17 - 20 Maret 2021. Bagi sebagian orang mungkin tanggal tersebut biasa-biasa saja, tidak ada hal yang istimewa, tidak ada bedanya dengan tanggal lainnya. Namun berbeda dengan kader-kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Tanggal tersebut menjadi waktu yang sudah ditunggu-tunggu. Ya, tanggal tersebut merupakan pelaksanaan Kongres PMII Ke-XX. Waktu yang ditunggu-tunggu, bagaimana tidak?, Kongres Ke-XX sempat dibatalkan sampai tak tahu kapan akan dilaksanakan.
Kongres kali ini, mengusung Tema "Organisasi Maju untuk Peradaban Baru". Pertanyaan sederhana penulis, apa indikator organisasi dikatakan maju? Apa selama ini PMII tidak Maju, sehingga mengalami stagnansi dan hilang arah gerak? Lalu, peradabab baru yang dimaksudkan peradaban yang mana, atau peradaban baru hasil perubahan tatanan yang disebabkan oleh Covid-19 yang disebut dengan New Normal. Entahlah, ini merupakan kelemahan pengetahuan dan daya analisa penulis, dan mungkin hanya mereka yang tahu.
Hari ini di Era industri 4.0 apa saja yang sudah dilakukan oleh Kader-kader terbaik PMII sebagai usaha menentukan salah satu indikator Organisasi Maju. Ya, saat ini kita bersentuhan dengan segala yang berhubungan dengan Digital, tapi itu semua dilakukan secara terpaksa karena faktor larangan untuk berkerumun, efek domino dari tersebarnya Covid-19. Hal ini bisa dibuktikan, bahwa kader-kader masih kurang adaptif terhadap perkembangan zaman. Dan ternyata, bukan hanya Kader PMII saja, hampir seluruh organisasi memaksimalkan Digital saat terdesak seperti sekarang ini.
Saat ini kita belum diselesaikan oleh segala hal yang berhubungan dengan Era industri 4.0. Tapi Jepang melalui Perdana Menterinya Shinzo Abe merumuskan Society 5.0 pada tahun 2017, di tengah kebingungan masyarakat untuk bisa beradaptasi dengan era digital atau digitalisasi. Hal ini tentu saja menjadi daftar panjang dari rangkaian tantangan perkembangan zaman, sudah sejauh manakah kita menyiapkan hal itu. Lalu bagaimana tentang pola kaderisasi, arah gerakan, pengembangan kader dsb. Apa pemangku struktural tidak membaca akan hal ini. Oh ya, penulis ingat. Bahwa itu semua tanggung jawab masing-masing Rayon, Komisariat, Cabang maupun Koordinator Cabang. Ternyata bukan itu saja, masalah-masalah seputar administrasi pun sampai hari ini tidak ada habisnya. Hingga tahan-menahan Surat Keputusan, ya barang tentu itu semua sesuai kepentingan dan keadaan pastinya. Sehingga menimbulkan konflik vertikal maupun horizontal. Jika sudah terjadi seperti ini, apa solusi yang bisa diberikan? Yang ada semuanya hilang satu demi satu, bukankah seperti itu. Heey bagi kalian yang baru dilantik sebagai pengurus. Hehehe.
Karena  sebab itulah, penulis mencatat sedikit keresahan ini. Di sela keresahan, penulis senantiasa berharap serta berdoa. Bahwa Kongres, maupun konferensi di seluruh tingkatan harus berjalan secara khidmat sesuai dengan apa yang di-cita-kan  oleh para pendiri Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sesuai dengan tujuan dari PMII yang tentunya bukan hanya sebatas hafalan karena syarat jenjang kaderisasi formal, tapi tujuan yang dibumikan, sehingga kemana pun kita melangkah barang tentu selaras dengan tujuan PMII itu sendiri. Kongres merupakan saat dimana seluruh anggota dan kader PMII mengharapkan Pemimpin selanjutnya adalah ia yang senantiasa membawa perubahan dan kemajuan seperti tema yang diusung di Kongres kali ini, yaitu "Organisasi Maju untuk Peradaban Baru"
Selamat dan Sukses Kongres PMII ke-XX
Satu Angkatan dan Satu Jiwa,
Putera Bangsa Bebas Merdeka,
Tangan Terkepal dan Maju ke Muka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H