Ummat Islam mana yang tak mengenal nama Harun Yahya? Kalau pun ada pasti sangat sedikit. Di Indonesia, nama Harun Yahya pernah booming cukup lama. Karya-karya Harun Yahya lebih mengarah pada teori evolusi. Bukan dalam bentuk dukungan terhadap teori tersebut, melainkan berderet-deret argumentasi bantahan terhadap teori evolusi itu sendiri.
Teori evolusi sendiri merupakan teori yang menuai reaksi yang sangat tajam. Terkhusus bagi mereka yang begitu fanatik dalam beragama. Membicarakan teori evolusi seolah-olah kita ikut terseret ke dalam dua kutub yang saling berlawanan. Harun Yahya sendiri ada dalam gerbong yang menolak teori tersebut. Bahkan berada di garda terdepan.
Ibarat pasar, ummat Islam yang sedemikian fanatik menjadi konsumen yang menikmati dan mengoleksi karya-karya Harun Yahya. Karya-karya yang berupa buku dan vidio itu laku keras, Harun Yahya pun menjadi tenar.
Pertanyaannya, apa betul Harun Yahya telah membantah teori evolusi? Betul. Berhasil kah upayanya? Tidak sama sekali. Kok bisa? Mari kita bahas.
Harun Yahya bukan hanya gagal dalam segala upayanya untuk membuat teori evolusi tumbang. Ia juga telah menempuh cara yang salah. Apa yang telah dilakukan Harun Yahya disebut sains semu. Dalam pengertian yang lebih keren disebut "pseudosains". Apa itu pseudosains?
Pseudosains itu ilmu semu. Sebuah metodologi yang diklaim ilmiah, akan tetapi tidak memenuhi parameter akan konsensus  saintifik yang telah berlaku secara umum. Orang-orang yang menggunakan metodologi ini pandai menyusun argumentasi yang memang nampak ilmiah, namun sejatinya tidak memenuhi kaidah-kaidah metodologi ilmiah yang baku.
Inilah yang digunakan oleh Harun Yahya. Dengan bekal cocoklogi kitab suci, ia mencoba meyakinkan banyak muslim bahwa teori evolusi itu tidak benar. Hanya akal-akalan ilmuwan kafir belaka untuk menjauhkan ummat Islam dari Allah, dari tuhan semesta alam. Menurutnya, teori evolusi adalah salah satu pilar filsafat meterialisme. Ia juga berpendapat bahwa teori evolusi dan Darwinisme adalah akar dari ideologi-ideologi seperti fasisme, komunisme, dan kapitalisme.
Inti dari gagasan dan pemikiran Harun Yahya tak lain dan tak bukan adalah keharusan eksistensi "Devine Intervention" terhadap keberadaan alam semesta. Sederhananya, alam semesta bisa ada karena diciptakan oleh Allah, oleh tuhan. Ia berkesimpulan bahwa teori evolusi telah mengajarkan penolakan akan kehadiran tuhan. Teori evolusi diasumsikan bisa membuat ummat Islam dan penganut agama lain menjadi ateis.
Benarkah asumsi tersebut? Mari kita lanjut pembahasannya.
Pada dasarnya, teori evolusi itu bebas nilai. Begitu pun juga dengan cabang-cabang sains lainnya. Artinya, teori evolusi tidak menjadikan keyakinan terhadap tuhan sebagai objek kajian. Teori evolusi tak sekali pun mengajarkan dogma-dogma keagamaan. Tak ada ajaran dalam teori evolusi yang mengajak kita membatah atau meyakini agama dan tuhan.
Mempelajari teori evolusi artinya mempelajari bagaimana alam semesta bekerja. Lebih tepatnya kita belajar bagaimana keanekaragaman mahluk hidup bisa ada. Sedangkan penyebab seseorang memilih menjadi seorang ateis bermula dari faktor yang tidak tunggal juga. Bahwa ada ilmuwan yang ateis itu benar, akan tetapi tidak sedikit juga orang-orang yang mempelajari teori evolusi tetap kukuh dengan keimanan mereka. Sederhananya, science doesn't care about your believe system. Get it?