"Lemparan yang terakhir Timun Mas menaburkan terasi. Terbentuklah suatu lautan dengan lumpur yang mendidih. Kemudian, raksasa tercebur ke dalam lautan tersebut. Sesudah peristiwa tadi, Timun Mas & Sarni hidup bersama dengan bahagia."
Penggalan akhir cerita dongeng berjudul Timun Mas ini mampu membawa kita merasakan kilas balik akan masa kecil yang dipenuhi berbagai fantasi. Timun Mas yang menggambarkan betapa tulus cinta seorang ibu untuk melindungi putrinya dan patuhnya seorang anak akan nasehat orang tua. Cerita Timun Mas hanyalah sebagian kecil dari begitu banyak dongeng dengan beragam karakter yang unik dan sudah menjadi suatu bagian tak terpisahkan dari masa kanak -- kanak dengan pesan moral yang disampaikan.
Di zaman modern seperti sekarang ini, cerita anak modern diangkat ke dalam bentuk film dan masih mengandung nilai - nilai yang mendidik baik itu secara moral maupun menyiratkan perilaku yang patut untuk ditiru. Salah satu film anak yang sarat pelajaran moral dan perilaku dapat di lihat di film berjudul Toy Stories 3. Film ini secara gamblang menggambarkan hubungan antara Andy ( seorang anak pemilik mainan yang telah bertumbuh dewasa) dengan mainan yang sangat disayanginya. Sebagai orang yang menanjak dewasa Andy memutuskan untuk mendonasikan mainannya ke sebuah tempat penitipan anak. Disinilah inti cerita yang memberikan gambaran perilaku anak - anak yang kurang menghargai mainannya dan melukiskan kesedihan serta ketakutan para mainan disaat anak - anak datang untuk bermain. Pelajaran yang disuguhkan di film ini mengenai anak - anak di umur tertentu membutuhkan bimbingan orang dewasa untuk belajar bagaimana memperlakukan mainannya sesuai fungsinya dan juga pesan moral kesetiakawanan, saling mendukung dan berani membela kebenaran sangat kuat ditonjolkan di film ini.
Pesan moral yang selalu diselipkan dalam sebuah cerita dongeng menimbulkan pertanyan akan seberapa efektif manfaatnya bagi anak - anak untuk berprilaku. Menurut (Zipes, 1997), dongeng merupakan suatu cerita yang sangat kuat, dan sebagai alat teknologi kontrol yang produktif, dapat membentuk perkembangan masa kanak - kanak. Pembentukan akan sikap anak harus dilakukan sedini mungkin karena akan mempengaruhi kehidupannya di masa depan (Adisusilo, 2014).Â
Sehingga dapat dikatakan, pendekatan cerita dongeng untuk anak erat kaitannya dengan teori pembelajaran behaviorisme. Teori behaviorisme yang menitik beratkan pada perilaku dan sikap seseorang dalam proses pembelajaran, yang dalam konteks ini anak sebagai murid dan orang tua sebagai guru.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Inaad M. S., Muhammad K., dan Mediarita A. (2018), mengungkapkan bahwa cerita dongeng merupakan sarana yang efektif untuk membangun karakter anak. Cerita dongeng merupakan suatu bentuk pendidikan yang dapat dilakukan dirumah baik oleh orang tua ataupun kakek dan nenek. Pemahaman akan makna nilai moral yang ada dalam cerita dongeng memberikan efek positif untuk membangun karakter anak, sisi emosional dan hubungan sosial.
Dengan demikian, memperkenalkan cerita dongeng kepada anak diusia dini bukan hanya sekedar suatu kebiasaan saja. Melainkan memiliki manfaat yang lebih mendalam yaitu membangun pola perilaku yang positif dan mempererat hubungan sosial orang tua dan anak.
Â
Referensi:
Elspeth K. and Michael H. (2019) Early Edutainment: The Behavioral Scientist's Guide to Fairy Tale. Behavioral Scientist.