Pagi mulai memancarkan sinarnya menembus hijauanya daun rambutan dibelakang rumah. Ku sruput kopi yang telah dibuatkan Ibu dan singkong goreng panas di piring berhiaskan Bunga Teratai. "pagi yang indah" gumamku.Â
Sembari emnunggu kopi agar tak terlalu dingin, sebatang rokok ku bakar untuk menenagkan pikiran yang kacaunya tak karun karena beban kuliah yang bagi ku sendiri sangat sangat menjadi beban. Beban yang seharusnya tak perlu kubawa sampai ke rumah tapi malah terbawa hingga membuat apa apa yang aku lakukan menjadi tak tenang. Namun, semua menjadi lebih tenang ketika Ibu ada di sampingku.Â
Keluh kesah yang sedang ku alami menjadi ringan bahkan sirna dalam sekejap dengan melihat pandangan Ibu yang selalu menghayutkan bak air laut yang terlihat tenang tetapi siapapun yang berenang akan tenggelam dalam rasa yang begitu dalam. Ada yang bilang kalau anak pertama menjadi contoh bagi adik-adiknya, Si bungsu harapan terakhir keluarga. Begitu banyak hal yang ingin ku adukan pada Ibu. Namun, tak sanggup ku luapkan karena aku tahu banyak beban yang telah ibu pikul di belakang senyum manisnya itu.Â
"Lebih baik kupendam sendiri dan terbiarkan memudar seiring berjalannya waktu". Sedari SMA banyak pikiran yang menghantui mulai dari diri ini yang terasa membebani bapak dan ibu, nanti kalau sudah lulus mau kemana, ini, itu, bla bla bla.Â
Dunia menurut versiku terlalu rumit padahal ada yang bilang bahwa dunia ini bila dijalani dengan hati yang Ikhlas dan tulus akan terasa membebani, kita saja yang membuatnya terlalu sulit dengan membesarkan masalah kecil menjadi besar. Yang seharusnya dapat diselesaikan saat itu juga malah dibuat semakin panjang tanpa adanya jeda yang pasti.
Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 09.00 aku beranjak dari tempat duduk ku untuk bersiap-siap melakukan perjalanan camping Bersama teman-teman kecilku. Jam 10.00 selesai berkemas dan aku sudah siap dengan jadwal yang telah disepakati sebelumnya yaitu pada jam 14.00 dengan titik kumpul berada di rumah temanku. Tetapi salah satu temanku, sebut saja Candra yang berprofesi sebagai Internet Service Provider, Bahasa gampangnya tukang wifi.Â
Saat sudah mau berangkat ternyataa ada salah satu rumah konsumen mengalami trouble jaringan sehingga aku memutuskan untuk membantunya agar pekerjaan cepat selesai dan perjalan yang tertunda dapat dilanjutkan agar tidak telat. Tapi apalah daya keinginan alam memang tidak ada yang tahu kadang panas lalu hujan lalu panas lagi.Â
Saat aku dan Candra memperbaiki wifi yang sedang trouble tiba-tiba hujan mengguyur yang menyebabkan perbaikan menjadi tertunda. Alhasil aku berinisiatif untuk menghubungi teman-teman yang lain agar berangkat terlebih dahulu dan menunggu di pos pemberangkatn Wukir Negoro.
Sedangkan aku dan candra menunggu hujan sedkit reda untuk memperbaiki wifi, apabila diteruskan dapat berakibat fatal karena masalahnya sering petir menyambar koneksi yang tidak dimatikan oleh konsumen yang menyebabkan konsleting listrik dan berakibat pada rumah terbakar sampai korban jiwa.Â
Aku pernah melihat pada berita yang ditampilkan di televisi waktu itu. Sekita hampir 2 jam aku dan candra menunggu dan untungnya hujan mulai sedikit reda sehingga masalah perbaikan wifi dapat diatasi. Waktu magrib pun datang aku dan candra segera Bersiap menyusul teman-teman yang sudah berangkat duluan ke pos 1 untuk melakukan camping.Â
Tak lupa berpamitan kepada ibu dan bapak dirumah untuk memohon doa restu agar dari rumah sampainke rumah Kembali dengan selamat tanpa kekurangan sesuatu apapun. Kita tahu perihal alam yang sulit dideteksi kemauannya seperti apa. Walaupun ini bukan pendakian sudah sepatutnya kita menyiapkan segala hal agar hal-hal yang tidak diinginkan dapat dihindari.