. Sebagai moda transportasi publik, angkot menjadi pilihan masyarakat Bogor karena tarifnya yang murah dan jangkauannya yang luas. Sayangnya, jumlah angkot yang terlalu banyak menimbulkan sejumlah masalah, seperti kemacetan dan peningkatan polusi udara. Situasi ini semakin diperburuk oleh kurangnya regulasi yang efektif serta perencanaan transportasi yang kurang terintegrasi. Hal ini menyebabkan banyak rute angkot yang tumpang tindih, memicu persaingan tidak sehat di antara para pengemudi. 


Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan terpadu yang melibatkan pemerintah kota, operator angkot, dan masyarakat. Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah pengurangan jumlah angkot melalui regulasi yang lebih ketat. Pemerintah Kota Bogor perlu melakukan penertiban dan evaluasi terhadap angkot yang beroperasi, di mana pengurangan jumlah kendaraan harus dilakukan secara bertahap dengan tetap memperhatikan kesejahteraan para pengemudi. Solusi yang seringkali ditawarkan adalah dengan mengganti moda transportasi yang lebih modern lagi seperti pada beberapa dekade yang lalu terdapat pengkonversian beberapa angkot menjadi sebuah bus dalam kota yang menjangkau baik kota hingga Kabupaten Bogor, yang dimana pengkonversian ini bertujuan juga untuk mengurangi jumlah angkot yang sudah terlalu banyak. Namun, permasalahannya adalah terkait pengkonversian ini, dimana terjadi penambahan jumlah pengangguran dikarenakan beberapa supir angkot yang angkotnya dikonversikan menjadi bis kota, membuat beberapa supir yang terdampak menjadi tidak dapat bekerja lagi dan terpaksa harus mencari cara lain untuk mencari nafkah. Bisa dibayangkan jika dua hingga tiga angkot dikonversikan menjadi satu unit bis artinya ada beberapa supir angkot yang harus kehilangan pekerjaannya sebagai seorang supir. 

Selain kesejahteraan sopir yang belum diperhatikan, terdapat permasalahan yang  belum terjawab oleh moda transportasi modern ini yakni keterjangkauan. Dari segi harga moda transportasi modern lebih terjangkau dan lebih efisien namun dari segi keterjangkauan wilayahnya belum. Angkot (Angkutan Umum) menjangkau hingga ke pelosok daerah di Bogor tidak seperti bis dalam kota maupun angkutan umum listrik yang cakupan rutenya terbatas hanya melayani di dalam kota dan sebagian rutenya melayani hingga Kabupaten Bogor namun hanya sebagian. Sehingga untuk penghilangan angkot bukan solusi terbaik yang dapat dipilih. Reorganisasi rute angkot menjadi langkah penting untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi tumpang tindih rute perjalanan. Pemerintah dapat merancang sistem transportasi yang terintegrasi, di mana angkot berfungsi sebagai feeder yang menghubungkan kawasan perumahan dengan terminal atau stasiun utama. Integrasi ini harus didukung oleh sistem tiket terpusat yang memungkinkan penumpang berpindah moda transportasi dengan mudah tanpa harus membayar berkali-kali. 

Intinya angkot tetap dipertahankan meskipun dalam jumlah yang sesuai dan tidak berlebih. Selama ini jumlah angkot yang berlebih mengganggu mobilitas masyarakat disebabkan oleh angkot yang sering "ngetem" untuk menaikkan dan menurunkan penumpang yang akhirnya terciptalah terminal bayangan. Hal ini justru berdampak buruk karena mengakibatkan penumpukan kendaraan yang berlebih sehingga menciptakan kemacetan. Peningkatan kualitas pelayanan dan keamanan angkot juga tidak kalah penting. Kendaraan yang ada harus ditingkatkan dari segi kenyamanan dan keamanan, dengan memberikan insentif kepada pengemudi yang menjaga kebersihan dan mengikuti pelatihan keselamatan berkendara. 


Dengan kombinasi dari langkah-langkah tersebut, bukan tidak mungkin jika dapat terciptanya sistem transportasi yang lebih efisien, aman, dan berkelanjutan. Kerja sama antara pemerintah, operator angkot, dan masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan kondisi yang lebih baik bagi semua pihak. Melalui upaya bersama, masalah kepadatan angkot dapat diatasi, sekaligus membuka
jalan menuju transformasi transportasi publik di Kota Bogor yang lebih modern dan ramah lingkungan. Dengan regulasi yang tepat, perencanaan transportasi yang terintegrasi, serta kesadaran bersama akan pentingnya perubahan, Kota Bogor dapat mengatasi masalah ini dan menjadi contoh bagi kota-kota lain dalam mengelola transportasi publik secara baik dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun