Mohon tunggu...
I PtGd
I PtGd Mohon Tunggu... Guru - SMA Negeri 10 Denpasar

Kebahagian tentang hidup adalah bagaimana anda menjalani sebuah kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Timur dan Ki Hajar Dewantara dalam Dunia Pendidikan

27 Desember 2023   09:36 Diperbarui: 27 Desember 2023   09:41 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Filsafat Timur merujuk pada pemikiran-pemikiran yang berasal dari wilayah atau bagian timur bumi, seperti Tiongkok, India, dan negara-negara Muslim. Filsafat Tiongkok memiliki berbagai aliran, sementara Filsafat India terkenal dengan Hinduisme dan Buddhisme. Filsafat yang berkembang di negara-negara Muslim dikenal sebagai Filsafat Islam. Filsafat Timur menekankan pada proses belajar sebagai penyempurnaan diri (self-perfection). Fokusnya adalah mengembangkan sifat-sifat seperti kejujuran, konsentrasi, tahan uji, tahan banting, dan keuletan untuk menghadapi berbagai masalah. Secara umum, proses belajar dalam filsafat Timur diorientasikan pada nilai-nilai.

Filsafat Timur mencakup pemikiran-pemikiran dari wilayah Asia, seperti Tiongkok, India, dan negara-negara Muslim. Filsafat Tiongkok (Cina) memiliki sifat-sifat seperti kepedulian terhadap kelakuan manusia, sikap terhadap dunia, dan hubungan antarmanusia. Beberapa aliran dalam filsafat Cina mencakup Confucianisme, Taoisme, Yin-yang, Moisme, Ming Chia, dan Fa Chia. Zaman-zaman filsafat Cina meliputi Klasik, Neo-Taoisme dan Budhisme, Neo-Confucianisme, dan Modern. Filsafat India menekankan penyempurnaan diri dengan mengembangkan sifat-sifat seperti kejujuran, konsentrasi, tahan uji, dan keuletan. Periode-periode filsafat India melibatkan Zaman Weda, Skeptisisme, Puranis, Muslim, dan Modern. Filsafat mencakup ajaran Islam dalam menjelaskan hakikat kebenaran. Objek filsafat Islam serupa dengan objek filsafat pada umumnya, namun diwarnai oleh nilai-nilai Islami. Aliran-aliran utama dalam filsafat Islam meliputi Syi'ah, Khawarij, Mu'tazilah, dan asy'ariah.

Filsafat pendidikan Ki Hajar Dewantara menjadi landasan penting bagi dunia dan praktisi pendidikan di Indonesia. Meskipun pendidikan saat ini dipengaruhi oleh filosofi barat, terjadi degradasi nilai dalam masyarakat. Ki Hajar Dewantara, terinspirasi oleh penjajahan Belanda, memaknai pendidikan sebagai upaya memerdekakan manusia dari kemiskinan dan kebodohan serta secara batiniah, memberikan otonomi berpikir, martabat, dan mentalitas demokratik. Filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara melibatkan kebijakan-kebijakan baru dan cita-cita baru, dengan penekanan pada norma-norma dan tujuan. Guru diharapkan menjadi pribadi bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, berfungsi sebagai model keteladanan sebelum menjadi fasilitator atau pengajar. Ki Hajar Dewantara menganggap pendidikan sebagai tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak, dengan tujuan memandu kekuatan kodrat mereka agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Ide terlupakan tentang konsep belajar 3 dinding menunjukkan usahanya untuk meruntuhkan batas antara kelas dan realitas di luar. Pendidikan dalam pandangan Ki Hajar Dewantara melibatkan Tri Pusat Pendidikan, yang mencakup lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan organisasi pemuda. Dengan mengutamakan kepribadian dan karakter, pendidikan diarahkan untuk memanusiakan anak-anak dan mencapai cita-cita kemanusiaan universal.

Dalam pandangan Ki Hajar Dewantara, dasar terpenting dalam pendidikan adalah persamaan persepsi tentang arti "mendidik." Menurutnya, mendidik bersifat humanisasi, yaitu proses memanusiakan manusia untuk mencapai derajat hidup yang lebih baik. Dalam konsepnya, terdapat perbedaan antara "Pengajaran" yang memerdekakan dari aspek hidup lahiriah dan "Pendidikan" yang memerdekakan dari aspek hidup batin. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai usaha kebudayaan yang memberikan bimbingan dalam hidup tumbuhnya jiwa raga anak, menuju kemajuan lahir dan batin, serta ke arah adab kemanusiaan yang tinggi. Pendidikan, menurutnya, adalah tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak, memandang anak sebagai makhluk yang tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Dalam implementasinya, Ki Hajar Dewantara menggunakan konsep "Sistem Among" sebagai wujud dari pandangannya, menempatkan anak sebagai pusat pendidikan. Dalam sistem ini, pamong (pemimpin pendidikan) diharapkan menjalankan tiga prinsip: Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan memberi contoh), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membina kehendak), dan Tutwuri Handayani (mengikuti dari belakang dengan perhatian). Selanjutnya, Ki Hajar Dewantara membahas "Trikon," sebuah teori pembinaan kebudayaan nasional dengan dasar kontinuitas, konsentrisitas, dan konvergensi. Kontinuitas berarti budaya bersambung tak putus-putus, konsentrisitas mengacu pada sikap terbuka dan kritis terhadap pengaruh budaya di sekitar, dan konvergensi menciptakan karakter dunia sebagai kebudayaan kesatuan umat sedunia. Dalam cara mendidik, Ki Hajar Dewantara menyebut beberapa aspek, termasuk memberi contoh, pembiasaan, pengajaran, laku, dan pengalaman lahir dan batin. Pendekatan ini dikenal sebagai "peralatan pendidikan." Keseluruhan, pandangan Ki Hajar Dewantara menekankan perlunya mempertahankan nilai-nilai lokal, memerdekakan manusia dari aspek lahir dan batin, serta menempatkan anak sebagai fokus utama pendidikan.

Filsafat Timur, seperti Confucianisme dari Cina, menekankan self-respect dan self-cultivation sebagai tujuan akhir dari proses belajar. Proses belajar diarahkan pada penyempurnaan diri dengan mengembangkan sifat-sifat seperti kejujuran, konsentrasi, tahan uji, tahan banting, dan keuletan. Kebudayaan Indonesia yang multikultural dipengaruhi oleh filsafat Timur, seperti India, Cina, dan Islam. Ki Hajar Dewantara, sebagai tokoh filsafat pendidikan di Indonesia, membedakan antara "Pengajaran" (memerdekakan manusia dari aspek lahiriah) dan "Pendidikan" (memerdekakan manusia dari aspek batiniah). 

Pendidikan diartikan sebagai usaha membina karakter manusia agar hidup secara mandiri dan berpikir sendiri. Konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara mencakup tiga landasan filosofis: nasionalistik, universalistik, dan spiritualistik. 

Pendidikan diarahkan untuk mencapai kemerdekaan fisik dan mental, serta memperkuat aspek spiritual dan harga diri. Metode pendidikan yang sesuai adalah Sistem Among, berdasarkan asih, asah, dan asuh. Dalam proses tumbuh kembang anak, Ki Hajar Dewantara mengakui tiga pusat pendidikan, yaitu keluarga, perguruan, dan masyarakat pemuda. Teori Trikon yang diemukakan oleh Ki Hajar Dewantara mencakup tiga unsur: kontinuitas, konsentrisitas, dan konvergensi. Konsep pendidikan ini bertujuan membina kebudayaan nasional dengan menghargai nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun