Warisan merupakan sesuatu yang diberikan oleh leluhur untuk kita gunakan dengan baik dan kita jaga agar tetap bisa diteruskan kepada keturunan berikutnya. Ketika warisan tersebut dapat digunakan dan dijaga dengan baik maka akan memberikan kebahagian tersendiri bagi leluhur. Sama halnya dengan orang tua yang mewariskan harta kepada anak-anaknya, ketika anak-anak tersebut dapat menggunakan warisan itu dengan baik maka orang tua akan merasa senang, demikian juga sebaliknya jika anaknya tidak mampu menggunakan warisanny dengan baik maka orang tua akan merasa sedih. Demikian pula halnya dengan bahasa Bali yang merupakan warisan bagi krama Bali. Apakah warisan budaya bahasa Bali telah digunakan dan dijaga dengan baik?
Berbicara mengenai penggunaan bahasa Bali, di era milenial saat ini keberadaan dan penggunaan bahasa Bali sebenarnya bisa digolongkan sudah sangat baik. Hal tersebut terlihat dari banyaknya anak-anak muda yang masih menggunakan bahasa Bali sebagai alat komunikasi. Selain itu, juga masih adanya pelajaran bahasa Bali di sekolah sebagai bukti bahwa bahasa Bali masih diperhatikan. Keberadaan penyuluh bahasa Bali juga sebagai bukti bahwa masih banyak generasi muda yang bersedia untuk menjaga dan melestarikan bahasa Bali di tengah era milenial ini. Sosial media juga menjad salah satu piranti yang dapat digunakan untuk melestarikan warisan budaya bahasa Bali tersebut, mulai dari facebook, instagram, atau bahkan tiktok pun kadang menjadi media untuk melestarikan budaya bahasa Bali.
Berbicara mengenai penggunaan bahasa Bali, tidak hanya penggunaan untuk komunikasi akan tetapi juga termasuk di dalamnya penulisan bahasa Bali entah itu huruf latin maupun aksara Bali. Sesungguhnya banyak terdapat kesalahan dalam penulisan bahasa Bali menggunakan huruf latin.
Kesalahan tersebut sesungguhnya dapat dihindari jika penutur atau pengguna bahasa Bali bersedia memperbaiki demi keberlangsungan bahasa Bali. Akan tetapi, realitanya banyak penutur yang merasa enggan untuk memperbaikinya atau bahkan merasa emosi ketika ada orang yang menegur kekeliruan tersebut. Contohnya saja seperti yang disampaikan oleh I Made Swartama Putra, salah satu guru bahasa Bali di Sekolah Dasar Negeri 5 Ubung ini menyatakan bahwa ada penutur bahasa Bali yang tidak terima ketika ditegur dalam penulisan bahasa Bali. Bagi mereka hal tersebut tidak penting, yang lebih terpenting lawan bicara merasa paham. Bagi sebagian orang mungkin hal tersebut tidak penting dan yang penting lawan bicara paham, akan tetapi sesungguhnya yang jauh lebih penting dari itu adalah apa yang akan kita wariskan untuk penerus atau generasi muda. Apakah kita akan mewariskan bahasa Bali yang benar? Atau sebaliknya kita akan mewariskan bahasa Bali yang salah?
Selain kesalahan penulisan bahasa Bali dalam huruf latin terdapat juga kekeliruan dalam penulisan aksara Bali, seperti pada gambar berikut :
Dengan membiarkan kesalahan penulisan tersebut, sama saja dengan mewariskan budaya yang salah kepada anak cucu kita. Hal tersebutlah yang harus dihindari. Sebagai penutur bahasa Bali pun harus bersedia menerima kritikan jika memang yang dilakukan tersebut salah, karena teguran itu tidak hanya untuk penutur bahasa Bali, akan tetapi juga untuk masa depan bahasa Bali itu sendiri. Kesalahan tersebut tidak hanya dilihat oleh penutur bahasa Bali itu sendiri, akan tetapi juga oleh mereka yang bukan penutur bahasa Bali, lalu apakah kita akan memperkenalkan pada mereka budaya kita yang salah? Tentu saja kita tidak mau seperti, kita pasti ingin memperkenalkan budaya kita yang benar, untuk itu marilah kita menggunakan bahasa Bali baik itu tulis atau lisan yang baik dan benar. Janganlah kita menyebar luaskan tentang kesalahan-kesalahan yang dianggap benar pada lingkungan masyarakat kita. Jangan melakukan pembenaran ditengah kesalahan yang telah dilakukan, karena pembenaran bukanlah hal yang baik untuk sebuah kesalahan, akan tetapi memperbaiki adalah hal yang tepat dilakukan untuk sebuah kesalahan. Dengan demikian bahasa Bali yang berkembang di era milenial ini bukanlah bahasa Bali yang hanya sekadar dapat dimengerti akan tetapi memang benar bahasa Bali yang baik dan benar. Suatu kesalahan dan kekeliruan yang terjadi selama ini di lingkungan masyarakat Bali wajib untuk kita koreksi dan perbaiki bersama-sama. Mari bersama bergerak memperbaiki diri, memperbaiki kesalahan yang telah ada dan menghapus rasa tidak mau tahu. Karena bahasa Bali ini adalah milik kita, budaya kita dan harta kita yang kelak akan menjad harta anak cucu kita, jadi mari perbaiki kesalahan sebelum mewariskannya pada anak cucu kita. Wariskan ilmu, pengetahuan dan budaya yang benar, bukan ilmu, pengetahuan dan budaya yang salah akan tetapi dibenarkan. Jika kita mewariskan suatu kesalahan yang dibenarkan kepada anak cucuk kita, maka hal tersebutlah yang akan diwariskan pada generasi berikutnya. Sehingga, kesalahan-kesalahan itu akan menjadi abadi tanpa ada perbaikan untuk menuju menjadi suatu yang benar. Permasalahan ini memang nampak seperti masalah yang sepele, tetapi akan berakibat fatal untuk generasi yang akan datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H