Penjual seharusnya adalah profesi. Apa itu profesi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu. Tulisan ini menambahkan bahwa dalam profesi apapun, ada rangkaian pekerjaan yang harus dilakukan secara ber-urutan agar hasil yang diinginkan profesi tersebut tercapai. Sebagai contoh profesi petani, dimana hasil akhir dari profesi petani adalah “panen”.
Ada rangkaian pekerjaan yang harus dilakukan secara ber-urutan agar panen bisa tercapai, “dimulai dari membeli dan memilih bibit, mulai (mempersiapkan) membajak tanahnya, menanam bibit, memupuk, menyemprot anti hama, panen dan menjualnya”.Penekanan kalimat “harus dilakukan secara ber-urutan” berlaku mutlak. Tidak bisa sebuah profesi melakukan rangkaian pekerjaan yang acak.
Bayangkan apabila profesi petani dilakukan dengan rangkaian acak, “dimulai dari memupuk (apa yang dipupuk?), menyemprot anti hama (apa yang disemprot), panen dan menjual (apa yang dipanen dan dijual?), membeli dan memilih bibit unggul, membajak tanahnya”. Jadi jelas, kenapa rangkaian pekerjaan tersebut harus dilakukan secara urut, karena setiap output dari pekerjaan sebelumnya akan menjadi input pekerjaan berikutnya.
Pekerjaan membeli dan memilih bibit menghasilkan output bibit yang menjadi input bagaimana mempersiapkan tanah (membajak) sesuai dengan spesifikasi bibit tersebut, kemudian kegiatan mempersiapkan tanah (membajak) menghasilkan output yang akan menjadi input dalam penanaman bibit, begitu seterusnya. Sehingga dapat dipastikan apababila rangkaian pekerjaan tersebut tidak dilakukan secara urut, maka hasil yang diinginkan tidak akan maksimal.
Apakah seseorang yang melakukan pekerjaan dari profesi petani secara ber-urutan sudah cukup untuk dikatakan bahwa ia adalah seorang yang berprofesi sebagai petani? Belum!. Selain ber-urutan, profesi juga menuntut rangkaian pekerjaan tadi juga berkesinambungan, artinya rangkaian pekerjaan yang ber-urutan tadi juga harus terus berlanjut berulang-ulang sehingga terbentuk sebuah siklus.
Lalu apakah seseorang yang melakukan pekerjaan dari profesi petani secara ber-urutan dan berkesinambungan sudah cukup untuk dikatakan bahwa ia adalah seorang yang berprofesi sebagai petani? Ternyata masih belum!. Ada satu hal lagi yang harus dipenuhi sebagai tuntutan profesi, yaitu keahlian dasar,baik keahlian dalam menyelesaikan masing-masing pekerjaan dalam siklus maupun mengkorelasikan masing-masing pekerjaan menjadi sebuah siklus yang sempurna.
Jadi kesimpulan dari definisi profesi adalah “kegiatan yang ber-urutan dan berkesinambungan dalam sebuah bidang pekerjaan yang membutuhkan keahlian tertentu”.
Ada tiga kata yang akan menjadi kunci dari pembahasan di tulisan ini, yaitu ber-urutan, berkesinambungan dan keahlian. Tiga kata ini adalah ciri sebuah profesi, sehingga akan menjadi penentu, apakah seseorang yang mengaku mempunyai sebuah profesi tertentu, memilki ciri-ciri dari ketiga kata diatas dalam menjalankan profesinya. Kembali, tulisan ini secara tegas menyatakan, bahwa apabila ketiga ciri tersebut tidak ada, atau bahkan salah satunya tidak ada, maka seseorang tadi belumlah berprofesi sebagaimana yang ia akui. Contoh sederhananya seperti ini:
Seorang eksekutif muda yang berlibur ke kampung halamannya, mencoba membantu saudaranya yang petani untuk menanam padi dengan bibit yang sudah disiapkan, ia melakukan kegiatan tsb seharian full, apakah bisa disebut ia sebagai petani? Tentu tidak bisa.
Penjelesan lengkapnya kira-kira sebagai berikut.
- Seseorang yang mengaku berprofesi sebagai petani melakukan rangkaian pekerjaannya secara berurutan tetapi tidak berkesinambungan, maka dapat dipastikan rangkaian pekerjaan tadi tidak akan berkelanjutan, begitu pula hasil dari pekerjaan tersebut juga tidak akan bisa dinikmati lebih dari satu kali, oleh sebab itu seseorang tadi bukanlah seorang yang berprofesi sebagai petani.
- Lebih parahnya, seseorang yang mengaku berprofesi sebagai petani, melakukan rangkaian pekerjaannya tidak secara berurutan, tetapi berkesinambungan. Ini jauh lebih sia-sia, hasil yang diinginkan pada setiap rangkaian pekerjaan yang terselesaikan tidak akan didapat, dan hal tersebut dilakukan berulang-ulang. Kadang untuk contoh ini kita agak tertipu, mengira seseorang tersebut adalah benar seorang yang berprofesi petani tetapi sedang kurang beruntung, padahal Ia bukanlah seseorang yang berprofesi sebagai petani.
- Bahkan seseorang yang mengaku berprofesi sebagai petani, melakukan rangkaian pekerjaannya secara berurutan dan berkesinambungan, tetapi tanpa dibekali ketrampilan dasar disetiap bagian rangkaian pekerjaannya, tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal, dan terancam “gagal” untuk bisa membiayai rangkaian pekerjaan tadi secara berkesinambungan, sehingga contoh ini pun menunjukkan bahwa Ia bukanlah seseorang yang berprofesi sebagai petani.
Dari penjelasan yang cukup panjang di atas, harusnya didapat kesamaan persepsi yang cukup dalam mengenai sebuah profesi. Tidak ada profesi yang gagal, rangkaian proses dalam pekerjaan mungkin saja gagal akibat faktor-faktor diluar rangkaian pekerjaan yang kemudian harus dibayar dengan rangkaian pekerjaan lain atau bahkan dengan siklus berikutnya, tetapi bukan profesinya yang gagal. Sebuah profesi tidak pernah gagal, yang ada orang gagal meraih profesi tersebut karena tidak bisa mengkorelasikan ketiga ciri profesi diatas.