Mohon tunggu...
Nashir Moehammad
Nashir Moehammad Mohon Tunggu... -

Aceh, Lecturer, Tutor, MC, Former Tourism Ambassador, @iamnashir

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ternyata LDR Mengajarkan Kita Banyak Hal

3 Maret 2018   22:21 Diperbarui: 3 Maret 2018   22:27 1270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini pengen membahas tentang LDR. Memang, LDR bisa bermakna macam-macam. Orang Fisika bisa mengartikannya "Light Dependent Resistor" alias resistor yang berubah nilai hambatannya karena pengaruh cahaya. Orang Biologi memaknainya "Light Dependent Reaction" alias proses fotosintesis. Well, LDR yang dimaksud disini tentunya yang sering disebut-sebut oleh anak-anak muda yaitu "Long Distance Relationship". 

Menurut Wikipedia, tertera bahwa "LDR is typically an intimate relationship that takes place when the partners are separated by a considerable distance", atau bahasa anak ABG-nya hubungan jarak jauh. Wah, gimana ya rasanya? Ada yang bilang LDR itu kayak rasa permen nano-nano tapi kebanyakan asemnya (hoho, tsadis!). Namun apa memang bener LDR sehoror itu? Jawaban paling legowo kembali ke pribadi kita selaku tersangka utama.

Hasil survey menunjukkan, delapan dari sepuluh orang beralasan menjalani LDR karena hal super penting lain yang harus di-numero-uno-kan terlebih dahulu, yaitu masa depan. Memang faktanya banyak orang ragu menjalin hubungan karena kendala LDR. Bagi mereka LDR is not easy, banyak cobaannya. 

Mulai dari jarang ketemuan, jarang bisa jalan-jalan bareng, entah itu ke Mall, ke pantai atau ke Lapangan Blang Padang. Sehari tak bertemu rasanya setahun, wesss lebaynya kayak kampanye caleg euy! Gimana kalau nggak ketemunya empat belas tahun purnama? Tapi, banyak juga yang tetap cool dan woles-woles aja ngejalanin LDR. Prinsip mereka simpel: "Distance means so little when someone means so much". *Aseekkk*.

Sejatinya, kalau kita mau go inside, LDR mengajarkan kita banyak hal, diantaranya:

Pertama, menguji seberapa besar dan kuat komitmen akan hubungan yang ada. Kita bisa belajar saling setia dan percaya. Setia itu nggak melulu harus bareng-bareng kayak Romeo dan Romlah kok. Bukankah ketemuan tiap hari juga membosankan toh?

Kedua, kita akan belajar mengapresiasi rindu. Kita akan merasakan dahsyatnya rindu. Rindu adalah sebuah nikmat, sebab rindu adalah hasrat paling jujur yang dilahirkan hati kita. Sekian lama memendam rindu, saat bertemu, dunia rasanya milik berdua, bukan bertiga atau berempat. Tapi, jangan sampai badan kurus karena menahan rindu yang membara, atau sampai timbul kontroversi hati konon lagi labil ekonomi (apasih!).

Ketiga, kita akan menjadi lebih wise bahwa hakikat mencintai itu bukan aja "memiliki" tetapi juga "menjadi". Artinya kita akan belajar menjadi sosok yang sabar dan pantas untuk memperjuangkan dan diperjuangkan, bukan yang cuma bisa bilang "dia milikku bukan milikmu", tanpa berusaha menjadi sosok yang bener-bener pantas mengatakan kalimat itu. So, hakikat mencintai itu bukan memiliki seorang kekasih, tapi menjadi seorang kekasih. 

Nah, kalau LDR adalah bagian dari perjuangan, kenapa tidak dijalani dengan penuh keyakinan? Seiring hari berganti, momen ketemuan satu sama lain akan semakin terpampang nyata, asal sabar menjadi senjata, seperti kata Raisa, Terbit dan tenggelamnya mentari membawamu lebih dekat. 

Keempat, kita akan semakin faham bahwa fungsi LDR itu nggak cuma sebagai pilihan, tapi juga sebagai solusi. LDR nggak cuma menjadi pilihan saat jutaan panah jarak menjadi pemisah, LDR juga patut menjadi solusi sebagai "instrumen" saat sebuah hubungan belum cukup pantas untuk terlalu dekat. 

ada norma-norma dan aturan yang harus dijunjung ketat, sehingga segalanya akan tetap sehat. Seperti pepatah bilang, Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat (iya, mank nggak nyambung! Hihi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun