Dalam Kompasiana, saya sering melihat perdebatan yang sangat berkepanjangan dan menurut saya sudah tidak berguna lagi karena tulisan-tulisan mereka sudah mengandung kemarahan dan caci maki.
Saya berpendapat, kemarahan tidak memiliki tempat dalam diskusi dan debat yang sehat. Perlu diketahui, debat adalah perang kata. Dan untuk perang, dibutuhkan logistik (data dan hasil riset), waktu yang tepat (agar lawan kewalahan dalam membalas), formasi yang tepat (pemilihan kata dan struktur dalam menulis agar lawan kesulitan membalas dan menarik simpati pembaca) dan moral (kata penutup yang sulit dibantah oleh lawan dan memenangkan simpati pembaca). Seperti panglima perang yang memeriksa anak buahnya sebelum perang, penulis juga sebaiknya memeriksa kembali tulisannya agar tidak ada kesalahan data maupun kesalahan penulisan.
Apakah tujuan debat sebenarnya? Membuktikan anda benar? Bagaimana membuktikan anda benar? Ini adalah perang informasi. Anda hanya akan dibenarkan bila pembaca mengerti dan menyetujui apa yang anda sampaikan. Tulisan yang anda buat, haruslah menunjukkan kesan yang anda inginkan diterima oleh pembaca. Jika anda ingin kobarkan kemarahan, caci makilah orang yang merespon. Jika anda ingin anda dianggap dewasa, tulisan anda harus terstruktur dan rapi.
Kebenaran yang mutlak hanyalah TUHAN semata. Apapun tulisan manusia adalah relatif, dapat dibantah atau diperteguh dengan menggunakan fakta, hasil riset maupun pembuktian ilmiah. Dogma akan sulit untuk dibantah, terlebih lagi bila menggunakan logika berulang, seperti: Buku A benar karena buku A mengatakan dia adalah Firman ALLAH. Hal ini seperti Si B berkata ia benar karena ia benar. Bila anda ingin membuktikan bahwa Buku A atau si B benar, gunakanlah petunjuk dari tempat lain. Misal Buku A benar karena hasil arkeologi oleh Si C dari tahun sekian menemukan... atau si B benar karena pakar D yang objektif membuktikan kebenaran si B.
Argumen hendaknya didasari oleh fakta atau data yang akurat. Penyerangan personal seharusnya dihindari karena menunjukkan ketidak dewasaan penyerang (salah satu tujuan tercepat dalam perang informasi ini adalah menyebabkan salah satu pihak naik darah terlebih dahulu). Penyerangan personal atau ad hominem ini adalah hasil dari kefrustasian dalam menanggapi lawan diskusi atau debat, dapat dikatakan orang yang melakukan hal demikian sebenarnya telah kalah dalam perdebatan itu, baik karena kehabisan amunisi atau tidak dapat menjawab logika dari sang lawan.
Ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam debat atau diskusi yang baik.
- Jangan menganggap diri paling benar
- Setiap mengeluarkan argumen, keluarkanlah data, bila tidak mungkin, sebaiknya anda katakan: "Kemungkinan" atau "Setahu saya", sehingga memberikan jalan mundur bila ternyata anda salah
- Jangan masukan emosi yang berlebihan dalam tulisan/ komentar anda
- Jangan serang lawan anda secara personal, tetapi seranglah argumennya (bila anda tidak dapat melakukan ini, jangan berdebat atau berdiskusi)
- Berikanlah jalan mundur untuk lawan anda, agar dia tidak bertahan habis-habisan hanya karena ia tidak memiliki jalan mundur
Jadi, apa yang dapat disimpulkan dari hal ini? Debat atau diskusi, bukanlah sarana untuk pamer ego atau pengetahuan anda. Debat atau diskusi, sepantasnya, mampu membuat lawan bicara atau pembaca mengerti dan memihak jalan pikiran anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H