Palestina Diserukan, Papua Dilupakan
Salam, saya adalah seorang mahasiswa yang mencoba untuk memaparkan sebuah isu Hak Asasi Manusia (HAM) yang sangat berkaitan dengan pemahaman dari arti Wawasan Nusantara. Opini ini adalah hasil dari cipta olah karsa pemikiran abstrak saya yang kemudian saya tuangkan ke dalam bentuk artikel singkat.
Sebelum itu, izinkan saya untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya I Putu Gede Pranayoga Mahayakti, dengan NIM 2312021158, dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa & Seni, Universitas Pendidikan Ganesha.
Sebagai seorang warga negara yang baik dan teguh terhadap keutuhan negara, kita patut memahami apa yang disebut dengan Wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara dapat diartikan sebagai sebuah pandangan yang menyatakan keberagaman Indonesia atau Nusantara yang kaya akan potensi sebagai negara yang utuh dan bersatu. Jika dilihat dari sudut pandang peran mahasiswa, memahami arti penting Wawasan Nusantara adalah sebuah langkah besar yang bisa mengubah tatanan keharmonisan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Namun kini, hal ini terlihat memudar di kalangan anak muda, pasalnya saat dimulainya konflik Israel - Palestina, pemahaman mengenai wawasan Nusantara sudah sangat jelas memudar di kalangan anak muda. Pasalnya, mereka melakukan aksi boikot dengan menyerukan "Free Palestine". Tentu saja hal ini sebagai ungkapan untuk membebaskan Palestina dari berbagai macam gejolak kekerasan dan pelanggaran HAM yang mereka alami. Tetapi, bagaimana dengan saudara kita di Papua? Apakah kita akan lebih mementingkan kondisi negara lain dibandingkan saudara Nusantara kita?
 Saat ini Papua tengah mengalami sebuah konflik militer yang sangat mengganggu dan mengancam Ketahanan Nasional. Pasalnya konflik ini melibatkan personil militer TNI (Tentara Nasional Indonesia) dan juga kepolisian untuk melindungi tanah Papua dari sebuah organisasi pemberontak bersenjata KKB. Isu ini jika kita samakan dengan kasus boikot oleh anak muda, adalah bentuk dari lemahnya penerapan dan pelaksaan Sila ke 3 Pancasila (Persatuan Indonesia) dan juga kurangnya pemahaman Wawasan Nusantara. Dalam isu isu hangat mengenai konflik atau perang Israel - Palestina ini, lemahnya pemahaman Wawasan Nusantara di kalangan anak muda bisa dilihat dari aksi aksi konyol seperti boikot yang mereka lakukan.Â
Salah satu yang sempat mencuri perhatian adalah aksi boikot di sebuah Starbuck. Disini mulai muncul beberapa spekulasi yang menentang aksi konyol tersebut. "Apa arti dan tujuan dari aksi boikot ini?" Pertama tama hal ini didorong oleh pikiran, pikiran mereka yang kacau dan terkecoh dengan budaya Barat membuat mereka lupa bahwa yang harus mereka suarakan adalah kondisi kehidupan masyarakat di negara mereka, yaitu Indonesia. Jika aksi boikot ini hanya untuk mencari sensasi dan merugikan masyarakat, lalu apa yang kita dapat dari boikot ini? Apakah perang akan terselesaikan?Â
Tentu saja tidak, daripada kita mengambil aksi anarkis seperti boikot ini, lebih baik kita memanfaatkan media yang bisa gunakan untuk menyuarakan suara kita untuk membebaskan Palestina. Lalu bagaimana dengan keadaan di Papua? Kenapa banyak masyarakat kita menganggap Papua itu tidak ada? Apakah Papua bukan dari bagian NKRI?Â
Fenomena seperti ini tentunya membuat beberapa aktivis kemanusiaan membuka suara, karena hal yang paling miris dari fenomena ini adalah masyarakat lebih memilih membebaskan rakyat negara lain daripada membebaskan rakyat Nusantara yang berada dalam wilayah negaranya sendiri.
Tentunya hal ini sangat mengancam keselamatan dari saudara kita yang tinggal di Papua. Berbagai macam kasus pelanggaran HAM dan pertumpahan darah banyak terjadi di Papua karena konflik ini, sebagai seorang warga negara, sepatutnya kita menyerukan untuk membebaskan Papua dari gejolak ini, jangan sampai lupa bahwa Papua juga merupakan bagian dari Nusantara, bagian dari NKRI dan juga bagian dari bumi pertiwi Indonesia.