Jadi mahasiswa tingkat akhir (MTA)? Wah gimana tu rasanya? Kayaknya jadi MTA itu bahagia, bahagia karena mata kuliah udah abis atau paling nggak sisa satu-dua lagi. Terus, udah mulai free dari yang namanya quiz, UTS, UAS ataupun tugas-tugas yang saban hari membayang-bayangi. Tapi, masa' bahagia? Mungkin ada sebagian MTA yang menjawab gini: "Aku sih bahagia aja karena bahagia itu bukan mereka tapi kita sendiri yang buat." Wesss, ini orang kayaknya baru pulang ikut acara seminar motivasi, bijak syekalee. Trus, sebagian MTA lain pas ditanya tentang ini pasti jawabannya lebih kurang polos wae: "Nggak juga sih. Jadi mahasiswa tingkat akhir itu nggak sebahagia bintang iklan shampoo yang lagi keramas kok, gan." Lah, yang bener yang mana ya? Mau tau, oke keep on reading yes!
Bahagia itu pilihan. Kata bijak ini pasti sering didengar. What does it mean? Menurut saya, bahagia itu memang nggak akan ada dengan sendirinya, harus kita sendiri yang nyiptain. So, bahagia itu tergantung pada kitanya, it's a human choice, mau pilih bahagia atau sebaliknya? Nah, kita donk yang punya jawaban hebat masing-masing. Nah, gitu juga saat kita sedang ada di masa-masa jadi MTA. Pasti pengen donk melewati nya dengan bahagia, no galau, no sorrow.
Berikut  ada tips yang bisa diamalkan agar jadi MTA kece yang bahagia. Mulai dengan mengenali siapa (calon) pembimbing kita, karakternya gimana, apa yang beliau suka, dan apa yang nggak disukai. Ini baik untuk tahap adaptasi awal, istilah kerennya "curi start". Jangan lupa gali info sebanyak mungkin sama senior terutama yang udah pernah bimbingan sama beliau.
Next, jalin komunikasi yang baik sama pembimbing. Ingat, pembimbing itu karakter dan style-nya beda-beda. Syukur kalau punya pembimbing yang care dan asik sama mahasiswa. Tapi, ada juga pembimbing yang bertipe "semua terserah sama mahasiswa (STSM)", mahasiswa rajin pembimbing support, mahasiswa malas-malasan pembimbing pun nggak maksa. Wajar sih, mahasiswa itu kan udah dewasa, bukan anak sekolah lagi yang harus dikultumin ini-itu.Â
Mungkin juga karena pembimbing termasuk dosen yang superbusy. Nah, kalo udah gini, kitanya yang harus ekstra aktif, lebih rempong, dan lebih rajin diskusi sama beliau karena prinsipnya pembimbing pasti akan meluangkan waktunya untuk kita. Lalu, saat pembimbing ngasih koreksi, masukan atau saran, fahami betul-betul apa maksudnya, jangan sampe miskom.Â
Banyak juga loh kasus pas pembimbing ngoreksi, mahasiswa nggak faham sepenuhnya. Â Akibatnya draft tugas akhir harus di koreksi berulang-ulang yang bisa bikin bete dan jadi pemicu rasa malas ketemuan (sama pembimbing BUKAN sama mantan). Kalau merasa ada yang "aneh" dengan sarannya, jangan segan diskusi. Koreksi dan masukan ini harus sesegera mungkin dikerjakan untuk diskusi lagi apa udah oke atau belum.
Dan yang nggak boleh diabaikan adalah harus lebih banyak berdoa dan rajin amalan-amalan sunnah. Yang Maha Kuasa ngga akan ninggalin kita kalo kita ngga lupa padaNya, trust me! Ingat, doa jangan cuma minta agar tugas akhir cepat beres, tapi minta juga agar kita selalu diberi semangat dan kesabaran untuk mengerjakan tugas akhir. Sejatinya tugas akhir bukan tugas yang nggak pernah berakhir, asal dikerjakan dengan sabar dan semangat pasti bakal beres.
Intinya mah, tergantung kita aja. Bahagia atau nggak, kita sendiri yang menentukan. Ingat, jadi MTA itu wajib, bahagia itu pilihan. Udah, gitu aja. Huge thanks for reading, yes!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H