Aku berjalan menyusuri duri yang semakin tajam
Dengan kaki penuh luka,
Hati semakin ringkih,
Dan tubuh yang mulai rapuh
Perlahan, waktu merenggut segalanya
Mereka pergi, meninggalkan luka
Luka yang semakin hari semakin menganga
Ia tak bisa sembuh hanya dengan tawa palsuku itu
Tetiba, kau datang menawarkan segelas tirta
Aku yang dahaga meneguknya tanpa sisa
Sejenak aku hanyut dalam pesona
Melayang dalam tawa
Takjub oleh kesegarannya
Sayangnya, kau dan tirtamu hanya ilusi belaka
Yang kau bawa, bukan penawar dahaga
Melainkn racun dengan segala kesakitannya.
Kau tiba dengan kebiadabanmu
Mengubur asa, melebur tawa, menghancurkan bahagia
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!