Lantas, Adinda mengajukan pertanyaan yang menarik. Apakah ke depannya, buku-buku di perpustakaan atau tempat lain harus bertransformasi ke digital agar tetap diminati dan dilirik?
Gol A Gong menjawab pertanyaan tersebut dengan mengatakan bahwa teknologi tidak dapat dipisahkan dari budaya baca.Â
Teknologi diciptakan oleh orang-orang yang suka membaca dan memiliki pengetahuan yang luas. Oleh karena itu, jika kita menolak teknologi, maka kita juga menolak pemikiran, pengetahuan, dan hasil bacaan dari orang-orang tersebut.Â
"Yang sering kita lupakan adalah teknologi itu, ilmu pengetahuan itu, adalah hasil dari orang-orang yang suka membaca," jawab Gol A Gong.
Dalam Islam, perintah pertama dalam Al-Qur'an adalah membaca, iqra. Perintah ini merupakan perintah untuk mempelajari dan memahami Al-Qur'an, yang merupakan firman Allah SWT. Namun, perintah ini juga memiliki makna yang lebih luas, yaitu perintah untuk mempelajari dan memahami segala sesuatu yang ada di alam semesta.
Islam membagi ayat menjadi dua, yaitu qauliyah dan kauniyah. Ayat qauliyah adalah ilmu-ilmu Allah Ta'ala dalam bentuk wahyu-Nya yang terdapat dalam al-Qur'an. Sementara ayat kauniyah ialah ilmu Allah Ta'ala yang berupa alam semesta dengan seluruh hukum yang menyertainya.
Menurut Gol A Gong, teknologi merupakan bagian dari ayat kauniyah itu sendiri. Teknologi merupakan hasil dari pemikiran dan kreativitas manusia yang terinspirasi oleh alam semesta. Oleh karena itu, teknologi merupakan salah satu cara untuk mempelajari dan memahami ayat kauniyah.Â
Gol A Gong sekali lagi menegaskan bahwa di Indonesia bukan kekurangan pembaca buku, akan tetapi kekurangan buku dan penulis. Buku-buku yang ada banyak tersebar atau beredar di Pulau Jawa, sementara di luar Pulau Jawa masih sedikit buku-buku yang bermutu tinggi.Â
Oleh karena itu, bagi masyarakat yang tinggal di luar Pulau Jawa kesulitan mengakses buku-buku karena biaya logistik yang tinggi.Â
"Harga buku mungkin hanya Rp50.000, tapi harga kirim bisa sampai Rp150.000."
Karena itu, penulis Balada Si Roy dan 126 buku lainnya yang menyukai Mark Twain, Karl May, dan Hemingway ini mengajak santri di Pondok Pesantren Asrama Kreatif Bil Qolam untuk menulis lebih banyak. "Pekerjaan yang paling tidak diskriminatif adalah menulis."