Mohon tunggu...
I Gunawan
I Gunawan Mohon Tunggu... Administrasi - An ordinary people

Senang ngobrol tapi kalo nulis dodol, yang pada bisa nulis tolong ajarin ya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menuju Ekuilibrium Baru Indonesia

1 Oktober 2019   16:42 Diperbarui: 1 Oktober 2019   16:57 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

UNITY in DIVERSITY of INDONESIA, adalah suatu fakta dan keniscayaan adanya.  Memiliki modal jumlah penduduk di atas 267 juta jiwa, 17504 pulau, 652 bahasa, puluhan suku dan ratusan sub suku, memiliki 6 agama dan sekian banyak aliran kepercayaan. Tidakkah fakta tersebut cukup membuka mata kita ? Keragaman adalah keniscayaan akan hukum Tuhan atas ciptaan-Nya.

Hal tersebut sudah sedari dulu disadari para pendiri bangsa ini untuk mewujudkannya dalam bentuk Negara Indonesia. BerkeTuhanan, Adil dan Beradab, Bersatu, Bermusyawarah dan Berkeadilan sosial adalah sebuah "heirloom", pusaka yang diwariskan untuk kita semua. Pusaka yang diberikan sebagai golden ticket manusia Indonesia menuju kejayaan dan kesejahteraan dalam keberagamannya. 

Semakin jauh perjalanan manusia Indonesia tentunya akan menghadapi tantangan demi tantangan untuk terus berjaga, hidup dan berkembang berlandaskan pedoman tersebut. Musuh akan bisa dihadapi bersama, kerja keras bisa dilakukan bersama, tapi jika pedoman runtuh, dengan apa kita menghadapinya ?

Sikap ingkar hanya menghasilkan manusia yang merasa paling benar dan meminggirkan yang lain. Tak terbayangkan jika dilakukan oleh seluruh manusia Indonesia dalam keragamannya ? Kerusakannya pastilah akan meruntuhkan negara. Akankah kita menjadi bangsa yang melupakan sejarah dan tak perlu lagi mengingat jasa pahlawan dan pendiri bangsa ini yang notabene adalah orang-orang tua kita juga?

Indonesia sedang mencari titik ekuilibrium yang baru, mencari keseimbangan yang baru. Sebuah fase yang sangat menentukan untuk menjaga bangsa ini tidak "jatuh" dan boleh menuju kedewasaan baru yang akan mengantarkan bangsa Indonesia kepada kedamaian dan kesejahteraannya.

Setelah melalui tanjakan awal setelah kemerdekaan, titik seimbang bergeser ke sayap kanan dan ke sayap kiri dengan berbagai pemberontakan.  Setelah titik seimbang kembali bergoyang saat reformasi, maka kini titik seimbang kembali bergoyang. Semoga cukup waktu untuk stabil, karena dengan kestabilan kita bisa melangkah maju.

Mari kita hadapi dan selesaikan secara bersama, sebagaimana para guru bangsa melakukannya secara musyawarah dan mufakat demi bangsa. Mari kembali ke jalan INDONESIA. Kita INDONESIA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun