Setiap kita yang hadir di sini pernah menjadi seorang murid dan mungkin saat ini adalah seorang murid. Murid dapat diartikan sebagai orang yang sedang berguru, belajar, atau bersekolah. Setiap kita saat ini adalah murid entah dalam bentuk proses pendidikan apapun. Ada yang saat ini mengecap pendidikan sebagai anak sekolah baik smp atau sma, ada yang saat ini dalam pendidikan kuliah/universitas. Namun, seorang murid tidak semata-mata dipandang dalam lingkup pendidikan formal. Menjadi murid juga meliputi seluruh aspek kehidupan. Kita sebagai manusia adalah murid kehidupan, yakni kita selalu belajar untuk mengerti dan menjalani kehidupan. Tak satu pun kita yang sudah tamat memahami arti kehidupan. Kita selalu berada dalam proses pembelajaran. Akhir dari pendidikan kehidupan adalah kematian. Setiap profesi atau pekerjaan juga adalah proses pendidikan untuk mencapai kepenuhannya. Ada yang menjadi guru, kaum berjubah, orangtua, pembina, atau pekerjaan lain. Dalam segalanya itu, kita tetaplah murid yang harus belajar terus menerus untuk mencapai kepenuhannya.
Bacaan yang diperdengarkan hari ini berbicara tentang panggilan dan perutusan para murid. Bacaan injil Markus mengisahkan bagaimana Yesus memanggil dan menetapkan kedua belas rasul. Para murid dipanggil untuk menyertai Yesus dalam pelayanan-Nya hingga akhirnya nanti diutus untuk mewartakan Injil (kabar gembira) dan diberi kuasa.
Setelah beberapa lama berkarya di tengah masyarakat banyak, Yesus memilih dua belas rasul. Rasul dipilih dan ditetapkan sebagai penerus atau pengganti dua belas suku israel. Ada dua hal yang ditekankan oleh injil Markus dalam kisah panggilan ini yakni ungkapan “bersama Yesus” dan “diberi nama”. Unsur pertama adalah “bersama dengan Tuhan”. Murid dipanggil untuk selalu hidup bersama dengan Yesus. Para murid diajak untuk melihat perbuatan Yesus dan mendengarkan pengajaran-Nya. Yesus mengajar para murid dengan kata dan tindakan. Yesus mengajar para murid tentang kerajaan Allah dan ditunjukkan dalam perbuatan-Nya yakni dengan menyembuhkan yang sakit dan mengasihi semua kaum pendosa. Para murid belajar langsung dari Yesus sang guru untuk mewartakan kabar gembira.
Catatan buat kita: apakah kita sudah selalu bersama dengan Yesus? Apakah kita sudah melibatkan Yesus di dalam kehidupan kita? Apakah kita mengajar dengan kata dan perbuatan seperti Yesus? Ataukah hanya kata-kata belaka saja kita mengajar dan tidak disertai dengan perbuatan.
Ungkapan kedua adalah ‘diberi nama”. Yesus memanggil dan menetapkan para murid lengkap dengan nama. Para murid diberi nama oleh Yesus menandakan mereka adalah milik Allah.Yesus memanggil dengan nama bermakna bahwa Yesus mengenal setiap orang yang dipilihnya. Ia mengenal para murid yang dipilih. Mereka adalah orang-orang kecil atau lemah. Yesus tidak memilih orang yang terpandang dan besar seperti ahli taurat, melainkan hanya nelayan dan lainnya yang dipandang remeh oleh orang banyak. Yesus juga mengetahui setiap orang yang dipilih-Nya tersebut. Yesus mengenal sikap dan watak para rasul. Bahkan, Yesus juga mengetahui bahwa Yudas Iskaryot akan berkhianat nantinya. Jadi, pertanyaan untuk kita, mengapa Yesus memilih Yudas kalau sudah tahu sebelumnya bahwa ia akan berkhianat? Yesus tetap memilih Yudas agar terlaksana karya keselamatan yang dikehendaki Allah. Seandainya Yudas tidak dipilih, maka tak akan terjadi karya keselamatan yakni kisah sengsara, salib, wafat, dan kebangkitan Yesus.
Diberi nama juga bermakna bahwa para murid ikut ambil bagian dalam kuasa Yesus. Panggilan para rasul memiliki tujuan yakni mengutus mereka untuk mewartakan Injil dan hidup bersama Dia. Para rasul dibekali dengan kuasa agar sanggup untuk memberitakan kabar gembira. Kuasa itu diberi karena pewartaan mereka akan ditentang oleh kekuatan si Jahat. Oleh sebab itu, kuasa yang diberikan Yesus berperan untuk mengalahkan setan agar mampu mewartakan kabar gembira. Selain itu, panggilan murid juga bertujuan agar mereka mengikuti Yesus kemana pergi dan mewarta. Yesus mengajak para rasul dari desa ke desa, kota ke kota, untuk menyaksikan bagaimana Dia berkarya.
Kita adalah insan yang dipanggil oleh Yesus menjadi putera-puteri-Nya. Kita dipanggil dan dipilih ketika kita menerima babtisan. Babtisan menandakan kita adalah murid Yesus dan kita adalah milik Yesus. Oleh sebab itu, kita semua juga diutus untuk memberitakan kabar gembira. Menjalankan tugas perutusan untuk mewartakan kabar gembira merupakan amanat yang diberikan Allah kepada manusia. Dengan menerima kabar gembira yang kita bagikan, diharapkan orang yang menerima pemberitaan merasa gembira, semakin mengenal Allah, dan mampu menghayati imannya.
Pertanyaan untuk kita apakah kita sudah melaksanakan perutusan yang disampaikan Yesus pada kita. Apakah kehadiran kita sudah menjadikan orang semakin mengenal Allah. Bagi kita kaum berjubah, apakah kehadiran kita dalam tugas perutusan kita menjadikan orang semakin beriman? Apakah kehadiran kita membawa warta gembira bagi orang lain atau membawa petaka bagi yang lain? Setiap kita perlu kembali bermenung atas panggilan yang kita terima dari Yesus. Hendaknya kita yang ada bersama dengan Yesus lewat ibadat dan misa setiap hari membentuk kita sebagai murid Kristus yang sejati, yakni kita menjadi pembawa kabar gembira bagi orang lain.
Kita perlu meneladani seorang martir perawan yakni St. Agnes. Ia menjadi murid Kristus yang sejati yang rela mengorbankan nyawa demi imanya akan Kristus. Ia mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah. Kesaksian iman tertinggi ialah sebagai seorang martir.
Semoga bacaan hari ini menginspirasi kita untuk kembali merenungkan kembali setiap panggilan kita entah sebagai apapun saat ini. Dengan demikian kita mampu menghadirkan Kristus melalui perkataan dan perbuatan kita. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H