Nadoman adalah salah satu syair yang berkembang di tanah Sunda, khususnya di pesantren. Nadoman menduduki posisi penting dalam transformasi keilmuan Islam sekaligus berperan sebagai wadah pelestarian bahasa Sunda selama berabad-abad lamanya. Dalam catatan sejarah, Nadom ini berperan penting sebagai wadah dalam penyebaran ajaran agama Islam, yang pada awalnya mengalami hambatan dengan kebudayaan Sunda akibat kebijakan kolonial.
Proses islamisasi yang berlangsung dalam waktu lama di tatar Sunda, lambat laun membentuk sikap dan perilaku orang Sunda yang diyakini lekat dengan nilai-nilai keislaman. Oleh karena itu, munculnya jargon "Islam-Sunda, Sunda-Islam", yang bermakna "Islam itu nyunda dan Sunda itu islami" dipandang sebagai sebuah simbol untuk menyatukan nilai-nilai kesundaan dengan nilai-nilai keislaman. Pemilihan bahasa Sunda dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang menghasilkan bentuk-bentuk nadoman adalah bentuk pilihan kebudayaan yang bermakna ideologis sekaligus kultural, untuk membuat Islam lebih mudah dipahami dan diterima oleh orang Sunda. Maka, dalam konteks ini, bahasa Sunda memainkan peranan penting dalam penyebaran kekuasaan dan pengetahuan, baik keislaman maupun kesundaan.
Seperti yang dicatat Yahya (2003), komunitas pesantren yang disisihkan oleh kolonial Belanda dari wacana kebudayaan Sunda tetap menggunakan huruf Arab dalam komunikasi tulis. Setelah sekian lama membaca kitab kuning dengan terjemahan bahasa Jawa, mereka mulai menggunakan bahasa Sunda. Mereka pun menuliskan karya sastra (umumnya berbentuk syair) berbahasa Sunda dengan huruf Arab.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI