Bukan hanya manusia saja yang mempunyai kearifan lokal, bangsa jin, setan alas, dedemit dan para antek-anteknya pun mempunyai bentuk kearifan lokal. Coba saja menengok tayangan media televisi semacam program reality dua dunia, pemburu dedemit, dan mister tuyul.
Bentuk karifan lokal dari bangsa jin, setan alas dan dedemit diperlihatkan dengan dialek bahasa yang beragam. Sang mediator yang biasa dimasuki arwah ketika berdialog dengan ahli spiritual atau pawang makhluk halus pasti mengunakan bahasa yang berbeda-beda, terkadang mengunakan dialek bahasa sunda, jawa, Indonesia, belanda atau bahasa daerah lainnya.
Hal ini membuktikan bahwa para dedemit, setan alas, gondoruwo dan para sekutunya punya tradisi masing-masing, tergantung dimana mereka tinggal dan berasal. Bukan hanya dari segi bahasa, dari aspek membangun kekuasaan wilayah dan mencoba menyesatkan manusia pun mereka saling bersaing menjadi yang terkuat dengan pola dan tradisinya.
Apa yang kita saksikan terkadang bisa membuat bulu kuduk merinding, ketakutan atau bahkan tertawa, tergantung cara pandangnya. Tapi tetap saja walaupun para dedemit, tuyul, pocong atau para sejenisnya memiliki local wisdom kesetanan, manusialah bangsa yang lebih unggul dan berakal. Semoga para kompasianer tidak terjebak oleh tipu daya para jin, setan, dedemit, gondoruwo dan teman-temannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H