Mohon tunggu...
Ian Hidayat
Ian Hidayat Mohon Tunggu... Lainnya - Guru

Praktisi Pendidikan, Editor Lepas dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Gie yang Belum Usai (Part 2)

24 April 2024   14:52 Diperbarui: 24 April 2024   15:01 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Dokumentasi Mapala UI

"Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya, tanpa kita mengerti tanpa kita bisa menawar. Terimalah dan hadapilah."

Opening Statement dari penggalan sajak seorang pemuda peranakan tionghoa. Pemuda itu biasa dipanggil Gie, Kembali penulis ingatkan tentang siapa sosok Gie yang sering kali disebutkan oleh mahasiswa tentang gagasan dan ide dibalik gerakan Mahasiswa. Gie merupakan salah satu tokoh kunci dalam sejarah munculnya Angkatan 66', 

Gie bagi mahasiswa mungkin sosok yang sangat menginspirasi, khususnya bagi mereka yang baru berkecimpung di organisasi intra maupun ekstra kampus. Gie merupakan sosok yang menghadirkan pemikiran-pemikiran yang revolusioner bahwa perlawanan merupakan bagian yang terpisahkan bagi setiap manusia untuk menciptakan rakyat yang memiliki hak setara tanpa kelas sosial.

Gie sejak masa sekolah menengah seringkali melihat ketimpangan sosial terjadi di masyarakat, ditambah lagi Indonesia kala itu sedang proses menjadi sebuah negara mandiri yang membutuhkan modal besar. Namun dari semua itu yang terparah adalah perilaku korupsi yang terjadi dikalangan elit pemerintah maupun elit angkatan bersenjata.

Beberapa-beberapa kali Gie mengkritik melalui tulisan maupun mimbar-mimbar bebas, tentang permasalahan yang terjadi dilingkungan pemerintahan, dan tidak sedikit menjelaskan dan memberikan pemahaman kepada rakyat bahwa kesulitan-kesulitan yang dialami oleh rakyat disebabkan pula oleh ketidakmampuan para penyelenggara pemerintahan, tanpa terkecuali.

Ketidakmampuan elit pemerintah orde lama dalam mengatasi permasalahan yang terjadi, mengakibatkan kerugian besar bagi rakyat. Kemiskinan merajalela dikarenakan pemerintah tidak bisa mengendalikan harga pasar sehingga bahan-bahan pokok naik berlipat-lipat. Diskusi yang dilakukan antara pemerintah dengan kalangan masyarakat dan mahasiswa tidak pernah bertemu titik terang, malah yang terjadi pemerintah menyingkirkan dan membungkam narasi-narasi yang dibawa oleh kalangan masyarakat dan mahasiswa bahkan tidak sedikit diantara mereka mengalami tindakan represif yang dilakukan elit pemerintahan.


Seperti yang dikatakannya pada buku Catatan Seorang Demonstran "Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka, yang merugikan pemerintah"

Tetapi penulis juga menyadari bahwa Gie sendiri tidak konsisten akan pendapatnya, dia mengatakan "Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur kotor. Tapi, suatu saat dimana kita tidak dapat menghindar diri lagi. Maka Terjunlah!" Namun pada kenyataannya pada saat teman-teman seperjuangannya mendapatkan posisi di pemerintahan, Gie malah lebih memilih menghindar dan memilih kematiannya di lembah mandalawangi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun