Bung, terimakasih banyak. Bung sudah menjadi bagian dari setiap inspirasi yang hadir dalam alam bawah sadar ini.
Bung, entah mengapa di setiap kejadian-kejadian yang tampak di hadapan. Seperti banyak menyampaikan pesan-pesan yang selalu Bung katakan.
Bung, meski kepergian Bung satu tahun sebelum kelahiran saya. Saya selalu merasakan bahwa Bung masih ada, dan hadir diantara kaum-kaum muda untuk menggelorakan semangat untuk memperjuangkan hak-hak setiap manusia dengan tak kenal lelah, seperti ungkapan Bung kalau “ ... hak asasi itu sama pentingnya dengan sepiring nasi”.
Saya juga membaca salah satu esai Bung, dalam esai tersebut bung mengatakan “Selaku penulis saya ini generalis, bukan spesialis. Saya menulis ihwal apa saja yang lewat di depan mata. Persis TUKANG LOAK yang menjual apa saja yang bisa dipikul”. Dari perkataan Bung itu lah, saya menyimpulkan bahwa inspirasi Bung tak lekang oleh waktu, tempat dan keadaan.
Bung, mungkin bukan saya saja yang ingin bertemu dan mungkin sebagian ada yang sangat merindukan kehadiran Bung. Untuk sekedar berbincang, atau pun mendengarkan dengan khidmat setiap petuah Bung. Apalagi Kritikan Bung, yang katanya di zaman itu, —ah bukan juga, Saya sendiri membaca setiap tulisan Bung— yang tajam melebihi pedang Damaskus, namun dibalut dengan indah dan jenaka ala Warkop DKI. Hehehe
Bung, saya juga sering memutar film dokumenter tentang Bung. Oh yaa, Di dalam bagian film tersebut menceritakan di masa Bung menjadi tahanan politik, Bung tetap berjuang dan tetap mencari kabar aktual dan faktual. Sampai-sampai Bung, setiap harinya selalu meminta di bawakan nasi padang —ya tentu saja— kertasnya digantikan oleh koran yang berisikan peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi. Dan setelahnya Bung pasti menyampaikan gagasan kepada kerabat yang menjenguk Bung, untuk disampaikan kembali kepada sahabat-sahabat Bung yang masih terus berjuang di luar.
Bung, semoga Bung bahagia di alam penantian Bung saat ini, bersama para Pemikir Pendiri Bangsa ini, dan Sang Isteri yang Bung cintai serta sahabat-sahabat Bung yang setia dibarisan Bung.
Bung, di akhir tulisan ini. Saya mohon kepada Bung untuk selalu membimbing, mengkritisi dan meridhoi di setiap perjalanan hidup saya. Hehehe, dan tentu saja dengan gaya jenaka Bung, tooh!. 😁😁😁
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H