SINGARAJA- Sastra Bali Klasik hari ketiga yang dilaksanakan oleh Puri Kauhan Ubud, dilaksanakan pada Minggu, 6 Juni 2021. Workshop ini dimulai pada pukul 09.00 WITA dan dihadiri oleh berbagai kalangan yang tentunya memiliki minat di bidang Sastra Bali Klasik. Melalui aplikasi zoom dan live YouTube, Dr. Dra AA Sagung Mas Ruscitadewi dan Putu Eka Guna Yasa, S.S., M.Hum sudah menjelaskan secara rinci terkait materi yang disampaikan pembicara yang berkecimpung dan sangat mahir dalam sastra bali klasik.
Secara lengkap, workshop kali ini membahas tentang bagaimana cara membawakan sebuah Satua Bali dan Ngawi Kekawin dengan baik, "ngawi satua harus memperhatikan wirasa, wirama, dan wiraga, fungsi dari mesatua bali adalah untuk menceritakan moral kepada anak-anak, dan memberi hiburan pada anak-anak" Ungkap Mas Ruscitadewi.
Pembahasan kali ini sangatlah menarik sehingga banyak mendapat perhatian dari khalayak, oleh karena itu ditekankan kembali bahwa menulis Satua Bali sebenarnya mudah jika kita memiliki kemauan dan niat untuk berkarya, jika niat dan kemauan tidak ada maka tidak akan pernah ada karya yang nyata. "Dalam berkarya jangan pernah takut merubah judul, alur, nama tokoh, baca dan cari referensi yang banyak, lalu modifikasilah." Ungkapnya lagi.
Dalam materi Ngawi Kekawin selanjutnya yang dibawakan oleh Putu Eka Guna Yasa, menampilkan bahwa kekawin itu merupakan sebuah puisi yang bentuknya mengadopsi pola persajakan karya sastra india dan bahasa jawa kuno (kawi). Dalam membuat kekawin harus diperhatikan beberapa aspek, supaya tidak terjadi ketimpangan dan kesalahan dalam pembuatan kekawin.
"Kiat-kiat membuat kakawin harus memerhatikan bentuk, bahasa, aksara, tata bahasa, gaya bahasa, rasa bahasa, alur, manggala, isi, epilog, amanat, dan penting untuk mengkaji terkait bentuknya seperti guru dan lagu." Ujar Eka Guna
Aspek yang perlu dimiliki oleh penulis kekawin yakni memiliki ide, lalu melakukan yatra atau perjalanan dan pengalaman, dan mempunyai widya atau pengetahuan, jadi dari sanalah kita bisa menghasilkan karya sastra. Semua itu dilakukan tak lain untuk menjaga kelestarian budaya Bali dalam ruang lingkup Sastra Bali Klasik agar tidak punah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H