Mohon tunggu...
I PtGd
I PtGd Mohon Tunggu... Guru - SMA Negeri 10 Denpasar

Kebahagian tentang hidup adalah bagaimana anda menjalani sebuah kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Filsafat Pragmatisme dan Implikasinya dalam Pendidikan

27 Desember 2023   14:05 Diperbarui: 27 Desember 2023   14:07 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pragmatisme berasal dari kata Yunani "pragma," yang berarti perbuatan atau tindakan, dan "isme," yang berarti aliran, ajaran, atau paham. Pragmatisme adalah aliran filsafat yang menekankan bahwa pemikiran harus mengikuti tindakan. Ini mengajarkan bahwa kebenaran adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar melalui akibat atau hasil yang bermanfaat secara praktis. Kebenaran bersifat relatif dan tidak mutlak dalam pragmatism. Ciri-ciri pragmatisme antara lain:

  • Tidak mempertanyakan Hal yang Normatif: Pragmatisme tidak mempertanyakan hakikat makna normatif, seperti konsep kebaikan atau kebenaran. Fokusnya adalah pada ide-ide yang dapat dijelaskan dengan konsekuensi konkret.
  • Anti-Absolutisme: Pragmatisme menolak metafisika yang dianggap sebagai ide umum yang tetap dan terpisah dari pengalaman aktual. Hal ini membuatnya disebut juga sebagai relativisme radikal karena menentang absolutism.
  • Anti-Dualisme: Pragmatisme menolak dualisme, menganggap hakikat realitas sebagai sesuatu yang terus mengalir, bukan terpecah-pecah dalam unit-unit terpisah. Bagi pragmatisme, yang terpenting adalah gagasan yang dapat mengubah kenyataan, bukan hanya salinan dari kenyataan.

Pragmatism memberikan penekanan pada praktik dan hasil konkrit dari ide-ide filosofis. Pendekatan ini mencari solusi yang dapat diterapkan secara nyata dan menentang pandangan-pandangan yang bersifat teoretis atau absolut.

Beberapa tokoh utama dalam filsafat pragamtisme diantaranya:

  • Carles Sanders Pierce (1838-1914M): Menganggap sesuatu berpengaruh jika memiliki hasil praktis, pragmatisme bukan filsafat, melainkan teknik pemecahan masalah.
  • William James (1842-1910M): Memperkenalkan pragmatisme dan juga menyebutnya "empirisme radikal", empirisme radikal menerima hanya unsur alam yang dialami langsung, kebenaran adalah ide yang berguna dan berfungsi memenuhi kebutuhan manusia.
  • John Dewey (1859-1952M): Filsafat bertujuan memperbaiki kehidupan manusia dan lingkungannya, tugas filsafat adalah memberikan arahan untuk perbuatan nyata, Ide benar jika memecahkan persoalan praktis dalam kehidupan sehari-hari.

Pragmatisme berhasil diserap dalam berbagai bidang kehidupan Amerika Serikat, terutama oleh John Dewey yang fokus pada etika, pemikiran sosial, dan pendidikan. Ketiga tokoh utama dianggap sebagai pembentuk pragmatisme: Peirce sebagai penggagas, James sebagai pengembang, dan Dewey sebagai penerap.

Implikasi pragmatisme dalam pendidikan,, mencakup beberapa aspek kunci seperti:

  • Pengalaman sebagai basis pendidikan: Pengalaman dianggap sebagai elemen kunci dalam pragmatism, pendidikan dipandang sebagai proses penggalian dan pengolahan pengalaman peserta didik secara terus-menerus, kurikulum didesain untuk menciptakan pengalaman yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
  • Pandangan tentang Peserta didik: Peserta didik dipandang sebagai makhluk hidup yang aktif, bertumbuh, dan berinteraksi secara dinamis dengan lingkungannya, pendidikan harus berpusat pada kondisi konkret subjek didik dengan mempertimbangkan minat, bakat, dan perubahan dalam Masyarakat.
  • Peran Guru menurut Pragmatisme: Guru tidak lagi dipandang sebagai pusat pembelajaran, melainkan sebagai fasilitator dan pengendali dalam pembelajaran partisipatif, pendidikan yang baik melibatkan siswa secara aktif, mengembangkan kecerdasan emosional, keterampilan, dan kreativitas.
  • Metode Pembelajaran: Metode pemecahan masalah dan metode penyelidikan dan penemuan diutamakan, guru perlu memiliki sifat pemberi kesempatan, bersahabat, dan berpandangan terbuka untuk mendukung belajar berdasarkan pengalaman.
  • Kurikulum menurut Pragmatisme: Kurikulum dianggap sebagai tradisi demokrasi, yang merupakan tradisi perbaikan diri sendiri, berfokus pada kehidupan yang baik pada masa sekarang dan masa yang akan datang, dengan isi kurikulum yang terus berubah mengikuti perkembangan.

Pandangan Pragamatisme terhadap Demokrasi: Sekolah ideal dalam pandangan pragmatisme adalah lingkungan belajar yang demokratis, partisipasi aktif dari setiap orang dalam proses pembuatan keputusan dianggap sebagai persiapan untuk berpartisipasi dalam kehidupan Masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun